-21- Pale Moon

55.6K 9K 815
                                    

Baca note di bawah!!
_______

Hembusan angin malam masuk melewati jendela yang sengaja dibuka lebar. Di bawah sinar rembulan malam itu, Felix terbaring dengan lengan tangan menutupi matanya. Tempat tidur bernuansa serba putih itu terasa dingin. Sudah bertahun-tahun lamanya ditinggal sang pemilik.

Dia berbalik ke kanan menatap bulan purnama yang nampak pucat. Hari disaat gadis itu pergi bulan juga tengah bersinar terang. Felix ingat malam itu dia berada di ruang kerjanya dengan tumpukan berkas yang harus dia selesaikan segera agar dapat menikmati bulan madunya dengan tenang. Namun siapa sangka gadis itu justru pergi?

Felix berani bersumpah dia tidak pernah mencintai Aria kala itu. Namun kematian gadis itu ternyata sangat membebaninya. Lebih dari ketika dia kehilangan Alyssa. Apa hanya karena rasa tanggung jawab? Tapi ini sudah bertahun-tahun lamanya.

Apa penyesalan? Mungkin itu benar sebuah penyesalan. Malam itu sebenarnya ada yang ingin Felix sampaikan pada Aria. Dia ingin meminta maaf perihal kejadian yang membuat mereka tidur bersama sebelum menikah. Felix berniat menemani Aria di danau tetapi dia mengurungkan niatnya karena tuntutan pekerjaan.

Dan Felix menyesal lebih memilih pekerjaannya dari pada menemui Aria. Andaikan saja ada Felix, Aria mungkin baik-baik saja. Mereka mungkin sudah menjadi pasangan suami-istri dengan seorang anak. Anaknya mungkin dapat berteman dengan Aiden karena berusia sepantaran.

Felix menggeleng kuat sembari mengusap kasar wajahnya. Matanya terpejam sembari menarik napas dalam-dalam. Dia tak boleh terus-terusan terikat dengan masa lalu. Sekarang ia hanya bisa berharap gadis itu dan calon anaknya sudah tenang dan mendapatkan tempat terbaik di alam sana

Saat matanya kembali terbuka, Felix mendapati sosok wanita cantik berambut panjang yang menjuntai dengan gelombang-gelombang indah. Dia mengenakan gaun tidur tipis berwarna putih yang dengan jelas memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.

Mata Felix membulat saat mengenali wajah wanita itu. Dia seharusnya tidak berada di tempat ini. Felix berkali-kali mengusap matanya memastikan apa yang lihat adalah nyata atau hanya halusinasinya saja. Namun wanita itu masih berdiri di sana dengan senyum yang menggoda.

"Alyssa?"

Bukannya menyahut, wanita itu malah berjalan mendekat. Dia menatap Felix dari samping tempat tidur lalu duduk disana. Tangannya terangkat untuk menyentuh wajah Felix namun lelaki itu menahannya mendekat.

"Bagaimana bisa kau ada disini?"

Felix tahu seketat apa keamanan Mansionnya pada malam hari. Sejak kejadian hilangnya Aria, sistem keamanan diperketat berkali-kali lipat. Mustahil gadis biasa seperti Alyssa bisa masuk ke kamar ini dengan mudahnya.

"Apakah itu penting? Aku disini untuk menemuimu. Felix, aku merindukanmu."

Alyssa semakin mendekatkan dirinya. Gaunnya sedikit terturun memperlihatkan bahu putih mulusnya. Felix hanya diam tidak memberikan reaksi apa-apa saat wajah Alyssa mendekat ke wajahnya. Namun sebelum bibir mereka bertemu, sebuah kata keluar dari bibir Felix.

"Pergi."

Mata Alyssa mengerjap perlahan. Tatapan Felix berubah tajam menusuk tepat ke manik biru milik gadis itu.

"Kau tak dengar? Apa menjadi tunangan Putra Mahkota membuatmu kehilangan kemampuan mendengar?"

"F-felix." Felix menahan tubuh Alyssa yang sekali lagi mencoba mendekat. Dia turun dari tempat tidur lalu melirik sekilas ke jendela.

"Keluar atau aku panggil penjaga," ucap Felix dingin. Dia muak melihat wajah wanita itu. Kenapa malah Alyssa yang datang?

Alyssa meraih tangan Felix lalu menggenggamnya. Dia membawa tangan Felix  ke dalam pelukannya. "Felix, ini sudah malam. Tidak bisakah kau mengantarku? Di luar berbahaya. Atau setidaknya biarkan aku menginap semalam."

Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang