Mansion kediaman Duke Felix tampak tenang seperti biasanya. Para pelayan tampak bersenda gurau mengisi waktu luang di sela-sela pekerjaan mereka. Para prajurit juga berlatih pedang yang merupakan agenda rutin harian mereka.
Tapi di suatu lorong di Mansion itu, seorang pria tengah berjalan dengan sedikit terburu-buru. Para pekerja serentak memandang penuh kebingungan pada sosok pria yang biasanya terlihat penuh wibawa. Pria itu terus berjalan menuju sebuah ruangan yang pintunya tertutup rapat.
Kedua tangannya mendorong pintu itu dengan kuat sampai terbuka lebar sepenuhnya.
"Felix! Aku sudah tidak perjaka!"
Felix, Leon dan Aria yang berada di ruang kerja Felix serempak menoleh ke arah pintu. Felix menutup mulutnya dengan sebelah tangan berusaha menahan tawa, sedangkan Leon sudah membalikkan badan dan tertawa puas tanpa suara. Berbeda dengan dua pria itu, raut wajah bingung masih terpampang di wajah cantik Aria.
Ah, sialan!
Aston mengusap tengkuknya kikuk lalu menyisir rambutnya ke belakang. Dia berjalan memasuki ruang kerja Felix seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi. Aston kira tidak ada Aria disini. Kalau tahu, tidak mungkin dia meneriakkan kalimat bodoh itu dengan lantang dan bersemangat. Mau ditaruh dimana mukanya sekarang?
"Apa aku mengganggu kalian?"
Aria menggeleng, "Tidak, Yang Mulia. Kami sedang berdiskusi tentang pergerakan terbaru Kuil Kegelapan."
Aston mengangguk paham lalu mengambil tempat kosong di sebelah Aria. "Kenapa Lady Irene ikut dalam diskusi ini? Bukankah ini harusnya di rahasiakan dari warga sipil?"
"Seperti yang Anda tahu, Lady Irene sebelumnya pernah membantu misi kami. Jadi kami membutuhkan Lady Irene untuk mengawasi pergerakan Kuil Kegelapan. Sepertinya mereka mengincar para pengusaha yang tinggal di daerah distrik perdagangan. Lady Irene cocok untuk peran ini karena dia mengetahui seluk beluk tempat itu," jelas Leon sembari memberikan salinan dokumen yang sudah dia siapkan.
"Aku mengerti." Aston tidak merasa keputusan itu salah. Lagipula Aria tampak dapat dipercaya. Selain itu akan merepotkan jika mereka menjalin kerja sama dengan orang lain.
"Kalau begitu aku pamit. Ada banyak yang harus aku kerjakan setelah ini," ucap Aria sembari memasukkan barang bawaannya ke dalam tas. Setelah ini dia berniat mengunjungi suatu tempat.
"Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu, Duke. Sepertinya ada yang ingin Putra Mahkota bicarakan dengan Anda." Aria lalu bangkit dan memberi hormat kepada Aston. Baru saja ingin melangkah, Aria terjatuh. Dia merasa kepalanya tiba-tiba pusing. Perutnya seperti diaduk-aduk siap mengeluarkan apa saja.
"Lady!" Felix memegang kedua bahu Aria dan mendapati wajah wanita itu sangat pucat. Dia menyentuh dahi dan pipi Aria yang terasa sedikit dingin.
"Aku tidak apa-apa, Duke. Hanya sedikit pusing." Aria berdiri dengan bantuan Felix. Rasa pening yang menyengat hanya berlangsung sebentar. Sekarang dia sudah lebih baik.
"Irene, kembali lah dengan kereta yang kusiapkan. Kali ini tolong jangan tolak tawaranku."
"Terimakasih atas kebaikanmu, Duke." Aria lalu keluar dari ruang kerja Felix.
Felix benar-benar memperhatikan sosok Aria sampai menghilang dari pandangannya. Setelah itu dia langsung menatap Aston yang duduk di hadapannya.
"Jadi siapa yang mengambil keperjakaanmu?" tanya Felix.
"Kapan kau melakukan? Dimana? Dan bagaimana?" tambah Leon bersemangat.
Aston bersandar lalu menyilangkan kakinya. "Aku melakukannya sekitar seminggu yang lalu. Wanita itu...Saintess Charla."
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] #9 in Fantasi !!! #1 in Fantasy !!! #1 in Romansa !!! Potongan memori yang terakhir dia ingat adalah ketika matanya memandang langit-langit saat tubuhnya jatuh dari atas tangga apartemennya. Namun ketika terbangun, dia...