MCB| Enam puluh

3.5K 330 89
                                        

Hi thankyou for waiting🥺🤍

Yuk doain yuk MCB ending bulan ini (haruss) kalian dh nunggu lama bgt ya apalagi yang pembaca dari cerita ini chapter satu (gatau masih ada apa ngga kali aja ada haha)

By the way happy 260k pembaca! Vote nya dinaikin yya🥺🖤

⚠️Wajib siapin playlist sad kalian biar ngena (doain) part ini sedih-sedih nya terakhir haha.

Atau ga putar mulmed aja yaa, biar lebih terasa feel nya:)


Selamat membaca!











































































Bibir Diana kembali bergerak, namun dia masih sangat sulit mengeluarkan suara nya lagi. Dengan lemas dia hanya mengode bahwa susah berbicara pada dokter membuat dokter itu mengangguk paham.

Abel menatap Diana dengan senyuman mengembang diam diam merasa tertegun. Diana kayak punya ikatan batin yang kuat sama kakak nya, dia bisa sebut kakaknya tapi setelah itu belum bisa ngomong apapun.

"Naa, tenang ya kamu aman,"

Diana hanya diam menatap langit langit dengan hampa tanpa memperdulikan perkataan dokter ke Abel. Kenapa dia bisa seperti ini? Kenapa rasanya dia tidur lama sekali?

Diana memejamkan matanya sebentar. Seketika putaran memori nya kembali.

Diana menggeleng kuat, dia menggengam tangan Delvin. "Nggak!! Sampe kapanpun Diana nggak akan biarin hal itu terjadi, nggak," Diana menatap Delvin dengan tatapan memelas menangis kencang.

"Kak Delvin, nanti siapa yang beliin Diana coklat lagi?! Siapa yang beliin Diana eskrim lagi? Kak Delvin!! Hiks, hiks, nggak...." Diana bahkan memeluk tubuh Delvin erat.

Dafa mengeratkan genggaman di pistol nya. Bayangan bayangan wajah puas Darren yang menghabisi ibunya saat itu terputar kembali di pikirannya. Bagaimana laki-laki psikopat itu tidak punya hati menembak kepala ayahnya.

Dengan cepat Dafa kembali mengarahkan pistol itu ke dua orang kakak beradik itu dengan pikiran yang sudah tidak jernih.

Delvin dengan cepat mengubah posisi dia dengan Diana yang masih memeluknya erat.

DOR!

Diana yang tadinya menangis berhenti. Arga, Vero, Fino, juga Adit yang baru datang ikut terkejut.

"K–kak Delvin," Mata nya memandang nanar kedepan. Bibirnya bergetar tak sanggup menahan apa yang dirasakannya. Jantungnya berdetak kencang bukan main.

"Kak Davin!!" Diana merebut ponsel Dafa begitu saja lalu menempelkan-nya di telinga. "K–kak?? Kak Davin!! Ini Diana kak.."

"D-diana? Itu k-kamu sayang?"

Diana hendak menangis mendengar suara Davin yang terdengar sangat kesakitan.

"Tutup Ver."

"Siap! Awas lo!"

Tut!

"Kak Davin!!!" Diana hendak meraih raih ponsel Dafa ketika cowok itu membawanya pergi.

"TUNJUKIN DIMANA KAK DAVIN!! JADI KAK DAFA YANG BAWA KAK DAVIN HAH?? DIMANA KAK DAVIN SEKARANG!! JANGAN HABISIN DIA DIANA MOHON!" pekik Diana histeris. Tubuhnya merosot kebawah dan memegang kaki Dafa erat.

My cool badboy [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang