Bab 15

7.5K 400 10
                                    

Lyana

Suara merdu jangkrik malam yang merdu menandakan bahwa malam sudah semakin larut. Seharusnya sekarang aku sudah tidur nyenyak sambil memeluk guling. Mungkin saja saat ini aku sudah berada di alam mimpi, mengenakan pakaian indah layaknya seorang putri kerajaan yang sedang di mabuk cinta oleh seorang pangeran tampan di sebuah kastil megah. 

Akan tetapi, justru mataku tak terpejam. Badanku berbaring ke samping. Terdiam sambil memandangi Om Nathan yang tertidur pulas tepat disampingku. 

Sudah beberapa hari ini aku tinggal di Rumah Om Nathan. Hampir satu minggu. Dan selama aku disini, baru kali ini lagi aku bisa leluasa memandangi Om Nathan secara langsung tepat di depanku, tepat di depan wajahku, pria gagah ini sedang tertidur pulas tanpa tersadar aku sudah memperhatikannya sesaat setelah aku terbangun karena ingin ke toilet. 

Melihat Om Nathan seperti ini, aku seakan kembali ke masa lalu.

Saat aku berusia 10 tahun.

Saat itu aku baru tiba di Rumah saat semburat senja sore sudah meredup. Masih mengenakan pakaian sekolah putih-merah sambil aku memeluk sebuah trofi penghargaan. 

Aku pulang setelah memenangkan perlombaan sebagai juara harapan dalam perlombaan memainkan Angkluk dengan melantunkan lagu daerah Ampar-ampar Pisang. Aku mendapat juara harapan pertama, mengalahkan beberapa peserta dari sekolah-sekolah terbaik se-Jabodetabek. 

Mengikuti perlombaan tersebut membuat hampir semua tenagaku terkuras.

Dari yang mula-mula aku harus bangun pagi-pagi buta dan buru-buru berangkat ke tempat perlombaan, tiba disana aku harus menunggu giliran dipanggil untuk memainkan Angklung dan menunggu lagi akan penilai juri mengenai hasil lomba. Baru sore harinya aku baru bisa pulang ke Rumah sambil membawa trofi yang cukup berat kugendong. 

Masih mengenakan pakaian seragam lengkap dengan sepatuku, aku menuju sebuah sofa di ruang tengah lalu aku merebahkan diri disana. Aku benar-benar sangat lelah. Padahal Mamah sudah mengingatkanku untuk segera pergi mandi namun aku masih belum mau beranjak juga.

Tanpa sadar kelelahanku membawaku ke dalam sebuah mimpi indah. Namun aku tersadar jika aku masih berpakaian seragam, aku takut Mamah memarahiku, jadi aku mendadak terbangun dan langsung tercengang melihat aku sudah berada di atas tempat tidurku. 

Tak hanya itu, aku juga terkejut melihat ada seseorang yang tertidur disebelahku. Seorang pria yang hangat dan murah senyum yang sangat kukenali. Pria yang selalu membelikanku mainan dan hadiah lainnya jika berkunjung ke Rumah. Pria yang terkadang suka memanggilku cherry. Karena dulu kami memiliki nama panggilan unik dan Om Nathan menyebutku dengan cherry. Katanya pipiku bulat dan ada garis semburat merah di kedua pipiku seperti cherry.

Om Nathan begitu pulas tertidur disebelahku, ia pun tertidur dengan berpakaian kerja yang lengkap. Sama sepertiku.

Dasi berwarna merah garis-garis putih masih bertengger di lehernya. Kemeja putih dan celana licin berwarna hitam, ditambah kaos kaki berwarna hitam masih melekat di tubuh Om Nathan.

Di dekatnya aku juga dapat mencium aroma tubuh Om Nathan yang khas. Saat itu aku belum bisa mendeskripsikan bagaimana aroma menenangkan yang menguar dari tubuhnya. Yang kuingat, hanya aroma menyegarkan seperti rasa buah, lautan dan ada sedikit aroma bunga.

Dan sampai saat ini, aroma tersebut masih tetap menguar dari tubuhnya.

Aku menyukai aroma ini.

Kembali lagi ke masa lalu. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku melihat Om Nathan tertidur pulas. Baik di ruang kerja, sofa, atau di kamar tamu aku akan menemukan Om Nathan beristirahat disana. 

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang