Tarik napas.
Hembuskan.
Tarik napas.
Lalu hembuskan.
Itulah yang Tera lakukan hingga akhirnya sampai di depan pintu.
Suara yang berasal dari dalam yang paling didominasi oleh ibu-ibu itu berhasil membuat jantung Tera semakin berdetak kencang.
Ersa yang tahu adiknya itu sedang tak tenang pun hanya acuh, cowok itu tidak berpengalaman dalam hal menenangkan perempuan.
Walaupun begitu Ersa tetap merangkul bahu Tera dan sesekali menepuknya dengan pelan.
"Selamat malam keluarga besar Goldesst!!" teriak Ersa tak tahu malu saat sudah masuk ke dalam.
Tera yang dirangkulan cowok itu pun lantas saja berjengit kaget. Demi apapun Tera paling tidak bisa mendengar suara teriakan.
"Huft..." Tera menormalkan napasnya.
Para ibu-ibu yang tadi tengah asik berbincang otomatis berhenti dan melirik ke arah suara, bukan hanya ibu-ibu saja namun semuanya, semuanya yang berada di dalam ruangan itu.
"Astaga." ucap Rose matanya melirik yang lainnya dengan tak enak.
"Ersa kamu itu ya bikin kaget aja!" seru Citra dengan berjalan ke arah Ersa, berniat menarik telinga Ersa, namun ia urungkan karena melihat seorang gadis cantik dirangkulannya.
"Kenapa diem tante?" tanya Ersa karena tantenya itu terdiam sambil menatap cengo Tera yang sedang ia rangkul.
"Ini siapa? Bidadari mana yang kamu culik Ersa?! Oh May God! Demi apapun cantik banget!" histeris Citra seraya mendorong badan Ersa sehingga cowok itu terjatuh ke lantai lalu menarik lengan Tera.
"Ya ampun! Jean Juan emak lo nih semprul banget!" teriak Ersa mengeluarkan unek-uneknya. Dan hal itu sama sekali tidak dipedulikan membuat Ersa berdecak dan bangkit dengan sendiri.
Citra memandangi wajah Tera dengan tatapan sangat kagum, selama hidup wanita itu belum pernah melihat pahatan wajah sesempurna Tera. Tangannya memegangi kening Tera lalu ke mata kemudian turun ke hidung hingga sampai dagu.
Menurut Citra, wajah Tera ini sangat-sangat luar biasa sempurna. Jika dilihat lebih lama wajahnya, ada kesan tegas bercampur dengan lembut dan lucu.
Sangat sempurna.
Rose yang melihat wajah anaknya itu yang sedang dipegang-pegang oleh Citra pun mulai jengah. Teranya bisa tertekan jika Citra terus-terusan memegangi wajahnya.
Rose bangkit dari duduknya, dengan jalan anggunnya Rose menghampiri Citra lalu menepuk pundak wanita itu.
Tera menghela napas.
Citra menengok ke arahnya lalu memutar bola matanya malas, "Apasih Roseee, aku itu lagi mau promosiin anak aku ke dia, kamu jangan ganggu dulu sana pergi."
Rose melepaskan tangan Citra di pipi anaknya dengan pelan, "Ini anak aku." ujarnya dengan menarik tubuh Tera agar berdiri di sampingnya.
"Wahh ini anak kamu yang diceritain itu yah Rose? Ternyata lebih cantikan aslinya daripada fotonya." seru Meyra dari tempat duduknya lalu berlari ke arah mereka diikuti oleh Syelin.
Dan sekarang Tera sudah dikerubungi oleh para ibu-ibu.
Ersa yang melihat itu bergidik ngeri lalu berjalan menuju sofa yang ditempati oleh tiga adik sepupunya.
"Beneran tuh adik lo kak?" tanya Liam setelah Ersa duduk.
"Eh emang iya?" Karnet ikut bertanya dengan menendang kaki Ersa membuat Ersa melirik tajam padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...