"Iya."
"Itu bagus."
"Tidak masalah."
"Aku menyukainya."
"Tidak perlu."
Hanya deretan kalimat singkat yang keluar dari mulut Aria saat ia ditanya bagaimana pendapatnya tentang gaun pernikahannya nanti. Dia dengan pasrah mencoba seluruh gaun yang telah disediakan oleh pemilik butik. Lagipula tidak penting gaun mana yang dipilih karena Aria tidak akan memakainya. Walaupun dia tidak kabur, dia juga tetap akan dibunuh jadi semua yang dia lalukan saat ini hanya sia-sia.
"Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Kau tidak puas dengan gaun-gaun ini? Kita bisa pindah ke butik lain."
Aria melihat Felix tengah menyandarkan tubuhnya di daun pintu. Pria itu sangat tampan mengenakan setelan jas berwarna putih yang merupakan setelan pernikahan mereka.
"Tidak, aku menyukainya."
Namun Felix tidak mempercayai itu. Dia dari tadi memperhatikan mata Aria sama sekali tidak menunjukkan minat apapun. Ini aneh karena harusnya gadis itulah yang paling bersemangat dengan pernikahan mereka. Felix tahu pernikahan politik ini sebenarnya diajukan oleh Aria yang jatuh cinta padanya.
'Apa kejadian malam itu masih mengganggunya?'
Tidak dapat dipungkiri ada sedikit perasaan bersalah di dalam hati Felix. Bagaimanapun mereka belum resmi menikah dan itu bukanlah hal yang sepatutnya dia lalukan. Walau begitu Felix enggan untuk meminta maaf.
"Pilihlah gaun yang kau suka. Kau terlihat cantik mengenakan apapun."
"Aku mengerti," balas Aria tersenyum tipis.
Jadi maksudmu aku juga tetap cantik walau nanti mengenakan gaun kematian ketika aku mati?
Sayangnya Aria tidak bisa benar-benar meneriakkan kalimat itu. Ia akhirnya memilih salah satu gaun yang menurutnya cantik karena tidak ingin berlama-lama lagi di tempat ini. Sungguh dia tidak ingin buang-buang tenaga hanya untuk hal-hal tidak berguna.
Setelah memilih gaun, Aria mengikuti Felix mengurus kebutuhan lain yang diperlukan untuk pernikahan mereka. Aria sama sekali tidak mengerti dan tidak berniat untuk memahaminya. Dia nampak seperti pelayan yang mengekor tuannya dan hanya mengeluarkan suara begitu ditanya.
Mestinya ada beberapa tempat lagi yang harus mereka kunjungi hari ini. Tetapi kereta yang Aria tumpangi malah bergerak kembali menuju Mansion milik Felix. Sepertinya pria itu memiliki urusan lain yang lebih mendesak. Lagipula baginya pernikahan ini juga tidaklah penting. Aria tidak mengharapkan apapun.
"Beristirahat segera. Aku akan mengurus sisanya."
Aria hanya mengangguk pelan menatap Felix yang tidak ikut turun dari kereta bersamanya. Kereta kuda itu kembali berjalan dan Aria segera memasuki Mansion.
Sesampainya di kamar, Aria segera melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia memang lelah tapi rasanya akan membosankan jika dia hanya beristirahat di kamar. Aria ingin melakukan sesuatu selagi Duke tidak ada di rumah.
Sebuah ide terlintas dibenaknya membuat Aria segera bangkit lalu berjalan menuju ke dapur utama di Mansion ini. Ia mengintip dari pintu masuk dan mendapati pekerja dapur dan para koki tengah bersenda gurau bersama. Saat Aria menampakkan diri, seluruh orang di ruangan itu spontan terdiam dan seketika berbaris rapi menyambutnya.
"S-salam, Lady Aria."
Aria mengangguk singkat lalu memandang Kepala Koki yang mendekatinya, "Lady Aria, apa yang membawa Anda ke tempat ini? Apa Anda ingin sesuatu sebagai makan siang Anda? Atau makanan yang dihidangkan tidak sesuai selera Anda?"
Wanita itu memperlakukan Aria dengan sopan. Bagaimanapun Aria adalah calon Duchess di Mansion ini. Dia tak lama lagi akan segera menjadi Tuan mereka. Tentu tidak boleh ada sesuatu yang membuat Aria tidak suka.
"Aku hanya ingin melihat-lihat. Apa ada bahan-bahan untuk membuat kue yang tersedia?"
"A-ada, Lady. Semua tersedia ditempat penyimpanan," jawab Kepala Koki sedikit memiringkan kepalanya. "Apa Anda ingin memasak?"
"Ya, aku bosan dan ingin membuat kue."
Jawaban yang keluar dari mulut mungil Aria membuat membuat mereka kompak membelalakkan mata. Kepala Koki segera memerintahkan para pekerja untuk mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang Aria butuhkan.
"Apa Anda butuh bantuan, Lady?"
"Tidak, aku akan melakukannya sendiri. Kalian hanya perlu menunggu dan saat kuenya sudah jadi tolong beri penilaian."
Para pekerja semakin terkejut dengan perkataan Aria. Sangat sedikit bangsawan yang memiliki keterampilan memasak karena itu dianggap bukanlah keterampilan yang patut dipelajari oleh bangsawan. Alasannya karena pekerjaan seperti itu biasanya hanya dilakukan oleh orang biasa dan dianggap sebagai pekerjaan rendahan. Para Bangsawan negeri ini lebih berfokus memperdalam wawasan dan pengetahuan mereka.
Namun Aria sepertinya salah mengartikan tatapan terkejut para pekerja dengan hal lain.
"Tenang saja, aku pastikan kue buatanku layak untuk dimakan dan kalian tidak akan keracunan."
"B-bukan seperti itu maksud kami, Lady."
Apapun yang coba mereka katakan, Aria sama sekali tidak memikirkannya. Ia sudah sibuk mencampurkan bahan demi bahan ke dalam wadah dan mulai mengaduknya.
Di kehidupannya yang lalu Aria memang memiliki hobi memasak. Dari kecil ia sebenarnya bercita-cita ingin mengelola toko kuenya sendiri. Tapi dirinya malah berakhir bekerja di sebuah firma hukum. Arie terkadang menerima pesanan kue yang hanya bisa ia kerjakan setelah pulang kerja. Bodohnya lagi Aria malah tertipu oleh sahabatnya sendiri.
Apa gunanya selama bertahun-tahun Aria mengurusi berkas kasus penipuan jika diapun menjadi salah satu korbannya. Bahkan ia tidak sempat menuntut jalang itu karena dia sudah keburu mati dan terdampar di dunia ini. Apa yang terjadi pada jalang itu sekarang? Apa dia sudah dipenjara karena kasus pembunuhan? Atau malah dia memalsukan kematian Aria menjadi kasus bunuh diri.
Sialan, kalau terus memikirkan ini bisa-bisa kue buatannya malah gagal!
Aria lalu membuka oven dan mengeluarkan beberapa loyang dari dalam sana. Udaranya terasa panas menusuk kulit putihnya namun Aria sudah terbiasa dengan itu. Aroma manis bercampur gurih segera menyebar di udara membuat orang yang menciumnya menjadi lapar seketika.
Kue buatan Aria ini adalah salah satu resep andalannya. Pie Susu Keju yang memiliki tekstur lembut namun krispi. Dulu, Aria menjualnya secara online dan menghasilkan cukup banyak uang karena kue itu sempat populer. Aria memotong pie itu menjadi beberapa bagian lalu menghidangkannya di piring saji.
"Cobalah dan beritahu aku bagaimana rasanya."
Para pekerja berebut untuk mencicipi pie buatan Aria. Sesuai dugaan mereka rasanya pasti senikmat aromanya. Ini adalah rasa yang tidak pernah mereka cicipi sebelumnya. Hanya dengan melihat para pekerja menikmati kue buatannya saja sudah membuat Aria puas.
"Lady, Anda sungguh berbakat. Saya jadi malu karena telah menyiapkan makanan yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan buatan Anda."
"Ini benar-benar enak!"
"Wah, Lady kita memasak kue untuk kita. Aku sangat terharu. Ini adalah sebuah kehormatan."
Aria merasa senang. Setidaknya dia memiliki sedikit kenangan yang baik sebelum ia meninggalkan Mansion ini. Karena dalam beberapa hari lagi ia tidak akan melihat mereka lagi.
"Aku senang kalian menyukainya. Tolong antarkan beberapa ke kamarku. Aku akan beristirahat disana."
"Baik, Lady!"
Aria meninggalkan dapur lalu menuju ke kamarnya. Satu-satunya hal yang tersisa yang harus ia lakukan adalah segera pergi dari Mansion ini.
-To be continued-
_____________________
4 December 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] #9 in Fantasi !!! #1 in Fantasy !!! #1 in Romansa !!! Potongan memori yang terakhir dia ingat adalah ketika matanya memandang langit-langit saat tubuhnya jatuh dari atas tangga apartemennya. Namun ketika terbangun, dia...