Run Away With My Child [Reinkarnation Stories]

-38- Deepest Feeling

Seratus tahun lalu, Kuil Kegelapan pernah hampir menguasai dunia. Kekacauan terus terjadi setiap waktu tidak mengenal lelah. Kerajaan-kerajaan telah runtuh tak bersisa. Masyarakat hidup sengsara dan kelaparan. Mereka dipaksa bergabung dengan Kuil Kegelapan dan jika menolak, mereka akan dijadikan persembahan pada dewa kegelapan. Hanya kekuatan Dewa Cahaya yang suci saja yang mampu menaklukan Kuil Kegelapan.

Namun suatu hari, muncul sosok pahlawan yang membawa secercah harapan bagi dunia. Dia adalah Pangeran terakhir Kekaisaran Heligium. Pemuda tampan bersurai emas dengan mata bersinar cerah yang merupakan anak haram kaisar dengan cinta pertamanya yang disembunyikan.

Seluruh anggota keluarga istana dieksekusi. Mencegah hadirnya pengguna kekuatan suci untuk mengalahkan mereka. Elios, sosok yang awalnya tidak diinginkan kini membawa harapan dan mimpi seluruh rakyat. Satu-satunya pemilik kekuatan suci yang tersisa.

Dengan pedang peninggalan Ayahnya, Elios menebas musuh-musuhnya. Dirinya tampak bersinar di antara kekuatan kegelapan. Hingga akhirnya perjuangannya dan pengikutnya dapat mengembalikan kejayaan Heligium. Kekaisaran Heligium dibangun ulang dalam waktu 10 tahun.

Helios menjadi Kaisar yang diagung-agungkan rakyatnya. Dia menikahi kekasihnya yang merupakan teman kecilnya saat dia tinggal di pedesaan. Pernikahan itu membuahkan dua putra kembar. Heros yang mewarisi penampilan sang Ayah menjadi Putra Mahkota yang akan memimpin negeri ini. Sedangkan Morgan yang memiliki surai hitam ibunya lebih tertarik menjadi ksatria dan diberi gelar Duke. Sejak saat itu lah kekuatan kekuatan suci terpecah di dua keluarga, Kekaisaran Heligium dan Duke Morgan.

Duke Morgan adalah leluhur Felix. Walaupun tidak mewarisi banyak penampilan Elios, Morgan sebenarnya lebih mirip dengan sosok sang Ayah. Kepalanya yang selalu dingin dalam mengambil tindakan membuat kemampuannya sangat diakui. Dengan begitu keluarga Duke Morgan terkenal sebagai sosok yang dingin dan kaku sampai sekarang.

Felix tidak bisa menyalahkan gen yang diturunkan kepadanya. Hanya saja terkadang dia kesal karena tidak bisa mudah memahami perasaan orang lain. Dan karena itu pula dia jadi tumbuh di kekuarga yang minim kasih sayang. Felix hanya diajarkan untuk melakukan sesuatu sesempurna mungkin. Saat dia terlepas dari belenggu kedua orangtuanya barulah dia berusaha menjalani hidup lebih baik seperti orang normal lainnya.

Salah satunya adalah jatuh cinta. Felix belajar jatuh cinta dengan bersama Alyssa, namun gadis itu malah menghilang dan sekarang bertunangan dengan sahabatnya. Dia kembali mencoba dengan menerima perjodohan dengan Aria. Tapi sekali lagi gadis itu pergi membawa seluruh harapannya. Felix merasa tak punya apa-apa lagi bahkan untuk mencoba.

Apa dia ditakdirkan menjalani kehidupan yang suram? Kenapa dewa selalu mengambil miliknya? Dosa apa yang dilakukan keluarganya dimasa lalu? Felix hanya mencoba untuk bahagia.

Namun saat melihat Aiden, Felix mencoba memandang dari sudut berbeda. Aiden tampak sangat bahagia walau hanya memiliki ibunya. Felix sangat menyukai Aiden, atau lebih tepatnya iri. Dia iri melihat Aiden yang sekecil itu memiliki orang yang dicintai dan mencintainya. Felix ingin bersama Aiden merasakan kebahagiaan yang dirasakan anak itu.

"Duke, aku sudah mencari informasi yang ingin kau selidiki."

Di dalam kereta kuda, Leon menyerahkan sebuah dokumen. Saat ini mereka baru kembali dari perjalanan bisnis selama tiga hari berturut-turut. Untunglah Aiden sedang di Akademi jadi dia tidak perlu cemas dengan Aston. Tapi bagaimana dengan ibunya? Ah, Felix lupa mengenai masalah itu.

"Tentang pria itu? Apa kau kenal dia?"

Leon tersenyum canggung. "Dia sepupu tunanganku. Alan Vrauss, berasal dari keluarga Viscount Vrauss. Dia seorang pengusaha dan juga pengajar di Akademi Helios. Aku dengar hubungannya dengan Aiden dan Lady Irene sangat dekat. Dia adalah salah satu guru yang mengajari Aiden. Dia cukup memiliki banyak penggemar. Tampan, ramah, baik hati, kaya dan masih muda. Pantas saja Lady Irene- tidak jadi, lupakan."