Bab 45

4.7K 348 31
                                    

Lyana tidak ingin pulang.

Sudah hampir satu jam Lyana menyuruh sang sopir taksi membawanya kemanapun. Asalkan nggak ke rumah.

Namun sang sopir mulai merasa nggak nyaman dengan permintaan Lyana. Akhirnya terpaksa Lyana mengatakan alamat rumahnya dan kini Lyana tiba dengan prasangka buruk.

Melirik ke sekitar pekarangan rumahnya, Lyana belum menemukan mobil Nathan terparkir. Lyana mulai bernapas lega.

Lyana melebarkan langkah memasuki rumah.

"Lyana!"

Langkah Lyana tersendat mendengar panggilan El tiba-tiba yang terdengar tidak biasa.

Baru selesai dengan kegiatan kejar mengejar yang dilakukannya, kini Lyana melihat El berjalan gusar mendekatinya dengan ekspresi yang terlihat tidak bersahabat. Sepertinya Lyana akan menghadapi permasalahan baru lagi. Milly juga terlihat di belakang El. Wajahnya menunjukan raut khawatir. Lyana merasakan firasat buruk.

"Iya, Papah.." Lirih Lyana dengan wajah tertunduk. Lyana takut memandangi wajah marah El.

"Dari mana kamu?" Tatapan hangat El yang biasanya berubah dingin menatap Lyana. Jantung Lyana kembali berpompa kencang.

"Tadi..Lyana ke rumah Fanya kan Pah?" Lyana sempat tergagu. Sebelum ke Bandung Lyana pamit pergi ke El dan Milly bermain ke rumah Fanya.

Lyana terpaksa berbohong. Nggak mungkin Lyana mengatakan yang sejujurnya jika Lyana ingin ke Bandung mengunjungi Nathan.

Yang ada El tidak akan mengijinkannya dan dicecar pertanyaan yang sudah Lyana bayangkan sebelumnya.

"Nggak. Kamu nggak ke rumah Fanya. Kamu pergi ke mana hari ini?" Tanya El yang semakin terlihat dingin.

Lyana mengatupkan bibirnya. Gawat! Sepertinya El sudah tahu kalau Lyana membohonginya.

"Tadi sore Papah telepon Fanya, kata Fanya kamu nggak ada di rumahnya. Papah juga sudah telepon Sammy, katanya kamu juga nggak ada di rumahnya."

Benar dugaan Lyana. El sudah menghubungi Fanya karena ponsel Lyana sengaja dinonaktifkan sejak tadi siang. El khawatir karena nggak biasanya ponsel Lyana nggak aktif seharian. Bahkan El juga menelepon Sammy.

Lyana menyesal dalam hati, seharusnya tadi ia menghubungi Fanya dulu untuk menutup mulut jika sewaktu-waktu El menghubunginya dan menanyakan Lyana. 

Mungkin kalau bukan karena Lyana mempergoki Nathan bersama wanita lain, Lyana tidak harus menghadapi hal ini. Lyana tidak akan mungkin menonaktifkan ponsel agar Nathan tidak menghubunginya. Lyana tidak akan pulang malam.

Dan Lyana tidak akan perlu kucing-kucingan dari Nathan dan menghadapi El saat ini.

Sekarang Lyana sudah tidak bisa mengelak lagi. Apa yang harus Lyana katakan pada El?

Saat ini Lyana masih berpegang teguh pada janjinya untuk tidak mengatakan apapun tentang dirinya dan Nathan kepada El dan Milly.

"Lyana.."

Ketakutannya semakin menguasainya. Lyana bingung harus menjawab apa. Pikirannya buntu selain ingin buru-buru bersembunyi ke kamarnya.

"Kamu jangan bohong sama Papah lagi, Lyana. Pergi ke mana kamu hari ini? Kenapa ponselmu nggak aktif dari tadi siang? Kenapa kamu baru pulang sekarang? Kamu pergi ke mana?" Tanya El bertubi-tubi, justru membuat Lyana semakin tidak bisa menjawabnya.

"Pah, tenanglah! Jangan buat Lyana takut." Milly mencoba menenangkan El namun situasi mulai terlihat tidak kondusif. Kemarahan El tampak mulai memuncak.

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang