Lagi semangat nulis. Doakan aku semoga semangatnya gak alot-alotan :D
-o-
"Ayo, sini adikku. Kita duduk santai dulu. Jangan sungkan."
El mendudukan dirinya di sebuah sofa dengan satu tangannya memainkan remot tv. Mengganti siaran pertandingan sepak bola yang tak menarik minatku. Satu tangannya lagi melambaikan tangan, memintaku untuk segera mendekat padanya.
Jujur, aku lebih minat dengan apa yang akan dia lakukan padaku. Atau pembicaraan apa yang akan kami bahas.
Cerita Milly saat di meja makan berputar-putar di kepalaku.
Apakah El akan mencabik-cabik wajahku?
"Yah! Bodoh banget sih! Pemain nomor 11 gimana sih? Nggak bisa main kayaknya."
Aku hanya duduk terdiam ketika El sibuk beradu komentar tentang jalannya pertandingan. Meski aku seorang pria, tapi aku nggak begitu tertarik dengan dunia sepak bola. Tapi aku masih paham akan peraturan di pertandingan sepak bola. Aku akan lebih memilih olahraga lain seperti basket, voli, bulu tangkis dan renang.
Kini El berkomentar tentang pemain berseragam merah dengan nomor punggung 25. Pemain itu menarik kaos lawan berpunggung 10 dan terlihat oleh wasit.
"Tumben lo ke sini,"
Aku menoleh menatap El.
"Biasanya kalau lo mau ke sini harus gue dulu yang suruh."
Pembicaraan ini yang aku tunggu tunggu sedari tadi. Tapi rasanya jantungku mau meledak saat ini juga.
"Salah kalau gue datang?"
"Nggak salah sih," El meraih minuman kaleng yang tersedia di atas meja. Membukanya lalu meminumnya.
"Tumben aja."
Kami terdiam. Larut menonton tv. El yang terus berkomentar membuat tenggorkanku kering. Satu tanganku meraih kaleng soda, membukanya lalu kuminum.
"Apa jangan jangan lo ke sini mau ngomong kalau lo udah punya pacar?"
Seketika air soda muncrat dari mulutku. Mulutku mendadak perih.
"Ya! Celana gue kena muncrat lo!" Sembur El sambil menjauh dariku.
"Habis lo ngelantur ngomongnya." Balasku ketus.
"Ya kan gue cuma nanya. Lo nya aja yang berlebihan."
"Dari ribuan pertanyaan yang bisa lo tanya, kenapa harus nanya yang itu?"
El berdecak, "Kayaknya lo lagi sensi deh. Datang bulan lo?!"
Kesal. Aku meninggalkan El menuju dapur. Mencari air mineral yang kuharap dapat melegakan tenggorokanku.
"Jadi, lo ngapain ke sini?"
"Bisakah lo nggak ngagetin gue?" Semburku kaget melihat El sudah berdiri di belakangku.
"Kayaknya bener deh, lo lagi datang bulan. Galak banget. Kan gue cuma nanya."
Tapi pertanyaannya mancing emosiku. Kayak terlihat salah di matanya kalau aku datang ke sini tanpa ada alasan yang jelas.
Ya sebenarnya sih aku datang memang karena Lyana.
Tapi kayaknya tuh aku datang tanpa ada alasan yang perlu dijelaskan dianggap aneh sama El.
"Lo nggak suka gue di sini? Yaudah gue pulang!"
"Eh nggak gitu maksud gue. Ngambek mulu lo kayak anak perempuan lagi datang bulan." El menahanku saat aku ingin pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, OM NATHAN!
RomanceNathaniel Salim (Nathan) tidak mengerti dengan dirinya sendiri sejak Lyana Bramawan (Lyana) menginap di Rumahnya karena sang kakak meminta Nathan untuk menjaga Lyana selama ia pergi. Selama Lyana disana, Nathan fokus menjaga Lyana. Pikirannya hanya...