MCB|Enam

11.8K 597 11
                                    

Ingatkan jika ada typo.

Jangan lupa tekan tanda bintang🌟



Selamat membaca.
******


"Kena lo!"

Tangan Diana terkepal kuat. Dengan sisa sisa keberaniannya Diana mencabut satu serpihan yang menancap pada kakinya. Menahan rasa sakit dia memejamkan matanya kuat.

Orang itu semakin puas saat melihat darah yang mengalir di lantai. "Gue jamin setelah ini lo gak akan bisa lari!"

Setelah orang itu tepat dihadapannya Diana segera menusukkan nya tepat dilengannya yang kebetulan tidak memakai jaket atau apapun. "Ah–bangsat!"

Diana dengan segera berlari dengan sisa kekuatannya. Tidak, Diana tidak bisa lemah, Diana harus segera kembali kepada temannya. "Kak Dafa," Gumam Diana.

"Diana takut."

"Mau kemana cantik!" Tiba-tiba seseorang datang tepat dihadapan Diana membuat Diana membulatkan matanya terkejut. Refleks dia terjatuh karna keadannya yang memang sudah limbung. "Awsh,"

"Cup cup cup, kasian gue sama lo, dengan kaki yang terluka gitu masih bisa ngelawan anak buah gue hah!?"

Diana mendongakkan kepalanya menatap sosok yang terasa baginya seperti monster...

"M-maaf," Lirih Diana gugup. Dia kembali memejamkan mata menahan perih di kakinya. Semakin lama Diana merasa semakin banyak darah yang keluar.

"Ck, kasian banget sih lo. Cantik-cantik tapi harus kena serpihan kaca gini. Lo liat sepanjang lorong darah lo itu terus-terusan netes. Gimana kalo gue obatin hem?"

Diana menggeleng kuat, "Maafin Diana, maaf,"

Laki-laki itu membulatkan matanya terkejut, apa dia tak salah dengar? Senyum yang tadinya tersungging berubah jadi seringaian. Pacar macam apa lo gak bisa jagain cewek lo. Dafa.

"Tenang aja. Gue orangnya gak sejahat mereka. Ayo ikut gue, gue obatin!"

Diana yang hendak menurut akhirnya menelan salivanya susah payah. Dia ingat kata-katanya tadi... Anak buah... Artinya orang ini adalah ketuanya.

Diana menggeleng berusaha tenang, "Diana bisa sendiri. Gapapa, permisi."

Siapa tau dengan sopan Diana akan dibebaskan. Nyatanya, itu hanya khayalan nya saja..

"Emhhh–" Diana memberontak saat mulutnya dibekap.

Vendro terkekeh sinis, "Gue udah baik-baik tapi lo maksa gue buat kasar. Sekarang lo bisa gue jadiin pancingan karna lo kelemahan Dafa. Diana? Is true?"

---------

Setelah sampai di sekolah Dafa segera melempar tongkat baseball nya kearah musuh yang menghadangnya. "BANGSAT! BERANI BANGET LO MASUK SEKOLAH GUE ANJING!

Sisi liar Dafa terbuka. Laki-laki dengan nafas memburu itu terus memukul musuhnya selayaknya benda yang tak bernyawa. "Diana," Gumam Dafa mengingat kekasihnya itu.

"Siswi aman semua!?" Tanya Dafa membuat adik kelasnya mengangguk.

"Iyya bang semuanya pada di kelas."

"Kawal yang di kelas!" Titah Dafa lalu kembali menghajar musuhnya.

"STOP DAFA CAKRAWALA!"

Dafa yang hampir ingin memukul musuhnya terhenti karna dis kenal suara itu. "Cih, pengecut,"

Nafas Dafa terhenti kala melihat Diana bersama Vendro. "Bang–"

"Hentiin umpatan lo itu! Gue lagi ada sama cewek lo ini haha," Vendro terkekeh puas. Dari sini dia bisa melihat tatapan Dafa yang lemah.

My cool badboy [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang