Nathan
Baru satu jam aku tertidur pulas, suara getar ponselku membangunkanku dini hari.
Aku tak menghiraukan ponselku dan memilih melanjutkan tidur lagi. Tapi getaran ponselku yang berbenturan dengan nakas memaksaku untuk membuka mata dan melihat siapa yang meneleponku malam-malam begini.
Rupanya nama El terpampang di layar ponselku. Mau tidak mau aku menjawab teleponnya, kuletakan ponselku tepat di sebelahku dan kunyalakan load-speaker.
"Lagi tidur ya?" Tanya El disana.
"Kayang di pohon."
Dia tahu aku lagi tidur, kenapa dia menggangguku?
Aku mendengar El tertawa disana. "Ya kirain lo masih melek. Btw, Lyana baik-baik aja kan disana?"
Aku hanya berdeham. Malas membuka mulutku lagi.
"Gimana kerjaan lo disana?"
Biasalah.
Aku menjawabnya dengan mulut masih tertutup. Jadi El hanya mendengar dehamanku lagi.
"Lyana ngapain aja selama di Rumah lo?"
Aku menghembuskan napas. Mau nggak mau aku membuka mulutku untuk menjawab pertanyaannya.
"Dia anteng kok di Rumah." Bisikku.
El menghela napas disana, "Syukur deh. Gue harap Lyana nggak negerepotin lo disana ya,"
Aku berniat ingin menjawab lagi, tapi ucapan El barusan membuatku membuka mata dan mulai bertanya.
"Lyana nggak ngerepotin gue." Ketusku membuat El terdiam sesaat.
"Beneran? Nggak nyusahin lo kan?"
Kok ucapan El mancing emosi ya?
"Lo ngomong apaan sih? Lyana sama sekali nggak ngerepotin atau nyusahin gue. Anak itu sangat baik disini. SANGAT. Kalaupun dia manja, itu wajar. Dia perempuan yang sangat manis, polos dan apa adanya. Dia cukup penurut."
"Baguslah kalau begitu."
"Nggak El." Aku bangkit dan memejamkan mata sesaat sebelum aku melanjutkan ucapanku. "Gue mau meluruskan pemikiran lo yang salah. Kalau lo anggap Lyana bakal nyusahin gue. Jangan pernah lagi lo berspekulasi kalau anak lo bakal ngerepotin gue disini. Gue nggak suka dengarnya."
"Hei lo kenapa sih? Kok lo jadi emosi begini?" El terkekeh remeh tapi nadanya agak tinggi. Kayaknya El mulai terpancing emosi juga.
Aku jadi tahu kenapa Lyana suka menganggap dirinya "menyusahkan", mungkin El suka menganggap Lyana seperti itu.
Secara sadar atau tidak.
Mungkin karena itu Lyana jadi rendah diri.
"Ingat El, jangan pernah lagi bilang Lyana menyusahkan! Lyana adalah anak gadis lo yang paling baik. Doi nggak neko-neko selama di Rumah gue. Doi selalu ceria. Kalaupun manja gue memaklumi. Anak gadis tanggung wajar kalau butuh perhatian."
"Maksud lo apaan sih Nat?"
"Gue nggak mau denger apapun dari lo. Bagaimanapun lo jangan pernah lagi menganggap anak perempuan lo kayak gitu. Mungkin lo nggak sadar sama ucapan lo selama ini, tapi asal lo tahu kalau ucapan lo secara tidak langsung juga akan mempengaruhi Lyana."
Tanpa sadar aku telah meluapkan emosiku. Beberapa saat suara El tak terdengar. Mungkin dia lagi mencerna ucapanku.
"Ingat, dia punya hati dan pikiran yang dapat merekam setiap penilaian lo tentangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, OM NATHAN!
RomanceNathaniel Salim (Nathan) tidak mengerti dengan dirinya sendiri sejak Lyana Bramawan (Lyana) menginap di Rumahnya karena sang kakak meminta Nathan untuk menjaga Lyana selama ia pergi. Selama Lyana disana, Nathan fokus menjaga Lyana. Pikirannya hanya...