Aria merasakan sedikit keanehan pada dirinya. Beberapa minggu kebelakang ia merasa jadi mudah lelah. Awalnya ia hanya mengira dirinya terlalu sibuk dengan persiapan pembukaan toko kuenya tapi ternyata tidak hanya itu. Ia juga sering mual-mual.
Keanehan lainnya adalah sudah hampir dua bulan Aria tidak mengalami Menstruasi sejak dia tiba di dunia ini. Awalnya dia sempat berpikir mungkin saja tidak ada sesuatu seperti datang bulan bagi wanita di dunia ini. Namun pikiran itu terbantahkan saat dia mendengar keluhan dari karyawannya yang merasa nyeri karena datang bulan.
Lalu kenapa dia tidak juga datang bulan? Apa jangan-jangan...
Tak!
Aria tanpa sadar memukul meja kerjanya saat ia ingat kejadian itu. Hari pertama dia sampai di dunia ini adalah sehari setelah kejadian itu. Dia masih ingat tubuh kekar Felix yang terbaring disebelahnya.
Blush!
Aria menggelengkan kepalanya. Selama ini yang dia pikirkan adalah bagaimana cara bertahan hidup sampai-sampai ia mengabaikan dampak dari kejadian itu. Aria bahkan sama sekali tidak kepikiran kalau dia mungkin saja akan mengandung.
Apa aku benar-benar hamil?
Astaga, apa yang telah Aria lakukan selama ini? Kalau dia benar-benar hamil bukankah dia telah menjadi calon ibu durhaka? Dia tidak menyadari kondisi tubuhnya dan beraktivitas seperti biasa.
Aria tidak ragu untuk mengerjakan pekerjaan berat dan terkadang sampai menunda makan. Dia sering tidur larut malam lalu bangun saat dini hari. Bagaimana nasib bayi di perutnya ini?
Namun Aria harus memastikan kehamilannya terlebih dulu.
"Layla, aku akan keluar sebentar. Tolong gantikan pekerjaanku."
"Baik, Nyonya."
Aria segera mengenakan pakaian luarannya dan menyampirkan tas selempang ke bahunya lalu segera meninggalkan toko.
Dia memasuki sebuah klinik yang letaknya tidak terlalu jauh dari tokonya. Jika berjalan kaki, hanya akan memakan waktu 15 sampai 20 menit. Untungnya klinik itu sedang sepi sehingga Aria bisa segera dilayani.
"Apa keluhan Anda, Nona."
Dokter itu memanggil Aria dengan sebutan Nona karena Aria terlihat begitu muda. Umurnya memang masih 18 tahun.
"Aku sudah hampir dua bulan tidak datang bulan. Terkadang aku jadi mudah lelah dan sering merasa mual. Aku ingin memeriksa apa aku tengah mengandung."
Dokter itu memahami keluhan Aria dan segera memintanya berbaring di ranjang yang tersedia di sana. Ilmu kedokteran di dunia ini menggabungkan antara ilmu medis dan ilmu sihir. Cara pemeriksaan dan pengobatannya saja belum pernah Aria lihat sebelumnya.
Dokter itu hanya meletakkan sebuah kristal pipih berukuran 5 x 5 meter di atas perutnya lalu sebuah layar seketika muncul di hadapannya.
"Benar, Anda tengah mengandung. Janinnya sudah mulai berbentuk. Mungkin usianya sekitar 6 sampai 7 minggu."
Aria memperhatikan sosok yang ditampilkan di layar dengan takjub. Begitu kecil dan terlihat sangat rapuh. Kalau Aria dari awal tahu ada kehidupan lain di dalam tubuhnya ia pasti lebih memperhatikannya. Perasaan menyesal bercampur bahagia menjadi satu dalam air matanya.
"A-apa dia baik-baik saja?"
"Janinnya sehat, Anda tidak perlu khawatir. Dia terlihat kuat, mungkin karena gen bawaan orang tuanya. Anda perlu memperhatikan kesehatan Anda karena masa kehamilan awal adalah yang paling rawan. Jangan lupa istirahat dan menjaga pola makan Anda."
"Terimakasih, Dok." Aria kembali menatap calon bayi sambil tersenyum. Ini pertama kalinya ia mengandung baik di kehidupan ini ataupun kehidupannya yang lalu. Ia merasa bersemangat.
"Apa Anda datang sendiri? Dimana suami Anda?"
"Mm.. suamiku.. dia sudah tidak ada." Aria menundukkan kepalanya saat mengucapkan itu. Tidak ada hal lain yang terlintas dipikirannya selain itu. Sepertinya setelah ini ia perlu mengarang sebuah cerita tentang 'suami'nya yang entah kemana.
