MCB| Lima puluh enam

3.6K 379 344
                                        


Hai balik lagi, nggak jadi sore update nya, sekarang aja, takut nya kalian pada nungguin *kepedean hahah.

PART KEMARIN PADA KENAPA SI?? ASTAGA😭😭 KOK BISA SAMPE 400 KOMEN PADAHAL VOTE NYA BELOM BANYAK???

MAKASIH 😩 kalian gacor parah🤘🔥

Thankyou so much, aku gabisa ngomong apa-apa lagi masih shock ahahah. Maaf juga ya ku jadi nggak ada waktu buat scrool komen kalian bales satu-satu😩 ku lagi ngga santai banget gais.

Harusnya double up semalem ya, cuma semalem belum selesai diketik+ mati lampu otomatis wifi rumahku mati maaf ya yaampun🤧 lagian aku gak nyangka bakal secepet ituuu. TYSM🥺🤎


Jangan lupa pencet mulmed or playlist yang menurut kamu sad or playlist fav kamu 🦋

Udah ya sisanya di note bawah. Selamat membaca!

Happy weekend 🔥🤎

******


















































Dafa berjalan di lorong panjang yang terasa mencekamkan baginya. Kejadian sore tadi berputar putar di kepalanya. Cowok itu kemudian memegang pegangan kursi rumah sakit agar menopang tubuhnya. Suasana sunyi seolah memahaminya. Angin malam seolah tengah menertawakannya.

Lelucon apa ini tuhan?

Tatapan nya terlihat kosong. Tak ada ekspresi apapun meski kenyataan nya kini rongga dada nya terasa nyaris meledak karna rasa sakitnya.

Dia kemudian terkekeh pelan, "Apa yang lo cemasin Dafa? Bukannya bagus? Bukannya bagus semua ini kejadian?"

"Argh!!! Damn!!!" Dafa menendang kursi yang dia duduki tadi dengan kesal. Tubuhnya jatuh ke dinginnya lantai. Membenturkan kepalanya sekuat tenaga kesana.

"Mati lo Daf! Mati! Lo gak becus jaga dia! Mati lo!!"

Dafa memejamkan matanya. Berkata serak, "G–gue gamau lo kenapa kenapa Na,"

"K–kenapa hm? Kenapa lo harus lakuin hal itu? Arhh! Fuck! Maaf Yah Mah! Dafa kalah sama cinta!" Cowok itu terlihat terguncang hebat. Saat seperti ini dia butuh penopang. Sayangnya penopang satu satunya itu sedang berjuang didalam sana agar bisa tetap hidup.

"Luka tusukannya cukup dalam hingga mengenai organ hati nya. Juga pasien sangat kekurangan darah saat ini.Maka pukul enam lewat sepuluh menit ini. Pasien atas nama Diana Delano dinyatakan koma."

Dafa mengacak rambutnya frustasi. Ini bukan yang diinginkannya. Bukan seperti ini. Diana seharusnya tidak melakukan itu.

"DIANA!!!"

Dafa mengepalkan kepalan tangannya kuat kuat hingga urat urat otot nya terlihat. "Fuck!! Sialan! Sialan sialan!!" umpatnya memukul kepala nya ke kursi itu hingga keningnya lebam.

Dafa meneguk ludahnya susah payah, "G–gue gak bisa Na, gue gak bisa,"

Dafa memejamkan matanya lagi kuat kuat berharap semua ini hanya mimpi dan saat dia terbangun Diana akan tersenyum lebar menatapnya dan mengajak nya pergi sekolah.

Kenapa bisa bisanya ada penyesalan dalam diri Dafa telah menyakiti gadis itu sebegitu dalamnya? Salahkan perbuatannya selama ini?

Kenapa dunia selalu berpikir bahwa semua kesalahan ada padanya? Salahkah dia membalas hal setimpal yang dilakukan bajingan tak mempunyai moral seperti Darren?!

My cool badboy [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang