"Apa kami melakukan kesalahan, Duke?"
Pria tua itu dengan takut-takut melirik Felix. Sebenarnya tanpa perlu bertanya dirinya sudah tahu lelaki muda itu sedang marah. Tapi dia tak tahu dimana letak kesalahannya.
"Apa pengawasan Central Library selalu lenggang seperti ini. Catatan pengunjung yang tidak lengkap, banyak buku rusak dan hilang, catatan keluar masuk dana yang tidak sesuai aslinya. Apa yang sebenarnya kau lakukan selama ini?"
Pria tua itu, William, mengalihkan pandangannya saat Felix menatapnya tajam. Central Library sebelumnya berada dikuasa seorang Viscount. Tapi karena satu dua hal, terjadi peralihan kuasa menjadi milik Felix. William tidak menyangka lelaki itu akan melakukan inspeksi secepat ini. Penguasa sebelumnya sangat tidak peduli dan membebankan segala urusan pada William. Sehingga William kewalahan mengurusi banyak hal.
"S-semua diatur sesuai keinginan Viscount. Kami hanya melaksanakannya saja."
Felix menyugar rambutnya lalu mendengus kasar. Viscount yang menjadi penguasa terdahulu memang hanya memikirkan uang. Apapun yang terjadi dia tak peduli asalkan dia punya banyak uang.
"Aku mau kau perbaiki semuanya dalam sebulan. Jika tidak, berkemas-kemaslah dan tinggalkan tempat ini."
William mengangguk patuh lalu mengantar Felix dan Leon keluar ruang kerjanya.
Central Library hari ini cukup ramai. Tempat itu termasuk fasilitas umum yang dapat dikunjungi oleh seluruh masyarakat tanpa memandang kasta. Hanya saja ada beberapa tempat yang dikhususkan untuk para Bangsawan.
Felix sendiri sangat jarang berkunjung ke tempat ini. Perpustakaan pribadi di Mansionnya memiliki koleksi yang tak kalah lengkap dengan tempat ini. Jika dia membutuhkan referensi lain yang tidak ada di perpustakaannya, dia hanya perlu menyuruh bawahannya untuk membawakan referensi itu ke perpustakaannya. Itu sebabnya ini menjadi kali kelimanya datang ke tempat ini.
"Duke, bukankah itu anak yang waktu itu."
Felix mengikuti arah yang ditunjuk Leon. Disana ada seorang anak lelaki yang duduk sendiri di sebuah meja panjang. Di hadapannya terdapat banyak tumpukan buku yang menggunung. Anak itu adalah anak lelaki berambut hitam bermata emas yang beberapa waktu lalu sempat Felix tolong dari gangguan pria dewasa.
"Apa yang dilakukannya disini?"
"Tentu saja membaca! Memangnya apa lagi?" jawab Felix dengan nada ketus.
Leon hanya memutar bola matanya lalu mengikuti Felix yang sudah berjalan menghampiri anak itu. Kalau itu tak usah diberitahu Leon juga sudah tahu anak itu sedang membaca buku. Namun bukan itu inti pertanyaannya. Leon kesal saat sifat menyebalkan Felix sudah muncul.
"Halo, Aiden. Kita berjumpa lagi."
"Tuan bangsawan!"
Aiden lantas menutup buku yang tengah dibacanya lalu menyambut kedatangan Felix yang telah duduk di hadapannya.
"Kau terlihat fokus sekali. Apa yang sedang kau baca?"
"Aku membaca beberapa buku tentang sejarah dan juga politik! Aku menyukainya!"
Felix tersenyum kecil, berbanding terbalik dengan bocah di hadapannya yang tersenyum lebar. "Kau mengerti buku itu?"
Buku-buku yang dibaca Aiden bukanlah buku yang diperuntukkan untuk anak seusianya. Bahkan sebenarnya sangat jarang anak seusia Aide sudah lancar membaca. Umumnya hanya anak bangsawan saja yang sudah dikenalkan membaca sejak usia dini.
"Aku cukup mengerti. Sayang sekali Jilid selanjutnya diletakkan di lantai 2. Padahal aku ingin membaca kelanjutan buku ini." Raut wajah Aiden berubah sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] #9 in Fantasi !!! #1 in Fantasy !!! #1 in Romansa !!! Potongan memori yang terakhir dia ingat adalah ketika matanya memandang langit-langit saat tubuhnya jatuh dari atas tangga apartemennya. Namun ketika terbangun, dia...