Bab 25

6.9K 395 14
                                    

Gelapnya malam makin pekat.  Namun tak menghalangi Lyana untuk memandangi jejeran pepohonan serta bangunan tinggi yang dicahayai lampu pijar di sepanjang ruas jalan Kota Bandung.

Sesekali gadis itu melirik jam tangan berwarna matcha, menunjukan pukul 11 malam lewat dan kembali diam memandangi sisi jalan raya.

Begitupun dengan Nathan. Ia juga terdiam dengan pandangan yang hanya lurus ke depan memperhatikan ruas jalan yang tampak lenggang.

Mulai merasa bosan, Nathan mulai memainkan jemarinya di antara stir roda. Lalu mencoba melirik samping kiri, mendapati Lyana yang sibuk melihat sisi jalan dengan jemari tangannya yang bertautan tak menentu.

Kejadian antara Lyana dan Nathan terlintas di pikiran Nathan, membuat pikirannya tidak fokus.

Nathan langsung menggerakan satu tangannya untuk menyalakan radio di dashboard. Berharap dapat memecahkan kecanggungan di antara mereka.

Suara serak radio perlahan mengudara, seorang penyiar mengumumkan informasi jika besok ada festival musik yang akan diselenggarakan di salah satu tempat terkenal di kota Bandung. Selain festival musik, di sana juga akan tersedia jajanan pasar khas Bandung yang bisa dinikmati.

Tak lama sebuah lagu romantis diputar sebagai penutup. Suara merdu sang penyanyi membuat Lyana kembali menyelami kejadian yang dimana Lyana memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya kepada Nathan.

Saat itu, Lyana tidak bisa berpikir panjang. Setelah beberapa hari ini Nathan sedang menjauhinya tanpa alasan yang jelas hal itu cukup mengusiknya.

Lyana bertindak dengan kenekatan tinggi tanpa ia pikirkan lagi. Mengingat 2 hari lagi ia akan kembali ke Bekasi. 

Kembali menjalani hidupnya sebagai seorang murid kelas 3 di sekolah menengah akhir dan waktunya akan sibuk dengan belajar dan pendalaman materi menjelang ujian akhir.

Kemungkinan besar Lyana tak akan bisa bertemu dengan Nathan lagi dalam waktu dekat.

Dan lagi-lagi Lyana hanya bisa memendam perasaannya seorang diri tanpa ia tahu kapan ia bisa ungkapkan secara langsung.

Hal itu terus mengganggu pikiran Lyana.

Terkadang Lyana sendiri masih belum bisa mengerti kenapa ia harus jatuh hati dengan sosok pria tua yang tak lain adalah pamannya sendiri.

Kenapa hati Lyana nggak bergerak untuk menyukai salah satu teman sekolahnya? Entah itu ketua basket yang terkenal dingin dan disukai teman sekolahnya, atau ketua osis yang selalu dibicarakan di kelas, atau adik kelas yang suka mendekati Lyana ketika Lyana berada di Kantin?

Hanya karena insiden kecelakaan beberapa waktu yang lalu, yang dimana Nathan tak sengaja mencium Lyana membuat Lyana tak henti memikirkan sosok pria itu.

Mengingat ciuman, Lyana kembali teringat dengan adegan ciumannya bersama Nathan terakhir kali.

Di tempat umum yang tampak sepi tanpa ada satu orang pun yang melihat, bibir Lyana dan Nathan saling berpagut lembut.

Cukup lama, hingga masing-masing menginginkan sesuatu yang.. lebih.

Ciuman mereka semakin dalam dan berhasrat disaat Nathan mulai mengambil alih dan berinisiatif menarik tengkuk Lyana.

Dimulai dari gigitan kecil, hingga lidah ikut bermain.

Disaat Lyana mulai kelimpungan menyeimbangi Nathan, Nathan belum puas dengan hasrat yang ia salurkan.

Otak bejatnya mulai menuntut lebih.

Kalau saja Lyana tak mendorong Nathan untuk menjauh dan langsung segera meraup oksigen sebanyak mungkin, Nathan akan menjalankan aksi liarnya.

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang