-41- Another Lies

50.4K 7.2K 1.2K
                                    

Warning! Mungkin masih 18+

Karena Nyah Author kesian sama yang udah gak sabar nunggu Chapter selanjutnya, Nyonyah tetep update walau Vote chap QnA belom tembus!!
Besok-besok gk bakal double up kalo gak tembus. Khusus kali ini aja! Kalian mah kebiasaan kalo chapter yg bukan cerita gak mau vote 😐
______________________

Aria mengerjapkan matanya begitu terbangun di pagi hari. Tubuhnya terasa pegal-pegal dan sakit di seluruh bagian. Aria merasa sesak di bagian perut dan mendapati tangan Felix tengah melingkar erat disana.

Ah, Aria ingat. Dia ingat apa yang mereka berdua lakukan semalam. Kalau tidak, mungkin Aria sekarang sudah menendang Felix sampai jauh dari ranjang begitu sadar dia tidak mengenakan sehelai pakaian pun.

Aria sedikit menggeliat berusaha melepaskan lengan Felix. Saat ini posisi tidur mereka adalah Aria membelakangi Felix. Sebelah tangan Felix memeluk perut Aria dari belakang sedangkan tangan satunya dijadikan bantal oleh Aria. Pergerakkan Aria ternyata membuat Felix ikut terbangun.

"Sudah bangun?"

Suara serak khas bangun tidur terdengar begitu seksi di telinga Aria. Dia membalikkan badan dan mendapati wajah Felix yang terlihat begitu tampan. Felix semakin mengeratkan pelukannya membuat tubuh mereka saling menempel.

"Tidurlah lagi. Kau baru tidur dua jam."

Semalam mereka memang melakukannya berulang kali karena Felix tidak mau berhenti. Sudah sekian lama sejak terakhir kali Felix melakukannya begitu juga dengan Aria. Jadi Felix ingin melakukannya sampai puas. Sedangkan Aria hanya pasrah karena memberontak pun percuma. Akhirnya mereka baru tidur setelah mendekati dini hari.

"Aku harus mengantar Aiden ke Akademi."

Felix mendengarkan itu sambil memandangi wajah Aria. Aria sangat cantik apalagi ketika sedang tidur. Felix lalu melihat ke sebuah benda yang melingkar di leher wanita itu.

"Kuperhatikan kau selalu mengenakan kalung itu. Apa itu barang berharga? Seperti peninggalan mendiang suamimu? Aku bisa merasakan ada Mana di dalamnya."

Aria gelagapan menjawab, "Y-ya, ini pemberian suamiku saat kami menikah."

Sebelumnya Aria tidak pernah menyiapkan ini. Terimakasih kepada Duke Felix yang telah memberinya ide. Mulai sekarang ini adalah kalung yang diberikan mendiang suami Aria. Dengan begitu tidak akan aneh jika Aria tidak pernah melepasnya.

"Dari dulu aku penasaran sekali. Kenapa Nama Belakang Aiden diambil dari namamu? Bukankah harusnya Aiden memakai nama belakang Ayahnya?"

Aria menggigit bibir bawahnya. Otaknya sekarang bekerja dua kali lebih cepat untuk mengarang alasan yang tepat. "Suamiku meninggal sebelum tahu kehamilanku. Dan untuk mengurus dokumen kelahiran sangatlah sulit karena profesi suamiku yang seorang prajurit rahasia. Jadi aku memutuskan agar Aiden memakai nama belakangku saja."

"Siapa nama belakang suamimu?"

"Mmm.. Kleinston. Harusnya nama Aiden adalah Aiden Kleinston."

Maafkan Aria wahai penulis novel The Lady Will Step Down karena telah meminjam nama Duke Vernon Kleinston sebagai nama suaminya. Aria tidak bisa memikirkan nama lain dan mungkin akan aneh jika dia mengarangnya. Untung saja nama itu terlintas di otak Aria.

"Begitu ya." Felix tersenyum. "Aku sudah melihat kado pemberianmu, tapi aku tidak tahu apa itu."

Aria lalu teringat kado yang dia siapkan untuk Felix. Dia lupa menulis surat untuk memberitahu tentang benda itu. Begini sudah kalau telah berumur, apa-apa jadi mudah lupa.

"Itu namanya Dreamcatcher, penangkap mimpi. Aiden bilang kau sering mimpi buruk sampai sulit tidur berhari-hari. Di tempatku tinggal, benda itu dipercaya dapat menangkap mimpi buruk. Kau bisa menggantungnya di kamar dan tak perlu merasa khawatir lagi. Aku membuatnya sendiri." Aria tersenyum. Mungkin itu tidak bisa dibandingkan dengan hadiah mahal lain yang diterima Felix. Tapi bagi Aria hadiah terbaik adalah yang dibuat dengan sepenuh hati.

Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang