Bab 1

33.5K 965 30
                                    

Halo, apa kabar untuk kamu yang menantikan cerita ini? 

Maaf jika cerita ini berulang kali ku-unpub karena aku mengalami writter blocks. Semoga dengan alur yang baru ini aku bisa menyelesaikan cerita Om tampan-ku 😁😁

Seperti yang kukatakan barusan, alur cerita aku ubah totally. Yang sudah baca cerita Om Nathan sebelumnya, aku sarankan baca ulang hehe..

Aku sengaja update senin biar kita semua selalu bersemangat.

Kalian sudah siap? 

Semoga kalian suka dengan ceritanya, enjoyed!

-o-

Nathan 

Kepulan asap mengepul melalui secangkir kopi yang baru saja kuseduh. Aku mengaduknya dengan sendok seraya aku melangkah menuju ruang kerjaku. Hari sudah melewati pukul dua belas malam. Kilauan bintang dan sinar rembulan bisa kulihat dari balik jendela kaca. Mereka terlihat cantik diantara langit gelap itu. 

Sampai malam ini aku masih harus melengkapi semua berkas administrasiku untuk kubawa saat aku akan mendatangi Kantor Pertahanan esok hari. Sebentar lagi aku akan menggarap pembangunan Cluster baru di daerah Bojongloa Kidul, Bandung. Tapi sebelum itu aku menemui banyak Konsultan Perencanaan, meminta pertimbangan mereka dan memastikan ulang agar langkahku sudah benar baru aku bergerak mengurus semua berkas dan menyerahkan surat ijinku ke Lembaga supaya aku mendapat persetujuan untuk mendirikan bangunan. 

Aku berencana akan membangun Cluster dengan konsep tropical-minimalis dengan luas tanah sembilan puluh meter. Jika kuhitung dengan cermat, aku akan membangun dua puluh atau sampai dua puluh lima Cluster di dalam satu lahan tanah yang sudah kubeli kurang lebih tiga ratus meter. Tak lupa kusediakan fasum seperti taman bermain, lapangan olahraga dan onegate system sebagai penanda nama Cluster tersebut. Perencanaan ini sudah kususun selama hampir setahun dan ingin kusegera realisasikan.

Design bangunan yang dibuat Arsitek sedang on-proccess, Pekerja Kontrator dan lainnya sudah siap dikerahkan, tinggal aku yang musti menyelesaikan perijinan dan sebagainya barulah proyekku bisa dijalankan.

Jemariku mulai sibuk mencentang beberapa poin yang sudah kutulis di buku catatanku. Satu persatu aku mengecek kelengkapan dataku sesuai dengan arahan Konsultan, jika poin tersebut sudah kulengkapi aku langsung membubuhi tinta disana.

Proyek di Bojongloa adalah proyek keduaku setelah aku berhasil membangun Cluster di daerah Dago. Awalnya aku hanya mencoba-coba untuk membangun lahan kosong punya Ayah yang tak terurus, atas seijinnya aku membangun beberapa Cluster disana--hanya sepuluh unit--dalam kurun waktu lima tahun aku dapat menyelesaikan pembangunan tersebut dan semua unit sudah ditempati oleh sang pemilik baru. Melihat hasil akhir dan pembeli puas dengan Rumah yang mereka beli, aku jadi tertarik dan tertantang untuk membangun Cluster lagi. Jadi aku memutuskan untuk kembali membangun Cluster dibawah naungan nama perusahaan yang kubuat sendiri.

Selama dua tahun aku memenuhi semua persyaratan, akhirnya perusahaan kecilku terbentuk dan mulai berkembang secara perlahan di bidang Properti ini. Aku langsung menyewa sebuah Ruko dengan bangunan tiga lantai sebagai Kantorku di daerah Asia Afrika. Lambat laun aku bangun Kantorku sedemikian rupa, meng-hired karyawan baru dan Marketing terpercaya, dimulai dari satu orang menjadi belasan orang, dan kini perusahaanku sudah berjalan hampir tiga tahun lamanya. 

Sudah sekian kalinya aku menyesap kopiku yang sudah tandas setengah gelas. Meski uap asap tak terlihat lagi, tapi rasanya masih terasa hangat saat kusesap di lidah dan melewati tenggorakanku. Kini aku bangkit dan bersiap menuju kamarku untuk beristirahat. 

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang