40 - Laporan

3.8K 593 47
                                    

"Biar aku obati dulu." Hinata memegang lengan Kiba yang memar.

Kiba menarik tangannya dan menggeleng, "Kau juga banyak mendapat luka," Kiba menunjuk memar yang ada ditubuh Hinata, "Sembuhkan punyamu dulu." Ucapnya yang lebih terdengar seperti perintah bagi Hinata.

"Aku akan menyembuhkannya setelah kalian. Lihat! Luka kalian sangat parah." Hinata menggeleng sambil berdecak.

"Hinata, Kiba benar. Utamakan dirimu sendiri lebih dulu." Ucap Shino datar.

Hinata mendongak menatap Shino yang berdiri, "Kau melihatku kesakitan selama mengantar Fuu dan temannya tadi? Tidak 'kan? Jangan khawatir." Hinata mengibaskan tangannya.

"Kalian mendapat luka yang lebih parah, Luka kalian itu ada yang sangat dalam. Jangan membantah!" Hinata dengan tegas menatap Kiba dan Shino bergantian.

Tangan kirinya menarik Shino agar duduk, lalu tangannya mulai menaikkan lengan jaket Shino dan menyalurkan ninjutsu medis-nya.

"Lihat! Ini luka dalam, tahu?" Hinata menunjukkan luka ditangan Shino, "Luka ini dalam sekali, ini bisa menyebabkan infeksi jika tidak diobati." Hinata mengobati Luka-luka Shino dengan sabar.

Lalu beralih pada Kiba, "Astaga... Bahkan kaki kirimu sudah hampir patah, Kiba! Bagaimana bisa kau malah ikut melompat pohon tadi?! Kau tidak memikirkan kondisimu ya?" Hinata segera menyalurkan ninjutsu medis-nya sambil mengomel lucu.

Shino tersenyum tipis, sedangkan Kiba tertawa kecil.

"Apa yang kalian tertawakan?!" Tanya Hinata garang.

"Tidak, tidak ada." Jawab keduanya kompak.

Mata Hinata memicing sinis, tapi lalu kembali terfokus pada luka-luka ditubuh Kiba.

"Sudah! Ayo lanjutkan perjalanan!" Ajak Hinata sambil berdiri dan menepuk-nepuk lututnya yang kotor setelah dijadikan tumpuan untuk berdiri.

"Tapi lukamu.."

"Akan kusembuhkan sambil pulang, ayo!" Hinata menarik tangan Kiba dan Shino secara paksa, lalu melompat kedahan pohon, meninggalkan Kiba dan Shino yang menatapnya dengan pandangan sendu dan sayang.

"Kebiasaan." Gumam Shino sebelum menyusul Hinata diikuti dengan Kiba dan Akamaru.

*****

Tim 8 menundukkan kepala dengan pasrah, didepan mereka Tsunade sedang mengomel dengan sangat cantiknya.

"Kalian ini kemana saja?! Tim yang lain sudah kembali dan kalian menghilang tiba-tiba! Kalian membuat kami panik! Apa yang kalian lakukan, ha?!"

Hinata meringis pelan, "Tsunade-sama," panggilnya pelan, "Sebenernya ini karena aku. Tolong jangan salahkan Kiba dan Shino, jika aku tidak pergi tadi kami pasti akan kembali tepat waktu bersama yang lainnya." Jelas Hinata.

Tsunade membuang nafasnya kasar, "Jelaskan." Ucap Tsunade kasar.

"Tadi aku merasakan firasat yang buruk ketika Fuu-- maksudku Shinobi sekaligus Jinchuuriki Takigakure pergi." Hinata mengawali penjelasannya.

"Akhirnya aku memilih untuk menyusul mereka dan dibelakang aku melihat dengan byakuganku ada dua chakra asing yang juga mengejar tim Takigakure." Hinata menjeda kalimatnya.

"Sampai disana aku hanya menemukan tim itu sudah hampir kalah dan dua orang asing itu sepertinya mengincar Jinchuuriki." Jelas Hinata, "Kami terlibat dalam pertarungan, aku hampir mati jika Kiba dan Shino tidak datang tepat waktu."

"Apa maksudmu dengan mengincar Jinchuuriki?" Tsunade bertanya serius.

Hinata mengangguk, "Aku mencoba untuk menggali informasi dari mereka berdua, tapi sepertinya mereka sangat loyal kepada organisasi mereka. Akatsuki."

"Akatsuki?!" Tsunade menggebrak mejanya terkejut.

Hinata mengangguk, "Mereka menggunakan jubah hitam dengan simbol awan merah."

"Apakah kau bisa memberikan semua informasi tentang dua anggota Akatsuki itu?" Tanya Tsunade pada Hinata.

"Aku bisa, tapi aku juga memerlukan Kiba dan Shino. Mereka juga tahu banyak." Tsunade mengangguk, dia mengambil kertas dan menulis sesuatu.

"Ini, nanti kalian harus ke divisi interogasi. Aku akan menghubungi Ibiki dan Inoichi." Tim 8 mengangguk paham dan pamit untuk pergi keluar.

*****

"Hei! Apakah kalian tidak takut?! Ibiki-san itu menyeramkan! Kalian ingat ujian Chunnin dulu 'kan?" Kiba bertanya histeris.

Shino menatapnya dengan bosan, lalu menatap Hinata yang menggeleng sambil menyembuhkan lukanya sendiri.

"Karena kita sudah bertemu dengannya, seharusnya kita tidak takut, Kiba." Hinata berucap dengan santai.

"Hei! Dia pasti akan mendorong kita dan mendesak kita sampai ketakutan setengah mati!" Kiba lagi-lagi membalas dengan histeris, dia berjalan mondar-mandir didepan Hinata dan Shino yang duduk manis dibawah pohon.

"Secara teknik, kita seharusnya tidak perlu takut. Ibiki-san melakukan tugasnya dengan baik, itu memang kewajibannya. Dan kita disana sebagai pemberi informasi, bukan seorang kriminal yang akan diperlakukan selayaknya hewan. Kau tidak perlu khawatir." Shino dengan datar menjelaskan.

Hinata mengangguk menyetujui, "Benar. Mereka mungkin hanya akan memberikan pertanyaan dan kita menjawab," Ucap Hinata menggantung, "Yah... Yang terburuk adalah mereka mungkin akan meminta atau menyuruh atau secara paksa melihat ingatan kita." Lanjut Hinata sambil meniup poninya yang mengganggu pandangan.

"Apa?!" Kiba berteriak kaget.

"Mengingat adanya Inoichi-san, itu tidak aneh. Dia adalah ketua dari Klan Yamanaka. Bukankah itu wajar?" Shino menatap Kiba datar.

Kiba menggeram frustasi, lalu menjatuhkan dirinya disebelah disebelah Hinata. Dia memutar tubuhnya dan menjadikan paha Hinata yang sudah ditutupi dengan kain biru sebagai bantalan.

"Ini akan menjadi sangat melelahkan." Protes Kiba.

Hinata mengangguk, "Jangan diragukan."

Shino memejamkan matanya dan bersender pada dahan pohon, diikuti dengan Hinata yang menyenderkan kepalanya dipundak Shino.

TBC

Pendek? Emang.

Idenya lagi mampet, Guysss..
Niatnya mau dibikin satu chap sama pas diintrogasi, tapi kayanya tegang-tegangnya udah dulu deh. Di chapter selanjutnya aja...

Thanks for Reading 💜💜

Reborn as Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang