Selamat malam. Malem yang nggak biasa ya. But sorry ya lagi lagi baru bisa up sekarang ini pun aku ngetik ngebut. Dari kemarin bantuin nyokap buat kue repot bener emang😩
Doain smoga bisa up lebih cepet lagi, biar kalian juga gak nunggu lama huhu<3
So, udah ada yang dapet THR?
Udah ada yang makan ketupat??
Minal aidzin wal faidzin yaa, mohon maaf masih banyak kekurangannya🤧
Selamat malam takbiran✨💗
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dari mana saja?" seluruh kakaknya berderet didepan pintu. Seolah sudah tau Diana baru pulang.
Diana mendongak dengan mata sembabnya, sembari berusaha mengukir senyum manis. "D-dari–"
"Semua luka mu sudah menunjukan semuanya," sela Davin dengan rahang terangkat.
"Sudah berapa kali kakak peringatkan?! Jangan berurusan dengan dia lagi Diana!"
Diana tersentak saat Davin sedikit meninggikan suara. Laki-laki itu kemudian ditenangi Delvin.
"Cukup. Biar Darren yang selesaikan," Ah, Diana baru ingat, maniknya tak menangkap kakak nya yang satu itu.
"D-dimana kak Darren?"
Semuanya menatap Diana dengan tatapan sulit diartikan. Bahkan Dendra pun nggan mengucapkan satu kata pun.
"Diruang bawah tanah,"
"Oh–oke, Diana kesana yaa." Diana berusaha tersenyum tipis pada Delvin membuat Delvin mengangguk kecil.
"Diruang latihan," Diana mengangguk. Dia segera masuk kedalam lift yang lumayan panjang. Setelah sampai beberapa orang dengan pakaian serba hitam juga senjata lengkap menunduk sopan padanya.
Sudah lama Diana tidak kesini, ada beberapa hal yang berubah ternyata.
"Semua kini harus memakai sidik jari untuk memasuki semua ruang ini nona. Dan hanya Nona yang bisa masuk. Kami hanya bisa menemani sampai sini."
Diana mengangguk pelan, setelah pintu canggih itu berhasil dibuka. Dia segera masuk, meski terlihat tenang dia juga sangat takut. Apa Darren akan marah besar padanya?
Diana mengedarkan pandangannya, hingga manik matanya bertemu Darren yang tengah fokus pada sasarannya. Dia menghela napasnya melihat korban tak berdaya itu sudah berusaha menjerit histeris.
"Enough kak." Diana menghentikan pergerakan laki-laki itu sembari berjalan mendekat.
Darren sama sekali tak menggubrisnya, laki-laki itu kini melemparkan panah nya tepat dijantung korban, hingga jeritan tertahan menggema keseluruh penjuru ruangan.