1 - Penyebab

17.1K 1K 103
                                    

KsW's Reading List Event  konohaswriters

~~Sugar~~

Kiriya Mahiru, Sosok gadis cantik berusia 16 tahun dengan latar belakang yang misterius. Hidupnya selalu penuh dengan nyawa dan darah seseorang, dari sini seharusnya kalian bisa menyimpulkan. Psikopat? Mm... Bukan!

Dia bukan Psikopat, tapi hanyalah ketua organisasi karate yang merangkap menjadi organisasi gangster. Posisinya sebagai tangan kanan dari ketua organisasi tersebut, Hidupnya selalu tertutup untuk menyembunyikan identitasnya. Namun, semua orang pasti punya hati nurani. Begitupun Mahiru.

***

Mahiru POV

Aku berjalan sembari memasang earbuds disetiap telingaku, rasanya menyebalkan harus mendengar suara bising dari orang-orang yang berlalu lalang disini.

Ingin sekali aku membungkam mulut mereka dengan granat, tapi itu tidak mungkin kulakukan. Aku hanya akan menambah masalah dengan melakukannya.

Oke! Mari lupakan mengenai kebisingan, hari ini aku ada tugas untuk memata-matai seorang CEO muda di sebuah club malam. Seperti biasa, aku akan menggunakan dress kurang bahan yang sangat tidak nyaman ini dan pastinya membawa ID card palsu.

Aku membuka Ponselku dan mulai menonton Drama dari sana, kemudian menghentikan langkahku ketika berada di ujung zebra cross.

Hidup hanya sekali.

Aku tahu itu. Aku sudah mendengar kalimat berisi 3 kata itu berulang kali dan aku tidak ingin menyangkalnya. Tapi aku masih berharap untuk bisa hidup lagi di dunia lain setelah mati, seperti Novel-novel ber-genre transmigrasi yang kuaca.

Namun, aku juga tidak bodoh. Mana mungkin aku menyebrang ketika mengetahui bahwa lampu menunjukkan warna merah? Aku tidak ingin coba-coba. Aku ingin mati disaat yang tepat dan secara kebetulan, bukan karena aku yang berusaha bunuh diri.

Mahiru POV end.

***

Mahiru mengalihkan pandangannya dari ponsel ketika merasakan firasat tanda bahaya. Matanya menangkap sesosok anak laki-laki kecil yang sedang berada ditengah jalan untuk mengambil bola. Mahiru membelalakkan matanya ketika melihat sebuah truk besar yang melaju cepat kearah anak laki-laki itu, dilihat dari cara menyetirnya yang ugal-ugalan dan suara teriakan didalamnya. Sepertinya Truk itu mengalami kesalahan teknis. Rem blong, misalnya?

Mahiru segera berlari, tidak memperdulikan nyawanya sendiri lagi. Yang terpenting adalah anak kecil itu selamat. Mahiru yakin, dia masih memiliki orang tua yang lengkap. Berbeda dengannya.

Mahiru segera mendorong anak kecil tadi sembari memegang kepalanya untuk melindunginya dari benturan, tapi naas. Dia malah terserempet dan terlempar sejauh 20 meter. Mahiru menundukkan kepalanya, kemudian tersenyum. Setidaknya anak yang berada di pelukannya ini selamat tanpa luka serius, kepalanya aman dan tubuhnya hanya mengalami luka ringan.

Mahiru kemudian mulai kehilangan kesadarannya sedikit demi sedikit, bisa dia dengar suara seseorang yang memanggilnya. Mahiru mengenali suara itu, Dia Asahi.

***

Mahiru POV

Aku tidak merasakan detak jantungnya lagi, tapi telingaku entah kenapa masih bisa mendengar dengan baik. Teriakkan Asahi yang begitu nyaring memintaku bangun dan kembali, aku berusaha membuka mataku. Tapi percuma. Tubuhku seakan tidak memiliki energi, aku merasa bahwasanya roh ku sudah tidak berada pada tempatnya.

"Aku mati?"

Gumaman Lirih itu aku ucapkan dalam batin. Aku tidak bisa membuka mulutku ataupun mataku.

Tak lama kemudian, semuanya terasa menghilang. Gelap dan sunyi. Aku tidak bisa mendengar apapun lagi, dan disini aku yakin. Bahwa aku, Kiriya Mahiru sudah tamat.

Mahiru POV end.

***

Asahi terjatuh, lututnya terasa lemah ketika dokter berkata bahwa

"Nona Kiriya sudah pergi."

Dia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh. Rasanya sesak sekali ketika sahabatmu satu-satunya, seseorang yang selalu ada untukmu sejak kecil pergi. Ini bahkan terasa lebih sakit daripada ketika dia kehilangan kedua orangtuanya.

"Kiriya Mahiru!! Bangun!!"

"Bangun!!"

"Bangun, Brengsek!!"

Asahi meraung-raung disebelah tubuh kaku Mahiru, beberapa anggota yang sudah sampai berusaha menenangkannya tapi tidak berhasil. Akhirnya mereka memilih untuk membiarkannya menangis disebelah tubuh Mahiru.

Anggota-anggota organisasi itu adalah teman Mahiru. Mereka jelas berbeda pangkat, namun Mahiru memperlakukan mereka selayaknya mereka berada diderajat yang sama. Mereka juga tahu dengan pasti, bahwa Mahiru adalah sosok yang sangat penting bagi Asahi dan ketua mereka Renga.

Asahi selalu bergantung pada Mahiru. Bukan dalam artian berlindung dibalik punggungnya, namun dalam artian bahwa dia selalu hidup dengan Mahiru sebagai nafasnya. Mereka tidak pernah melihat Asahi dalam kondisi dimana dia berada dititik terbawah seperti ini, mereka bisa merasakan emosi kesedihan yang meluap dari tubuhnya hanya dengan melihat punggungnya dari luar pintu kaca ruangan ICU.

Mereka ikut meneteskan air mata. Mahiru juga sosok yang penting bagi mereka. Sifatnya yang Tsundere, dan terkadang berubah menjadi ramah dan ceria membuat mereka semakin merindukannya. Sebagian Anggota pria dan wanita menangis sementara sisanya hanya menatap kosong lantai, atau menenangkan rekannya. Mereka terus seperti itu hingga tidak menyadari kehadiran ketua mereka Shibuki Renga.

Biasanya Renga tidak akan pernah datang ke rumah sakit ataupun pemakaman anggotanya. Tapi kali ini berbeda. Ini tentang Mahiru, sosok gadis yang sudah dia anggap sebagai adiknya.

Hari itu....
Mahiru datang dan masuk kedalam kehidupannya dengan halus, tanpa celah.
Renga awalnya merupakan sosok yang periang dan hangat, tapi sifatnya berubah drastis ketika adiknya meregang nyawa ditangan seorang ketua gangster yang mengincar harta keluarganya.

Renga sendirian, dia tidak bisa berpikir jernih disitu. Hingga akhirnya, dengan menggunakan sisa uangnya dia mulai mendirikan organisasi gangster-nya sendiri dengan dibantu oleh Asahi yang usianya 6 tahun lebih muda darinya.

Namun, perlahan sifat dinginnya mulai mencair dengan kedatangan Mahiru ditengah-tengah organisasi mereka. Mahiru yang melihat Renga sedang menghancurkan seluruh apartemennya segera masuk dan memeluknya, memberikan rasa hangat dalam hati Renga. Dia menawarkan diri untuk menjadi adiknya, tapi dia juga yang sekarang pergi meninggalkannya.

"Jangan menangis." Renga berucap ketika berada disebelah Asahi.

"Kami-sama lebih menyayanginya daripada kita. Beliau tidak ingin Mahiru semakin terlibat dalam dunia gelap seperti ini, itu sebabnya dia membawanya." Ucap Renga datar, matanya sarat akan kesedihan.

"Bagaimana kau bisa yakin?" Asahi bertanya dengan sinis, dia masih tidak terima sahabatnya pergi.

"Dia baik. Kami-sama seharusnya sudah membawanya untuk mengelilingi surga sekarang." Ucap Renga tenang.

"Watanabe Asahi, sebaiknya kau mengikhlaskannya dan tidak menghalangi jalannya untuk bermain dengan bahagia di surga sana." Renga berkata sembari menatap tubuh kaku Mahiru. Satu bulir air mata terjatuh dari sudut matanya, Renga segera menghapusnya dan menetralkan wajahnya.

"Kita akan memakamkannya dengan cara yang layak, untuk sosok gadis baik sepertinya." Ucap Renga sebelum keluar dari ruangan ICU tempat Jasad Mahiru berada sebelum dipindahkan ke ruang mayat.

TBC...

Reborn as Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang