Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, Tim 8 berhasil sampai di Desa Suna dengan anggota tubuh yang lengkap. Mereka hanya bertemu beberapa bandit lemah dan bisa dikalahkan dengan cepat, satu-satunya masalah besar adalah ketika mereka menghadapi Sasuke. Dia sudah bertambah kuat terlalu banyak.
"Akhirnya.... Aku bisa berjalan dengan tenang lagi." Kiba sedikit berteriak, dia merentangkan kedua tangannya sambil menghirup nafas dalam-dalam.
Hinata terkekeh geli, dia menatap Kiba lucu. Kemudian mengambil langkah mengikuti Shino yang sudah berjalan lebih dulu, tangannya sedikit menarik lengan Kiba agar ikut menyusul.
"Tapi, Sunagakure ini terlalu panas." Ucap Kiba sambil mendengus.
Hinata menyikutnya pelan, dia mendekatkan diri ke telinga Kiba untuk berbisik agar tidak didengar. "Jangan bicara seperti itu, itu tidak sopan. Dan kau bisa menyinggung perasaan warga desa Suna."
Kiba mengangguk, tidak berniat membantah. Karena dia menyadari adanya perubahan sikap warga yang menjadi sedikit murung ketika mendengar kalimatnya. Kiba menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, matanya kemudian tidak sengaja melihat sebuah kedai Ice cream yang terlihat sangat menggoda sekarang.
"Bisakah kita mampir untuk membeli es krim itu?" Tanya Kiba sambil menatap Shino melas.
Shino menggeleng tegas, dia kemudian tidak sengaja menatap Hinata. Shino membeku, Hinata memasang puppy eyes miliknya sambil beberapa kali mengerjapkan matanya. Kiba juga menunduk sambil mengetuk-ngetukan sandal ninjanya pada tanah, seakan sedang merajuk. Diikuti dengan Akamaru yang ikut bersedih disebelah Kiba.
"Hanya sebentar, kok." Ucap Hinata lirih, dia sesekali melirik pada kedai Ice cream disana.
Shino menghela nafas berat, "Hanya membeli satu es krim, tidak lebih." Ucap Shino datar.
Hinata dan Kiba langsung melompat girang sambil beberapa kali ber-tos ria. Mereka segera berlari dengan kecepatan cahaya, membuat Shino dan Akamaru terpaku ditempatnya sejenak karena terkejut.
Shino menggeleng pelan, dia tersenyum tipis kemudian melangkah mendekati kedua rekannya itu.****
"Jadi kalian adalah perwakilan desa Konoha?" Kiba segera menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut pria tua didepannya, dia melirik Shino untuk memberikan penjelasan.
Shino berdehem pelan, "Bukan kami, tapi teman kami. Dia Hyuuga Hinata yang akan menjadi perwakilan Konoha." Shino menjelaskan sambil sedikit menunjuk Hinata.
Hinata menundukkan tubuhnya 45°, kemudian berdiri tegap dengan wajah yang tegas dan dingin. Pria itu adalah Dewan atau tetua Sunagakure, dia menatap Hinata dari atas sampai bawah.
"Seorang Hyuuga, huh?" Tanya pria itu dengan nada meremehkan yang samar.
Hinata hanya tersenyum kecil, dia tidak berniat untuk membalas. Ini bukan Konoha, sebaiknya dia menjaga sikap daripada hubungan diplomasi antar desa hancur.
"Kau akan membahas ini dengan Temari nanti," Ucap Tetua itu sambil mendorong sebuah map diatas Meja, "Itu, adalah berkas yang kami siapkan. Kau bisa menelaahnya sambil melihat milik desamu."
Hinata mengambil map itu dengan langkah berat, dia sedikit tersenyum (paksa) sebelum mengangguk mengiyakan.
"Saya mengerti, dan saya harap saya tidak perlu membicarakan terlalu banyak hal." Ucap Hinata sambil tersenyum manis.
Dewan itu tersentak, apa maksudnya ucapan si bocah Hyuuga itu? Dia pikir Suna melampirkan sesuatu seperti apa di berkas itu? Tapi dia memilih mengabaikannya dan tersenyum sinis sambil melirik Hinata.
"Itu pasti terjadi, Nona Hyuuga. Silahkan kalian keluar, didepan kantor sudah ada ninja yang akan mengantarkan kalian menuju penginapan." Dewan itu berucap santai, padahal dia melakukan pengusiran secara terang-terangan.
"Arigatou gozaimas.." Hinata berusaha keras untuk tidak melayangkan pukulannya sekarang, dia segera berbalik sambil menarik tangan Kiba dan Shino untuk mempercepat langkahnya.
Tim 8 berjalan dengan dipimpin oleh ninja Suna yang mengantar mereka. Hinata beberapa kali menghela nafas sambil mengelus dadanya, berusaha meredakan emosinya karena sosok tetua yang meremehkannya tadi.
