Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo salah udah maen maen sama gue."
Dafa turun dari motornya. Dia melepas kasar slayer kebanggaan nya itu. "Ambil Na! Gue yakin lo enggak akan kenapa-kenapa. Semua orang bakal pikiran dua kali untuk nyentuh lo!"
Diana memegangi ujung seragam kaos Dafa erat. "J-jangan tinggalin Diana."
"Enggapapa." Dafa menatap dalam dalam mata Diana. "Lo minggir bentar."
Diana menurutinya. Dia mundur pelan pelan sembari menggenggam erat slayer yang diberikan Dafa padanya. "Hati hati kak Dafa." Lirihnya.
Dafa merubah ekspresi nya. Berkelahi didepan Diana memang jarang. Namun untuk kali Dafa tak bisa tinggal diam saja.
"Mau lo apa? Duit?" Tanya Dafa mengeratkan rahang.
"Cih! Gausah gaya! Buruan habisin sat!"
Bermain main? Okelah Dafa ladeni.
Perkelahian itu tidak seimbang namun Dafa lebih unggul seperti biasa. Mereka sama sekali tak tau siapa itu Dafa. Hanya secuunguk seperti mereka tak akan ada artinya untuk Dafa.
"Weitss muluss njir. Sikat lah!" Beberapa orang mengerubungi Diana membuat Dafa kontan mengumpat.
"Shit!"
Tak ada celah untuk Dafa menyelamatkan Diana.
"Neng cantik banget, ikut yuk!"
Diana makin ketakutan. Punggungnya bergetar pelan sebelum dia memejamkan matanya. Menarik napasnya dalam dalam lalu kembali membuka mata dengan binar yang berbeda.
Tatapannya lebih tajam. Tangan Diana menepis kasar salah satu yang akan menyentuh pipinya. Hingga slayer yang tadi digenggamnya terangkat sempurna.
Semua nya mematung. Mereka meneguk saliva nya susah payah. Mereka jelas sangat mengenali lambang yang ada disana.
Artinya.... Gadis ini berbahaya! Mereka segera menjauh.
"MINGGIR! MUNDUR! JANGAN SAMPE KITA DIHABISIN HARI INI JUGA SAT!"
Diana menatap semua orang yang tadinya menatap remeh kini pergi ketakutan. Diana memegang sebentar kepalanya. Memejamkan mata lalu kembali membuka mata dengan tenang. "D-diana... Takut." Gumamnya lirih.
"Pergi lo! Jangan pernah jadi sok kuasa disini. Bukan jalan nenek moyang lo kan? Selamet lo kali ini!"
Puluhan orang itu berhamburan buru-buru pergi tertatih tatih.
Dafa berdecih. Dia mengusap sudut bibir nya yang tak sengaja terkena pukulan.
Dafa mengedarkan pandangan. Diana. Dia melihat gadisnya itu meringkuk ketakutan di pinggir jalan. Dia segera mendekatinya.