"Ada apa? Apa yang terjadi denganmu? Apa kamu terluka?"
Dengan napas terengah-engah, El dan Milly memasuki sebuah ruangan luas yang dipenuhi oleh atribut sekolah serta lemari piagam. Disana sudah berdiri beberapa guru dan seorang Kepala Sekolah, seorang pria dewasa dan beberapa murid sekolah duduk menunduk.
Salah satunya Lyana.
El dan Milly segera mendekati anak gadis mereka, pandangan mereka tak luput menyusuri wajah Lyana yang tersemat lebam luka di sudut bibir. Rambut panjangnya berantakan. Seragamnya tampak kusut dengan dasi terlilit asal.
Lyana tampak berantakan dimata El, dan hal itu membuat emosi El semakin memuncak. Berusaha keras El mencoba untuk meredupkan emosinya saat setelah Milly memberitahunya ketika ia sedang bekerja jika pihak sekolah menghubungi Milly karena Lyana terlibat perkelahian dengan teman sekolahnya.
El tak ingin emosinya menguasainya dirinya. Ia harus mendapatkan jawaban dari Lyana atas kekacauan yang telah ia perbuat.
Berbeda dengan Milly. Milly tak berhenti memeriksa sebanyak apa luka yang bersarang di tubuh Lyana. Selain luka dan lebam di sudut bibir, Milly bernapas lega anak gadisnya aman. Walau ia tetap dilanda rasa khawatir dengan penuh pertanyaan di kepalanya kenapa Lyana bisa mengalami kejadian seperti ini.
"Bapak, Ibu, saya selaku Kepala Sekolah ingin memberitahukan bahwa Lyana telah memukul Wanda di dalam kelas. Wanda harus menerima jahitan di dagu dan lengan karena perbuatan Lyana." Seorang pria tinggi yang mengaku sebagai Kepala Sekolah bernama Hamid melangkah maju agar bisa berhadapan dengan El dan Milly.
Hamid cukup mengetahui latar belakang orang tua Lyana. Terutama El—alias Elkana Bramawan—yang namanya cukup terkenal didunia bisnis. Nama Elkana Bramawan terkenal sebagai Pebisnis Baru Berpengaruh dalam bidang dunia e-commerce. Karena itu, Hamid menunjukan kewibawaannya sebagai Kepala Sekolah saat berhadapan dengan sosok Elkana.
"Pasti ada alasan kenapa Lyana memukul temannya." Ucap El tegas dan ketus. Hal itu sontak membuat kedua orang tua Wanda bangkit dari tempat duduknya dan memulai berargumen.
"Anak anda telah melukai anak saya! Lihat! Lukanya harus dijahit sampai seperti ini! Saya meminta pertanggung jawaban anda!!" maki seorang pria dewasa yang diketahui adalah wali Wanda.
Wanda menyeringai diam sambil melirik ke arah Lyana yang masih tertunduk di kursinya.
Fanya dan Sammy yang ada di sana tidak terima dengan pernyataan orang tua Wanda. Mereka tidak menjelaskan alasan diawal kenapa Lyana berani memukul Wanda lebih dulu.
Tapi Fanya dan Sammy yakin El tidak akan mungkin mempercayai ucapan wali Wanda.
"Benar kamu memukulnya, Lyana?" El bersimpuh didepan Lyana dan bertanya sambil menahan geramnya. Lyana mendongak, menatap dengan tatapan kosong. Tatapan yang akhir-akhir ini menghiasi netra mata Lyana saat El bertatapan dengannya. Tatapan yang ia dapatkan sebelumnya ketika Lyana mengakhiri hubungannya dengan Nathan.
Karena pada saat itu juga, Nathan memberikan sebuah pesan singkat kepada El. Menyatakan kekalahannya atas perjuangannya, dan ia mengatakan jika ia tidak akan mencoba untuk menemui Lyana lagi.
El kira, masalah mereka sudah selesai sampai disitu. Tapi ternyata El salah. Hal itu justru menimbulkan masalah baru.
Lyana tak lagi menatap El dengan tatapan lembut dan penuh kasih sayang. Lyana masih mau tersenyum untuknya, namun tak ada sirat lembut dan kesan manis seperti yang El biasa dapatkan.
Lyana mulai tak mengacuhkannya. Lambat laun Lyana semakin jauh darinya.
Lyana melebarkan dinding jarak terhadap El. El semakin sulit menggapai Lyana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, OM NATHAN!
RomanceNathaniel Salim (Nathan) tidak mengerti dengan dirinya sendiri sejak Lyana Bramawan (Lyana) menginap di Rumahnya karena sang kakak meminta Nathan untuk menjaga Lyana selama ia pergi. Selama Lyana disana, Nathan fokus menjaga Lyana. Pikirannya hanya...