Part kemarin rame amat kenapasih? Wkwk takut bgt kayaknya sad end ya? Pdhl end masih lama baru juga permulaan haha.
Baca nya jangan ada yg dilewati tiap tokoh disini punya teka teki tersendiri. Jadi harus paham-paham deh ya🤪
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tandai kalau ada typo🙂
Let's read🏴☠️🖤
******
Gadis berambut panjang dengan ujungnya yang ikal itu berjalan diatas trotoar. Matanya menatap kosong kedepan. Dinginnya malam tak membuatnya sama sekali terganggu. Masih setia melamun sambil berjalan ntah tujuannya kemana. Diana.
Jejak air matanya masih ada di pipinya. Bahkan tatapan orang orang yang berlalu lalang di sekitarnya tak dihiraukan. Untuk kedua kalinya. Kekacauan menyambut hidupnya.
Diana tersenyum miris, dia tak memperdulikan beberapa orang yang kini ada dibelakangnya. Mengawasinya. Tanpa difikirkan pun Diana tau mereka siapa.
"Nonaa, mari pulang. Tuan Darren sudah menunggu anda."
Diana menepis kasar salah seorang yang hendak membantunya. Tampilan mata sembab nya membuat para bodyguard merasa kasian.
"Pergi! Diana udah tau jalan pulang!" Diana mengusap kasar air matanya. Kepalanya mendadak pusing. Matanya memburam.
Diana menghela napasnya sebentar, mencoba mengatur napasnya yang masih sesak.
"EH EH TUNGGU TUNGGU! Mama baru dateng kalian mau kemana hah?" Risa tiba tiba datang sembari menyelonong. Wanita dengan setelan yang masih terlihat muda itu meletakkan sepaket coklat dan buah buahan dengan merk ternama.
"Aduh Diana!! Yaampun kenapa Dafa baru bilang kalau kamu dirawat ha? Gimana? Masih ada yang sakit enggak? Masih pusing? Siapa siapa yang gituin kamu sayang ha? Belum pernah dipukul sama centong mama kayaknya! Dafa gimana sih kamu gak bisa jagain Diana? Jangan pulang kalau masih pusing deh. Disini aja. Orang gak bayar ini yaaa. Gratis tis tiss kok. Udah pokoknya yang terbaik buat Diana. Oke?"
Diana melongo sebentar mendengar ucapan Risa. Mereka semua juga yang ada disana sampai menggeleng tak percaya, kecuali Dafa.
"Napas Ma. Ntar gak sempet menua sama papa." Kata Dafa santai seraya membuka paket coklat itu.
Risa mendelik, "Bagus ya kamu! Jahat banget doain nya! Hih!"
Diana tertawa sebentar, "Gapapa ma. Diana udah sehat kok. Nih liat nih! Udah gak pusing juga makannya boleh pulang."
Risa mengusap puncak kepala Diana dengan senyuman lembut. "Yaudah yuk, Mama anter sampai depan. Eh kalian temen Diana juga kan? Naik mobil tadi?"