94 - Mengikuti bayang-bayang Gurunya

1K 221 31
                                    

Naruto berjalan ditengah keramaian Konoha dengan tatapan kosong. Di kepalanya dia memutar kembali memorinya bersama Jiraiya, dia mengingat semua kalimat Jiraiya kepadanya. Bagaimana Jiraiya melatihnya, kemudian memberikannya sesuatu sebagai hadiah.

Naruto hanya berhenti ketika dia berada didepan toko buku dan tidak sengaja melihat poster novel tulisan Jiraiya. Dia kembali mengingat waktu-waktu dimana Jiraiya akan pergi mengintip gadis-gadis di Onsen. Senyumnya merekah tipis walaupun tatapan matanya terkesan getir.

Naruto melangkah pergi, tangannya terangkat menyentuh resleting jaketnya. Jaket yang dulu dibelikan oleh Jiraiya saat mereka masih mengembara.

"Yo! Naruto!"

Naruto mendongak dan menemukan Iruka berdiri didepannya dengan senyum khas miliknya.

"Kudengar kau sudah benar-benar aktif dengan misi dan semacamnya. Semua orang di desa ini membicarakanmu, loh." Iruka menatap Naruto dengan lembut.

"Bagaimana jika kita berhenti dan makan sesuatu, seperti ramen Ichiraku?" Tanya Iruka dengan semangat.

Naruto menatapnya sebentar sebelum menunduk lagi, "Tidak, terimakasih." Ucapnya sebelum melangkah pergi dengan kepala yang menunduk.

Iruka menatap sosoknya yang pergi dengan raut khawatir.

••••••

Tsunade menyusuri koridor Gedung Hokage dengan langkah pelan. Ketukan sepatunya menggema di seluruh koridor, namun pikirannya hanya tertuju kepada Jiraiya.

Tsunade berhenti ditengah jalan, kepalanya memutar kembali setiap percakapannya dengan Jiraiya. Dia menyandarkan tubuhnya ke dinding. Air matanya meluruh tanpa aba-aba dan tubuhnya bergetar.

"Dasar bodoh." Gumam Tsunade dengan suara bergetar.

Tsunade terus menangis disana hingga matahari sudah tenggelam. Napasnya sesenggukan akibat menangis terlalu banyak.

••••••

Naruto menyeduh cup ramen instan dengan air panas dan meletakkannya di meja. Sembari menunggu dia mendudukkan dirinya sendiri diatas kasur, kepalanya diletakkan diantara kedua kakinya yang tertekuk. Dia menunduk dan merenung.

15 menit. Naruto mempertahankan posisi itu selama 15 menit sebelum akhirnya meninggalkan apartemen dan melupakan makan malamnya.

Dia berjalan tanpa arah, hanya mengikuti kemana kakinya membawanya pergi. Langkahnya berhenti didepan supermarket, entah dorongan darimana, Naruto masuk dan membeli sebungkus eskrim dengan dua stik yang bisa dibagi menjadi dua.

Dia membawanya pergi, lalu duduk di kursi taman sembari membuka bungkusan es krim ditangannya. Selama beberapa saat Naruto memperhatikan es krim itu, dia kembali teringat ketika Jiraiya membelikan es krim untuk mereka.

Air matanya turun deras, membasahi pipinya. Naruto tidak melakukan apapun untuk mengelapnya, dia hanya menatap es krim di tangannya dengan getir.

"Naruto." Panggilan itu datang dari Iruka yang mendekat.

Naruto dengan cepat menghapus air matanya menggunakan lengannya. Sementara Iruka mendudukkan dirinya disebelah Naruto.

"Aku mendengar tentang Jiraiya-sama." Ucap Iruka dengan suara lembut.

"Aku ingin dia tetap menjagaku. Aku ingin dia melihatku menjadi Hokage. Tapi aku hanya bisa menunjukkan hal yang buruk kepada Ero-sennin. Aku ..." Naruto tidak mampu melanjutkan kalimatnya, dia kesulitan untuk bicara seakan-akan ada yang menutup pita suaranya.

Reborn as Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang