Sejak kejadian hari itu, pengawalan terhadap Aria menjadi lebih ketat. Para pengawal diwajibkan menjaga Aria kemanapun gadis itu pergi untuk memastikan keamanannya. Ini membuat Aria harus menunda rencananya selama beberapa hari. Padahal ia ingin sesegera mungkin meninggalkan Mansion ini.
Untungnya sekarang keadaan menjadi seperti sedia kala. Hari ini Aria dibiarkan membaca buku di pinggir danau tanpa pengawalan. Para penjaga hanya menunggu di depan pintu masuk untuk memastikan apakah Aria kembali atau tidak. Karenanya Aria dapat melaksanakan rencananya malam ini juga.
Aria keluar hanya dengan membawa sebuah buku dan selembar selimut yang ia sampirkan di kedua bahunya. Seluruh perlengkapan pemalsuan kematiannya telah ia sembunyikan di semak-semak sekitar danau dari jauh-jauh hari. Sehingga yang tersisa adalah eksekusinya.
Aria memandang ke sekeliling memastikan bahwa benar-benar tak ada seorangpun di dekatnya. Semua akan percuma jika dia tertangkap basah di tengah jalan. Setelah memastikan keadaan aman, ia segera mengambil bungkusan yang disembunyikannya.
Gaun tidurnya segera ia ganti dengan gaun sederhana yang biasa di kenakan oleh remaja dari kalangan orang biasa. Sekeluarnya dari Mansion ini ia akan menyamar sebagai rakyat biasa. Aria mengambil gunting lalu memotong rambutnya dan menyebarkan potongan rambut itu ke danau. Hal serupa ia lakulan pada gaun tidurnya.
Tak lupa ia mengatur posisi buku dan sandalnya di pinggir danau. Aria menatap tangannya yang masih menyisakan bekas luka lalu menggoresnya dengan pisau. Darah yang menetes ia biarkan jatuh di atas sebuah batu di pinggir danau. Sebagian lagi ia teteskan ke dalam air.
Dengan begini sebuah TKP kecelakaan telah terbuat. Orang-orang yang melihat ini pasti akan berpikiran kalau Aria tewas karena terpeleset di pinggir danau lalu kepalanya menghantam sebuah batu dan tubuhnya hanyut di danau.
Terlalu drama, tapi biarkan saja lah.
Terakhir, Aria mengenakan kalung yang dapat merubah warna mata dan rambutnya. Dia juga sudah menyiapkan alat sihir tambahan yang dapat menghapus jejak Mana dari orang yang memakainya. Aria menggunakan alat ini untuk berjaga-jaga kalau saja Felix memanggil orang gereja untuk mendeteksi Mananya.
Percuma saja dia memalsukan kematiannya kalau Mananya tetap bisa dilacak.
Ia menatap Mansion megah itu untuk terakhir kalinya karena ia tidak berniat kembali kesana. Selamat tinggal Duke Felix de Morgan.
Aria tak punya banyak waktu. Ia segera memakai jubahnya lalu meninggalkan Mansion melalui lubang besar yang biasa digunakan oleh para Ksatria apabila mereka ingin bolos latihan.
***
Jalanan kota sudah sangat sepi hanya segelintir orang yang masih berlalu-lalang di sana. Karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul tengah malam, para penjaga sudah mulai berpatroli.
Aria menarik tudungnya ke bawah semakin menutupi wajah cantiknya. Ia melewati pemukiman warga dengan langkah tergesa-gesa. Dia tidak tahu apa penjaga di Mansion Duke sudah sadar dirinya menghilang jadi Aria harus pergi sejauh yang ia bisa.
Tubuhnya tersentak saat menyadari di depannya ada dua orang penjaga sedang berpatroli. Aria harus melewati jalan itu sehingga tak punya pilihan lain selain berpapasan dengan keduanya.
"Nona, Anda mau pergi kemana? Ini sudah tengah malam. Tolong perlihatkan wajah Anda."
Aria melepaskan tudungnya lalu tersenyum tipis pada penjaga itu, "Aku dalam perjalanan pulang ke rumah. Orang tuaku mungkin sudah khawatir menungguku pulang. Apa aku boleh lewat?"
"T-tentu! Tolong berhati-hati, Nona. Berteriaklah jika terjadi sesuatu, kami akan segera menolong Anda." Wajah keduanya memerah begitu melihat wajah cantik Aria. Karena telah mengubah warna rambut dan matanya, Aria benar-benar seperti orang lain. Apalagi potongan rambutnya juga sudah berbeda.
Aria menyewa sebuah kereta kuda begitu sampai di jalan utama. Dirinya baru bisa bernapas lega begitu kereta mulai berjalan meninggalkan wilayah itu. Saat ini Aria tidak mempunyai rumah jadi dia akan membuat tempat tinggal di dalam tokonya. Karena lokasi toko yang dekat dengan istana Kaisar, Aria perlu menggunakan kereta untuk sampai di sana secepatnya.
Ia segera masuk ke dalam tokonya begitu sampai. Seluruh perlengkapan yang ia beli sudah tersusun rapi di dalam sana. Aria telah membayar orang untuk mengurus semuanya sehingga ketika dia sampai tempat ini sudah layak huni.
Dia memutuskan untuk segera beristirahat malam itu. Aria menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh lalu menatap langit-langit kamar. Sebenarnya dia penasaran bagaimana reaksi orang-orang di Mansion. Tapi lebih baik Aria tidak memikirkan itu dan melupakan segalanya.
***
BRAKKK!!!
"Apa sih yang sebenarnya kalian lakukan?! Menjaga seorang gadis saja tidak bisa!" Felix menghantamkan tangannya ke atas meja menimbulkan retakan di sana.
Tengah malam kemarin ia tiba-tiba dibangunkan oleh Leon yang berkata Aria telah hilang. Tanpa pikir panjang Felix bergegas ke tempat dimana gadis itu terakhir kali berada. Betapa terkejutnya saat dia melihat darah yang tercecer di sekitar danau.
"Tuan, Anda harus menenangkan diri." Leon lah satu-satunya yang berani membuka mulut saat Felix tengah marah besar. Para penjaga yang menjadi sasaran utama amukan Felix hanya bisa menundukkan kepala.
"Apa kata priest?" Felix memijat pangkal hidungnya. Ia tidak bisa tenang, tidak mungkin dia bisa tenang.
"Mereka belum selesai menganalisa TKP. Mungkin akan-"
"Kenapa lama sekali?!" Felix kembali membentak membuat Leon spontan memejamkan mata. Felix yang biasanya berkepala dingin akan berubah begitu dia marah.
Tok..tok..tok...
"Itu pasti laporannya. Aku akan segera membawakannya."
Leon membuka pintu ruangan itu dan menerima selembar kertas yang diantarkan oleh Priest dari Katedral. Ia segera kembali menghampiri Felix siap membacakan isi laporan. Namun saat ia membuka kertas itu, wajahnya menjadi murung.
"Ada apa?" tanya Felix dengan nada dingin.
"A-aku akan membacakannya." Leon berdeham lalu melanjutkan, "Hasil analisis deteksi Mana menghasilkan informasi bahwa Mana Lady Aria menghilang tepat di sekitar danau. Ada kemungkinan 80% bahwa Lady telah meninggal, sedangkan 20% nya adalah kemungkinan bahwa Mananya disegel."
"Dia tidak mati, tubuhnya tidak ditemukan." Felix menolak kenyataan itu. Sampai tubuh Aria ditemukan, ia tidak akan menganggap gadis itu telah mati.
"Tapi kami menemukan potongan pakaian dan beberapa helai rambut milik Lady. Dan juga darah itu..." Leon menghentikan ucapannya.
Ini juga berat bagi Leon, tapi tidak ada alasan logis selain bahwa Aria memang telah mati. Ia mencengkram kuat-kuat kertas di tangannya. Andai saja dia sendiri yang mengawal Aria malam itu.
"Itu mungkin sengaja. Ada banyak orang yang membenciku. Mereka pasti menculik Aria."
Leon menghela napas kasar, "Tidak ada seseorang yang mencurigakan berkeliaran di waktu kejadian. Penjaga yang berpatroli sudah mengkonfirmasinya. Tak ada juga catatan orang meninggalkan wilayah ini. Lady tidak mungkin diculik."
Felix menggertakkan giginya kuat, "Sialan!"
Tidak mungkin! Kenapa gadis itu tiba-tiba saja pergi? Felix bahkan belum minta maaf karena perbuatannya saat ia mabuk waktu itu. Felix juga merasa bersalah karena memberikan kenangan mengerikan sebelum gadis itu pergi.
"Kumpulkan seluruh penjaga! Aku mau kalian mencarinya sampai pelosok negeri ini."
-To be continued-
_____________________
7 December 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] #9 in Fantasi !!! #1 in Fantasy !!! #1 in Romansa !!! Potongan memori yang terakhir dia ingat adalah ketika matanya memandang langit-langit saat tubuhnya jatuh dari atas tangga apartemennya. Namun ketika terbangun, dia...