Kiba menyerang Ningendō dengan brutal. Setiap pukulan dan tendangan dia layangkan dengan tujuan untuk membunuh. Kecepatannya meningkat dan gerakannya juga lebih tajam daripada biasanya.
Hinata yang melihat itu mengerutkan keningnya, namun dia tidak berpikir terlalu jauh tentang hal itu. Fokusnya kembali kepada Ningendō. Hinata bisa melihat bahwa Ningendō lebih sering menghindar daripada melayangkan serangan, namun bukan berarti dia musuh yang mudah.
Ningendō bergerak dengan cepat, setiap kali menghindar dia tidak menciptakan banyak ruang yang bisa membuat Kiba melayangkan serangan berarti kearahnya. Namun, Hinata bisa melihat bahwa Ningendō selalu mengulurkan tangannya kearah kepala Kiba.
Hinata kemudian mengirimkan tiga shuriken kearah Ningendō dari belakang, shuriken itu dihindari dengan mudah. Hinata yang melihat langkah Ningendō melompat dan mendarat tepat didepan Ningendō, dia mengeluarkan jurus petirnya lagi.
Bola-bola petir mengelilingi Ningendō dan Hinata. Saat bola-bola petir itu menyambar Ningendō, Hinata tidak menghindar. Dia mengerutkan keningnya saat Ningendō tidak terganggu dengan fakta bahwa sebagian tubuhnya memiliki luka bakar yang parah. Namun, semuanya berjalan sesuai perkiraannya, jadi ini tidak apa-apa.
Saat tangan Ningendō menyentuh kepalanya, Hinata menahan tangan itu. Hinata melirik Akamaru yang langsung dibalas dengan gonggongan keras. Akamaru menggigit tangan Ningendō yang menyentuh kepala Hinata, melukai serta mematahkannya. Kemudian, Hinata melayangkan pukulan khas klan Hyuga.
"Hakke Kusho!" Ningendō terdorong dengan udara yang bertekanan tinggi hingga tubuhnya menabrak salah satu dinding bangunan.
Kiba dan Akamaru lalu bergabung untuk serangan kombo mereka, "Gatsuga!" Keduanya berputar dengan kecepatan tinggi kearah Ningendō yang baru menerima serangan Hinata. Tabrakan dari jurus Kiba dan Akamaru membuat beberapa tulang di tubuh Ningendō patah.
Dengan byakugan-nya, Hinata bisa melihat bahwa tongkat-tongkat penerima chakra itu mulai terganggu.
"Akamaru, cabik habis tubuh itu." Perintah Kiba dengan ekspresi bengis.
Akamaru menggeram dan mencabik-cabik tubuh Ningendō. Hinata mengalihkan pandangannya dan mendekati Shino, sementara Kiba terus menonton Akamaru dengan mata terhibur.
"Kiba, Akamaru, sudah cukup." Ucap Shino yang sekarang sudah mampu berdiri sendiri. Terimakasih pada Katsuyu yang menyalurkannya chakra.
"Tinggalkan saja dia. Kiba, kau harus menemui Tsume Baa-san dan Shino kau harus menemui ayahmu. Aku harus memastikan keadaan di kompleks Hyuga serta memeriksa rumah sakit." Ujar Hinata dengan serius.
"Baiklah. Jika ada sesuatu, hubungi kami. Ambil ini!" Kiba menjawab dengan mudah, sebelum menyodorkan alat komunikasi jarak jauh.
Hinata dan Shino masing-masing mengambil satu. Ketiganya memasang alat itu di telinga mereka, memastikan alatnya berfungsi dengan baik sebelum akhirnya berpisah.
••••••
Kompleks Hyuga tidak mendapatkan kerusakan yang berarti. Namun, bukan berarti tidak ada korban. Karena ayahnya sedang tidak di desa, Hinata yang mengambil tempat untuk mengatur klan.
"Bagi menjadi kelompok berisi enam orang! Setiap kelompok harus memiliki wanita, anak kecil, ataupun orang tua, serta setidaknya dua pria yang mampu bertarung! Utamakan anak kecil, wanita, dan orang tua! Jangan panik dan berjalanlah ke pengungsian dengan tenang! Siapapun yang mampu bertarung dan ikut ke pengungsian harus melindungi semua warga yang ada disana!" Perintah Hinata tanpa terbata-bata. Suaranya lebih tegas dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as Hyuuga Hinata
FanfictionHidup hanya sekali. Mahiru sudah mendengar kalimat berisi 3 kata itu berulang kali. Tapi dia masih berharap untuk bisa hidup lagi di dunia lain setelah mati, seperti Novel-novel ber-genre transmigrasi yang dia baca. "Aku mati?" Gumaman Lirih itu dia...