Tera membuka mata, merasa kepalanya pusing ia lantas memeganginya. Lalu pandangannya mulai menjelajah sekitar dan seketika itu dirinya terdiam membeku.
Aku di mana? batinnya bertanya.
Saat ini hanya kegelapan yang memenuhi penglihatannya, walau masih terlihat samar-samar cahaya matahari dari celah di dinding, ia masih tidak tahu dirinya berada di tempat mana.
Tiba-tiba terdengar suara sepatu dan sebalok kayu yang bergesekan dengan lantai yang mampu menarik perhatiannya. Gadis itu menatap ke arah sudut di mana suara itu berasal dan kini seseorang itu mulai nampak di matanya.
"Udah bangun?" dia dengan memakai tudung hoodie bertanya basa-basi pada Tera.
Gadis itu tidak menjawab melainkan melangkah mundur. Ketakutan!
Melihat orang itu yang kian mendekat padanya, Tera menggigit bibir bawahnya dan semakin melangkah mundur.
Dia berdecak, "Diem! Jangan bergerak!"
Tera tidak mendengarkan membuat orang itu geram dan tanpa pikir panjang ia langsung melempar sebalok kayu yang berada ditangannya pada Tera.
Senyum puas tercipta di bibirnya saat sebalok kayu dengan ukuran lumayan besar itu berhasil mendarat di kepala Tera dan membuat gadis itu terjatuh.
"Awss." Tera meringis, tangannya memegangi kepala.
"Sakit?" sinisnya.
Dia mulai berjalan mendekat lalu berjongkok di depan Tera. Tangannya mencengkeram dagu Tera agar menatapnya membuat kuku panjang dirinya menancap di pipi gadis itu, kemudian berucap. "Gue kasih sepuluh menit lagi untuk lo bernapas, setelah itu gue pastiin lo udah ada di alam lain."
"Kak Jessi kenapa?" tanya gadis itu dengan suara bergetar.
"Kenapa lo bilang?! Setelah apa yang keluarga lo sama pacar brengsek lo lakuin ke gue lo masih bisa tanya kenapa hah?!!"
"Aku nggak tau kakak ngomong apa." Jessi mendengus dan seketika ia membenturkan kepala Tera tiga kali ke dinding di belakang.
Tera rasa kepalanya sedetik lagi akan pecah karena dibenturkan ke dinding dengan keras yang sebelumnya dilempari kayu oleh kakak kelasnya itu.
"Sakit kak..."
"Bagus."
Jessi berdiri dan membalikkan badan.
"Kalau mau pergi dari tempat ini lari dan temukan jalan keluarnya."
Dengan kondisi yang hampir pingsan, Tera sayup-sayup mendengar ucapan itu. Tera lantas berdiri dan mencari keberadaan jalan keluar, dirinya masih ingin bersama keluarganya.
Mendengar langkah kaki dari Tera, Jessi tersenyum miring. Gadis itu kemudian mengambil pistol yang disembunyikan dibalik hoodienya.
Pistolnya ia arahkan ke belakang, sebelum menarik pelatuk Jessi menutup mata dan memfokuskan pendengarannya. Dirasa akan tepat mengenai sasaran lantas Jessi menarik pelatuknya di detik itu juga dengan badan yang belum berbalik.
Dor!
Dor!
Tembakan pertama pistolnya ia posisikan ke bawah dan tembakan kedua ia posisikan sedikit naik dari posisi sebelumnya.
Jessi berbalik badan lalu dia terkekeh seraya bertepuk tangan melihat sasarannya tergeletak di lantai, kaki dan perutnya yang terkena.
"Mampus."
Jessi melirik jam tangannya. "Tujuh menit lagi." ucapnya.
Tap!
Tap!
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...