-29- Potential Rivals

50.9K 8.1K 541
                                    

Perjalanan Felix selama beberapa hari di wilayah barat sama sekali tidak membuahkan hasil. Dia tidak menemukan petunjuk sedikitpun tentang wanita yang terlihat mirip seperti Aria. Wanita itu seolah menghilang tanpa jejak.

Felix bahkan harus merelakan waktunya yang harusnya dia habiskan dengan Aiden selama anak itu masih tinggal di Mansionnya. Ketika Felix pulang, Aiden dan Aria sudah tidak ada disana. Karena itu sekarang Felix mengunjungi toko kue untuk menemui Aiden.

Namun yang dia dapati malah pemandangan yang menyakitkan mata. Sejak dia datang Aiden hanya menyapanya sejenak lalu sibuk berbincang dengan seorang pria berkaca mata. Aria yang biasanya hanya melayani dari balik meja kasir kini bahkan ikut duduk di meja itu. Mereka bertiga terlihat seperti keluarga bahagia.

Dan Felix hanyalah orang luar yang menyaksikan dari jauh. Menyebalkan sekali.

Pesanan Felix datang, tetapi dia jauh lebih tertarik pada pelayan yang mengantar pesanannya. Felix menahan tangan pelayan yang baru saja ingin pergi.

"Kau Layla kan? Duduklah, ada yang ingin ku tanyakan."

Layla menuruti permintaan Felix dan duduk di hadapannya. Layla adalah pelayan yang sering Aiden ceritakan sebagai biang gosip tempat pusat informasi berada. Tak ada berita yang luput dari pendengaran Layla. Jadi harusnya gadis ini dapat Felix manfaatkan.

"Layla, aku sering mendengarmu dari Aiden. Kau adalah sosok yang paling sering membantu Aiden disini. Jadi sepertinya kau bisa membantuku juga."

Layla segera mengibaskan tangannya mendengar pujian yang keluar dari mulut Felix, "Itu tidak benar, Duke. Tapi jika ada yang bisa kubantu, aku akan melakukannya hohoho."

"Baiklah," Felix menautkan jemarinya, "Kau tahu hubungan apa yang dimiliki Lady Irene dengan orang itu? Aiden terlihat akrab dengannya."

Layla mengikuti arah pandangan Felix dan langsung paham dengan maksud Felix meminta bantuannya. Yang ada di pikiran Layla saat ini adalah Duke sedang cemburu melihat kedekatan Aria dengan pria itu. Ini saatnya Layla mengeluarkan bakatnya dalam melebih-lebihkan suatu cerita.

"Pria itu Tuan Alan Vrauss. Dia cukup dekat dengan Nyonya Irene karena Tuan Alan juga merupakan mitra bisnis kami. Dia adalah satu-satunya pria yang bisa akrab dengan Aiden. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Aku sempat mendengar Tuan Alan berniat melamar Nyonya, tapi aku juga tidak yakin dengan kabar itu," jelas Layla. Dia rasa ceritanya tidak mencurigakan jadi Duke Felix pasti akan mempercayainya.

"Apa mereka memang sedekat itu?"

"Anda bisa melihatnya sendiri. Biasanya Nyonya dan Aiden akan mengabaikan pria-pria yang mendekati Nyonya. Hanya Tuan Alan saja yang diperlakukan berbeda." Ekspresi meyakinkan dari Layla membuat Felix merasa percaya. Hanya sebentar memperhatikan dari jauh saja Felix dapat merasakan kedekatan mereka.

Entah mengapa dia jadi merasa tersaingi.

"Duke, aku sarankan jika Anda tidak ingin kalah segeralah bertindak. Kita tidak tahu kapan Tuan Alan akan bergerak. Bisa saja besok Aiden sudah menjadi milik Tuan Alan. Duke jangan khawatir. Aku akan mendukung Duke sepenuhnya."

Dengan begitu aku akan naik gaji, pikir Layla tersenyum licik dalam hati. Dia pasti akan memenangkan taruhannya dengan Aria.

"Kalau begitu, tolong bantu aku."

***

"Yang Mulia, kenapa Anda mengajak bertemu disini? Dan kenapa penampilan Anda seperti ini?"

Chain memandang aneh Aston yang duduk di hadapannya. Aston mengenakan pakaian yang digunakan bangsawan biasa. Selain itu dia mengubah warna rambut dan matanya menjadi coklat. Dia cukup sulit dikenali karena orang-orang hanya ingat warna emas yang melekat padanya.

Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang