Bab 12

7.1K 378 15
                                    

Lyana 

Aku menatap pantulanku di depan cermin. Perlahan aku mengayunkan badanku ke kiri dan ke kanan sehingga rumbai dres vintage terayun indah. Aku memastikan diri jika aku cocok mengenakan dres berlengan pendek selutut warna krim ini. Tapi aku jadi ragu, apakah pakaian ini cocok untukku pergi bersama Om Ken, atau aku akan terlihat berlebihan dan harus mengganti pakaian lain.

Aku takut kalau Om Ken lihat pakaianku, Om Ken malah malu atau menertawakanku. Meski Om Ken nggak akan seperti itu.

Aku pun juga nggak tahu kemana Om Ken mengajakku pergi. Ke Taman kah? Atau mengajakku ke Mall?

Daripada aku sibuk berpikir kemana Om Ken membawaku pergi, lebih baik aku buru-buru membuka lemari dan mencari pakaian yang lebih santai.

V-neck broken white dan rok kotak-kotak selutut berwarna merah. Aku pilih ini saja.

Rambut pendekku kugulung rapih ke belakang. Namun hanya sesaat aku mengurainya lagi dan melihat sebuah bando di atas meja rias. 

Rambut kusisir asal lalu aku meraih bando itu dan kupakai. Bando bermotif pita kecil ini sangat lucu menghiasi kepalaku. Dan warnanya juga pas dengan warna roknya. Karena bandonya berwarna merah jadi aku mengenakan flatshoes dan tas selempangku berwarna senada. 

Bando ini aku dapat dari Bi Ida. Sebetulnya bukan Bi Ida yang kasih. Bi Ida memberikan sebuah paperbag kecil berwarna merah muda, pas aku buka ternyata isinya bando dan kartu ucapan.

Hi, Lyana..
Gadis lucu yang pernah kutemui..

Kayaknya jika kamu pakai bando yang kuberikan ini, kamu akan makin menggemaskan.. 

Kuharap kamu mau pakai saat kita pergi nanti sore. Tunggu aku jemput kamu di Rumah..

Ken❤️

Aku meletakan kartu ucapan itu dan kembali menatap cermin.

Merasa sudah siap aku segera keluar dari kamar dan duduk dituang tengah sambil menunggu Om Ken datang. Tinggal setengah jam lagi Om Ken baru tiba menjemput, aku duduk disana dengan kaki terayun. Termenung sebentar sampai aku mulai merasa bosan. Aku melihat ada kue kering dan chips di dalam toples kaca di atas meja televisi. Jadi pingin makan. Tapi nanti pakaianku jadi kotor nanti. 

Barusan aku mendengar suara kunci Rumah terbuka. Aku buru-buru menoleh dan beranjak terkejut melihat Om Ken muncul dengan senyuman hangatnya.

Om Ken tampak santai dengan celana jeans panjang hitam dan hoodie berwarna krim agak kecoklatan.

Om Ken terlihat seperti anak remaja. Tidak seperti Om Ken yang kutemui pertama kali di Mall yang mengenakan kemeja dan celana bahan panjang yang membalut kedua kakinya.

Tapi yang membuatku terpaku bukan karena melihat penampilannya saja, tapi bagaimana pria itu bisa membuka pintu Rumah selain Om Nathan dan Bi Ida?

Aku saja hanya bisa masuk-keluar melalui jendela di dekat pintu jika aku ingin mengambil pesanan makanan melalui delivery food.

"Bingung ya?"

Nggak ada 'say hello' untuk menyapaku lebih dulu. Mungkin karena aku melongo menatapnya karena kebingungan jadinya Om Ken menyahut begitu. 

"Sidik jariku terdeteksi disitu. Jadi aku bisa buka pintu." 

Om Ken menunjuk tuas pintu super canggih itu. Aku baru mengerti.

"Kok bisa Om?" Tanyaku polos sambil aku bergantian menatapnya dengan pintu Rumah.

"Aku suka main ke sini. Jadi aku mendaftarkan sidik jariku biar aku mudah masuk-keluar tanpa harus ada Nathan."

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang