Felix melaju di atas kuda hitam gagahnya. Matahari sudah berada di sebelah barat dan dalam hitungan jam malam akan segera tiba. Kereta yang membawa Aria menggunakan sihir yang dapat menambah kecepatan sehingga mereka kesulitan menyusul.
Sudah berjam-jam telah berlalu. Felix tak yakin bagaimana kondisi Aria saat ini. Jika terjadi sesuatu pada wanita itu apa yang akan dia katakan pada Aiden? Bagaimana jika Aiden nanti membencinya?
Felix tidak bisa membayangkannya.
Selain menggunakan sihir kecepatan, pengikut Kuil Kegelapan juga memasang jebakan yang membuat Felix dan pasukannya harus mengambil jalan memutar. Sudah banyak waktu yang terbuang sia-sia. Jika mereka tak bisa menemukan Aria sebelum malam tiba, kemungkinan wanita itu selamat sangatlah kecil.
Psiuu! Psiuu!
Kuda yang ditumpangi Aston memicu jebakan panah mengurangi jumlah prajurit yang dapat bertarung. Semakin jauh mereka melaju semakin banyak jebakan yang di pasang. Felix yakin dia sudah dekat dengan tempat tujuan.
Tiba-tiba sekelompok orang-orang berjubah menghadang mereka. Felix turun dari kudanya mencabut pedang di pinggang. Tanpa aba-aba dia mulai menebas musuh yang ada di hadapannya.
Para pengguna sihir biasanya lemah dalam pertarungan jarak dekat. Sebisa mungkin mereka akan menjaga jarak agar bisa terus menyerang dari jauh. Selain itu butuh waktu beberapa detik untuk mengucapkan mantra. Felix memanfaatkan kelemahan itu dengan terus maju menggunakan kelincahan gerakannya. Pasukan di belakangnya membantu menyerang dari jauh dengan panah.
Aston tak mau kalah. Dia harus membuktikan pada anak buahnya kalau dia juga bisa bertarung seperti Felix. Aston muak dengan para Bangsawan haus kekuasaan yang terus menyudutkannya sebagai calon Kaisar yang tidak kompeten.
"Aku memang tidak pandai mengayunkan pedang. Tapi aku ini seorang Great Mage loh."
Aston mengangkat tangan kirinya dan lingkaran sihir keemasan muncul di telapaknya. Puluhan pedang dari cahaya terbang dengan kecepatan tinggi menggores tubuh musuh. Aston menyisir rambutnya ke belakang, puas dengan serangannya barusan.
"Yang Mulia, Duke, kami akan menahan mereka disini. Anda bisa pergi duluan."
Felix mengangguk segera berlari melewati orang-orang berjubah itu diikuti Aston dan beberapa Assasins. Mereka tidak bisa menggunakan kuda karena terlalu banyak jebakan yang terpasang.
Langit sudah berubah warna menjadi oranye. Felix harus cepat.
***
Aria mendongak melihat pergelangan tangannya sudah memerah. Begitu juga dengan pergelangan kakinya yang lecet karena rantai besi sialan. Malam hari akan segera tiba yang artinya upacara yang tadi mereka sebut akan segera dilaksanakan.
Perasaan putus asa menyelimuti hati Aria. Rasanya tidak mungkin pertolongan akan datang. Ini bukan cerita novel ataupun komik dimana akan ada pahlawan yang menolongnya. Lebih baik Aria tidak mengharapkan apapun. Jikapun harus, dia lebih memilih bergantung pada dirinya.
Belasan orang berjubah mulai berkumpul di sekitar Aria dan Charla. Lima orang paling depan membawa lilin berwarna hitam. Lilin yang menyala itu diletakkan di depan Aria dan Charla.
Pria tua itu lalu mendekat pada Aria dengan sebuah belati di tangannya. Aria memekik saat belati itu menggores pipinya. Dasar segar mengalir sampai membasahi gaunnya yang berubah lusuh. Pria itu melakukan hal serupa pada Charla. Namun wanita itu malah membalas dengan tatapan tajam.
Saat pria tua itu kembali ketempatnya, lima orang yang tadi membawa lilin mulai melantunkan mantra. Aria merasa suhu di sekitarnya naik. Udara yang semula dingin menjadi hangat, lalu mulai memanas. Samar-samar Aria dapat melihat api hitam muncul melahap kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] #9 in Fantasi !!! #1 in Fantasy !!! #1 in Romansa !!! Potongan memori yang terakhir dia ingat adalah ketika matanya memandang langit-langit saat tubuhnya jatuh dari atas tangga apartemennya. Namun ketika terbangun, dia...