"Hei, Hinata." Suara Kiba memanggil Hinata.
"Apa?"
"Kau kenapa? Aneh sekali semenjak keluar dari ruangan tadi." Hinata menoleh sambil membulatkan matanya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum mendengus kasar.
"Dasar tidak peka!" Hinata mempercepat langkahnya, dia berdiri disebelah ninja Suna itu. Meninggalkan kedua rekannya serta satu anjing rekannya dibelakang.
"Eh?" Kiba mengerutkan keningnya bingung sambil menggaruk pipinya, dia melirik Shino untuk bertanya. Tapi Shino hanya menggedikan bahunya acuh.
Dia hanya bisa menghela nafas lelah, mungkin dia akan meminta maaf kepada Hinata nanti. Sementara Hinata, dia beberapa kali menanyakan sesuatu kepada ninja itu. Berita bagusnya adalah ninja yang mengantar mereka juga sangat baik, dia juga sosok yang Humble.
"Keita-san, aku ingin bertanya lagi." Ninja itu bernama Keita, perawakannya tampan dan usianya tidak berbeda jauh dari mereka.
"Ya, silahkan saja." Jawab Keita sambil tersenyum.
Hinata memperhatikan sekitar, "Desa Suna 'kan berada di gurun pasir seperti ini, cuaca disini juga ekstrem. Jadi bagaimana kalian bisa tidur dengan nyenyak?"
Keita tersenyum, dari sekian banyak pertanyaan. Hinata lebih memilih untuk bertanya hal itu, dibandingkan tentang Jinchuuriki ekor 1 atau posisi Kazekage.
"Bangunan dan rumah di sini terbuat dari tanah liat, sehingga membuat sisi dalam dari rumah menjadi sejuk." Jawab Keita sambil menunjuk beberapa bangunan.
"Aaa..." Hinata mengangguk paham, mereka kembali hening untuk beberapa saat sampai Keita membuka suaranya.
"Ini adalah rumah untuk kalian tempati selama disini," Keita menunjuk rumah didepan mereka.
"Air? Bagaimana dengan airnya? Lancar 'kan?" Hinata menjeda sebentar, "bukan! Maksudku, aku.. hanya.." Hinata berucap panik, dia baru menyadari kesalahan pemilihan kata-nya.
Keita tertawa kecil, "Tidak, tidak apa-apa. Aku mengerti." Hinata menghela nafas lega.
"Air di desa kami lancar, jadi kau tidak perlu khawatir. Untuk bahan makanan, kalian mungkin harus membelinya sendiri." Ucap Keita.
Hinata mengangguk, dia mengucapkan terimakasih kepada Keita sebelum dia pergi meninggalkan mereka.
****
"Ini enak sekali, Hinata kau memang yang terbaik!" Ucap Kiba sambil mengacungkan jempolnya.
Hinata tersenyum tipis, dia mengambil piring mereka untuk dicuci. Shino yang melihatnya ikut membantu, dia tidak bisa meninggalkan temannya melakukan pekerjaan seperti ini seorang diri.
"Biar kubantu." Hinata mengangguk, dia juga sudah merasa lelah.
Tidak membutuhkan waktu yang lama jika mencuci piring berdua, jadi sekarang mereka sudah selesai. Kiba dan Akamaru sudah di kamar untuk tidur, begitupun dengan Hinata dan Shino.
Hinata membuka pintu kamarnya pelan, dia melirik ke kanan dan kiri sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan kamarnya. Ini belum genap pukul 8 malam, tapi Shino dan Kiba sudah terlelap. Mungkin karena kelelahan, sedangkan Hinata dia hendak berjalan-jalan sebentar untuk mencari angin.
"Woahhh..." Hinata membuka mulutnya ketika dia berada di gurun pasir yang disulap menjadi taman.
Tidak ada banyak bunga ataupun pohon yang besar disini, tapi terlihat indah. Pohon kaktus mengelilingi taman ini seperti sebuah pagar, lalu ada banyak kursi taman serta permainan untuk anak-anak.
"Aku tidak menyangka desa Suna akan membuat tempat seperti ini." Hinata bergumam sambil tersenyum ketika dia melihat anak-anak bermain.
Hinata melangkahkan kakinya menuju sebuah kursi taman, di bagian taman yang sepi. Dia sedang ingin menenangkan diri, jadi sendiri merupakan sebuah keharusan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as Hyuuga Hinata
Fiksi PenggemarHidup hanya sekali. Mahiru sudah mendengar kalimat berisi 3 kata itu berulang kali. Tapi dia masih berharap untuk bisa hidup lagi di dunia lain setelah mati, seperti Novel-novel ber-genre transmigrasi yang dia baca. "Aku mati?" Gumaman Lirih itu dia...