"Shikamaru, kemari dan bermain bersamaku."
•••••
Shikamaru menatap shogi didepannya. Menggerakkan bidak dengan strategi yang sering digunakan oleh Asuma juga.
Dia merasa bersalah. Dia memang merasa sedikit lega setelah mendengar bahwa Asuma dalam kondisi stabil, tapi ini sudah hampir 2 Minggu, kenapa dia belum sadar?
Bukannya Shikamaru meragukan Hinata, tapi dia putus asa. Seandainya saat itu dia langsung menggunakan rencana itu, mungkin Asuma tidak akan berakhir seperti sekarang. Mungkin Kurenai-sensei tidak perlu merasa khawatir bahwa anaknya akan hidup tanpa sosok ayah.
"Akatsuki, kah?" Shikaku menggerakkan bidaknya.
"Apakah mereka kuat?"
"Aa,"Jawab Shikamaru.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Shikaku lagi sembari menggerakkan bidaknya.
"Aku rasa jika seseorang berkaliber seperti Asuma tidak dapat mengalahkan mereka, kau juga tidak punya kesempatan."
"Dia lelaki yang jahat," Ucap Shikaku dengan tawa kecil.
"Aa,"
"Meskipun pemain Shogi yang berbakat,"
Tak
Tak
Tak
Tak
Mereka terus melanjutkan permainan dengan Shikamaru yang terlihat memasang wajah datar.
"Kau tidak masalah dengan itu?"
"Jangan ceramahi permainanku."
"Bukan begitu! Apa yang ingin kau lakukan sekarang?"
Shikamaru mengangkat kepalanya, menatap ayahnya dengan tatapan yang tidak terbaca untuk beberapa saat. Lalu kembali fokus pada permainan.
"Setidaknya aku tahu kau tidak terlalu bodoh bermain-main dengan musuh lalu mati,"
Tak
Tak
"Sebagai ayahmu aku bangga akan hal itu tapi,"
Tak
Tak
"Aku tidak ingin menghadiri pemakaman anakku sendiri,"
Tak
Tak
"Kau melakukannya dengan baik, aku bangga menjadi ayahmu."
Shikamaru merubah posisi duduknya, kepalanya menunduk, tersembunyi dibalik tangannya.
"Kau ninja yang pintar dan berbakat, seorang ninja Konoha yang bisa diandalkan dimasa depan,"
Tak
Tak
"Tapi.."
"Asuma terbaring koma."
Disitu adalah puncaknya, Shikamaru tidak bisa lagi menahan semua emosinya. Dia melempar papan Shogi itu kearah dinding dengan geraman marah. Lilin didalam ruangan itu mati.
"Apa yang ayah inginkan?!" Tanya Shikamaru kepada Shikaku.
"Aku berbicara sendiri." Jawaban tenang dari Shikaku membuat Shikamaru berdiri, mengepalkan tangannya disisi tubuh.
"Ocehan Ayah membuat kepalaku sakit saja!" Shikamaru membentak.
Shikamaru kemudian menunjuk dirinya sendiri, "Aku.. bukanlah apa-apa tapi seorang pecundang!" Shikamaru menatap Shikaku dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as Hyuuga Hinata
FanfictionHidup hanya sekali. Mahiru sudah mendengar kalimat berisi 3 kata itu berulang kali. Tapi dia masih berharap untuk bisa hidup lagi di dunia lain setelah mati, seperti Novel-novel ber-genre transmigrasi yang dia baca. "Aku mati?" Gumaman Lirih itu dia...