Pagi telah tiba dengan diikuti udara dingin hingga membuat sebagian orang enggan untuk bangun dan memilih melanjutkan tidur sampai badan terasa pegal.
Namun hal itu tidak berarti bagi si putri Goldesst karena gadis itu mulai mengerjap-ngerjapkan mata.
Dahinya berkerut saat dirasa ada sesuatu benda yang mengganjal di perutnya.
Gadis itu duduk lalu memungut benda itu yang ternyata kotak berukuran sedang.
"Apa ini?" tanyanya dengan menyipitkan mata dan tangan yang membolak-balikkan kotak itu.
"Dari siapa yah?"
Tera menatap ke sembarang arah lalu berpikir, setengah menit kemudian dia mengedikkan bahunya.
Tera turun dari tempat tidur lalu menaruh kotak itu di atas nakas, untuk membukanya nanti saja.
Tera kemudian berlari kecil ke kamar mandi takut Nina datang dan menyiapkan segala keperluan mandinya. Tera kan sudah besar masa keperluan mandi saja harus orang lain yang menyiapkan.
Di sisi lain Juna yang pagi-pagi sudah duduk anteng dengan menatap layar komputernya yang tengah memperlihatkan kamar Tera beserta pemiliknya berdecak sebal.
"Kenapa kamu tidak membukanya?" tanyanya setelah melihat Tera tidak membuka kotak itu melainkan menaruhnya di atas nakas.
Juna kesal karena Tera tidak melakukan apa yang sesuai dipikirannya tadi malam.
Tapi kekesalannya itu sesaat hilang saat melihat Tera berlari kecil ke kamar mandi.
"Kenapa kamu bisa semenggemaskan itu di mata saya?" ucap Juna dengan gerakan tangan seakan mencubit di depan layar komputer, saking gemasnya ia melihat Tera berlari kecil.
Wajah yang baby face tanpa make up itu semakin menambah kegemasan di mata Juna.
Tangannya mulai menopang dagu lalu dia tersenyum tipis dengan memejamkan mata menikmati wajah Tera tadi.
•••
Devan turun dari mobilnya kemudian ia memutari mobil dan berhenti di samping pintu mobil yang didalamnya ada adik perempuannya.
Ia membuka pintu itu lalu menjulurkan tangannya, tak lama Tera keluar dengan memegang tangan Devan.
"Kak Depan bukain pintunya dong." pintaan manja dari arah belakang yang tak lain dari Bryn itu membuat Devan memutarkan bola mata malas.
"Gak usah manja." ketus Devan.
"Ehh aku aja yang bukain pintunya." inisiatif Tera dan langsung mendapatkan elusan di rambutnya dari Devan.
"Jangan yah," ucap Devan dengan lembut.
Setelah mengatakan itu Devan membukakan pintu mobil belakang yang diduduki Bryn.
Baru kali ini Devan membukakan pintu mobil Bryn dan itu hanya ia lakukan karena Tera.
Untuk membayangkan jika ia yang melakukan itu saja sudah bergidik ngeri apalagi mempraktekannya.
Masa iya cowok buka pintu mobil cowok lain walau itu keluarga sendiri pastinya akan terlihat aneh, geli dan tidak normal, pikir Devan.
Setelah turun Bryn memberikan senyum terbaiknya pada Tera dan Devan. Tera membalas senyuman itu dengan senyum manisnya sedangkan Devan menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera Andini sosok gadis baik hati nan pekerja keras yang harus merasakan pahitnya hidup. Ayahnya menelantarkan dia begitu saja dan sering memperlakukannya dengan tidak baik. Hanya karena dia miskin orang - orang tak mau berteman dengannya. Kehid...