"Ah, maafkan aku, Nona."
"Tidak apa-apa, Dok."
***
Pagi hari sebelum tokonya buka, Aria mengumpulkan ketujuh karyawan di tengah ruangan. Mereka berbaris rapi dengan berbagai antusias di wajah mereka. Kebanyakan dari mereka merasa penasaran karena Aria sangat jarang mengumpulkan mereka seperti ini.
"Aku akan memberikan pengumuman singkat untuk kalian." Aria menatap karyawannya satu persatu. "Mulai hari ini aku akan mengurangi pekerjaanku di toko selama beberapa bulan. Aku akan tetap berada di toko untuk mengawasi pekerjaan kalian. Kuharap kalian bisa menggantikan posisiku dan melakukan pekerjaan kalian dengan baik."
Seperti yang diharapkan Aria, tak seorangpun dari karyawannya menunjukkan suatu reaksi. Lagipula siapa yang akan senang begitu mengetahui pekerjaan mereka akan bertambah?
"N-nyonya Irene, apa Anda sedang sakit?" Layla yang paling pertama bersuara entah kenapa menunjukkan wajah sedih dengan mata yang berair.
"Tidak, aku hanya ingin beristirahat sejenak." Aria tersenyum ramah. Layla memang terlalu berlebihan jika menghadapi sesuatu.
"Tapi kenapa begitu tiba-tiba, Nyonya?"
Gadis yang berposisi sebagai pelayan di tokonya seakan teringat sesuatu, "Apa... jangan-jangan Nyonya benar sedang hamil?"
"Jadi itu sungguhan?"
"Benarkah?"
Aria terkejut mendengar perkataan karyawannya. Bagaimana mereka bisa tahu padahal Aria tidak pernah menceritakannya.
"Sebenarnya kami menyadari tingkah Anda yang seperti seorang wanita hamil. Tapi kami tidak berani bertanya. Jadi Anda memang hamil, Nyonya?" Maya, pelayan berusia 22 tahun itu berkata. Dia adalah yang paling dewasa disini, bahkan lebih tua dari Aria sendiri.
Ternyata orang-orang disekitarnya malah lebih dulu sadar dibanding dirinya sendiri. Aria merasa dirinya begitu bodoh dan ceroboh.
"Itu benar." Aria mengusap perutnya yang masih rata.
"Wah, ini hebat!"
"Selamat, Nyonya. Semoga Anda dan bayinya sehat sampai persalinan nanti."
"Apakah bayinya laki-laki? Atau perempuan?"
"Mana mungkin kelihatan sekarang. Tapi apapun itu bayinya pasti rupawan seperti Nyonya Irene."
"Tapi aku tidak pernah melihat Anda dekat dengan pria selain karyawan disini. Dimana suami- ukh!"
Perkataan Layla terpotong begitu ia dihadiahi sikutan tepat di perutnya oleh Maya. Layla yang menyadari perbuatannya segera meminta maaf.
"Tak apa. Suami adalah seorang Ksatria. Dia telah gugur saat bertugas beberapa waktu lalu."
"Astaga! Maafkan aku, Nyonya. Aku tidak sengaja mengungkit masalah itu." Layla segera membungkukkan tubuhnya 90 derajat.
Aria menatap karyawannya yang kini memandangnya dengan tatapan kasihan. Dia sendiri tak masalah dengan itu. Toh itu hanya cerita palsu yang dikarangnya. Ayah dari anaknya masih hidup dan mereka semua kenal orang itu. Tapi tentu saja Aria tidak berniat membeberkannya.
"K-kalau begitu mulai sekarang Anda tidak perlu turun tangan langsung. Kami akan mengerjakan semuanya, Nyonya!"
"Layla, cepat ambilkan Nyonya Irene kursi. Wanita hamil tidak boleh berdiri terlalu lama."
"Nyonya jangan khawatir. Kami akan merawat Nyonya dengan baik. Jadi tolong nikmati masa kehamilan Anda dan jangan berpikir terlalu banyak."
Aria sangat bahagia mengetahui ia dikelilingi oleh orang-orang baik yang sangat peduli padanya. Dia tidak butuh apapun, mereka sudah cukup baginya.
-To be continued-
____________________
11 December 2020
Jangan lupa Vote, komen, & follow Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] #9 in Fantasi !!! #1 in Fantasy !!! #1 in Romansa !!! Potongan memori yang terakhir dia ingat adalah ketika matanya memandang langit-langit saat tubuhnya jatuh dari atas tangga apartemennya. Namun ketika terbangun, dia...