Nathan
Aku merebahkan badanku di tempat tidur setelah cukup lama aku berlama-lama di kamar mandi dan berganti pakaian.
Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Aku hanya sibuk menatap langit-langit kamarku tanpa berminat menggerakan badan sedikitpun.
Samar-samar aku mendengar deru mobil yang berhenti di depan Rumahku. Aku yakin pasti itu Ken dan Lyana yang baru tiba.
Aku masih belum mau beranjak menyambut mereka, pikiranku kembali berkelana saat aku diam-diam mengintai mereka berdua dan pada akhirnya aku memutuskan untuk pulang lebih awal.
Disana aku hanya duduk sambil memperhatikan mereka sedang makan sambil bercengkrama, mendadak napsu makanku hilang begitu saja, jadi aku meminta Pelayan membungkuskan makananku kemudian aku pulang ke Rumah.
Tibanya di Rumah aku bergegas ke kamar, segera ambil handuk kemudian aku mandi lalu aku berakhir di tempat tidur sambil mendengar pintu Rumah sedang terbuka.
Aku memang membiarkan Ken mendaftarkan sidik jarinya di smart keylock. Kalau Ken datang aku suka malas membuka pintu atau aku dalam keadaan sibuk menyelesaikan pekerjaanku di kamar sehingga Ken mendaftarkan sidik jarinya.
Aku mulai beranjak ketika aku mendengarbsuara Lyana yang meminta Ken untuk masuk. Tapi Ken menolak dan memilih pamit pulang. Aku keluar menuruni anak tangga, dan aku disambut sapa ceria Lyana sambil ia menunjukan sebuah plastik berlabel nama Resto yang mereka singgahi tadi.
Aku juga menatap pakaian Lyana yang tertutup jaket milik Ken. Aku tahu itu milik Ken karena jaket itu salah satu benda kesayangan Ken.
"Om, Lyana bawain makanan buat Om."
Lyana berlari mendekatiku lalu menyerahkan plastik itu. Aku meraihnya tanpa minat lalu kubawa ke Dapur dan meletakannya begitu saja.
Napsu makanku masih hilang entah kemana.
"Om kenapa? Sakit?" Rupanya Lyana mengikuti dari belakang sambil kepalanya dimiringkan agar ia bisa melihatku dengan jelas. Lyana tampak cemas melihatku yang sedari tadi hanya diam tanpa melirik kearahnya sedikitpun.
"Oh, Om Nathan beli makanan di Resto itu juga? Tadi Lyana sama Om Ken makan disana Om." Ia menunjuk kantong plastik punyaku dimana aku juga menaruhnya asal di Dapur dengan kedua matanya yang melebar.
"Om tadi kesana? Kok Lyana nggak ketemu Om? Kok Om nggak bilang sama Lyana kalau Om kesana? Tahu gitu tadi Lyana ajaak Om makan bareng sama Om Ken. Kita makan sama-sama disana." Ucapnya panjang sambil kembali mengikutiku hingga kami sama-sama duduk di sofa panjang depan tv.
"Om delivery tadi." jawabku sekenanya dengan satu tanganku memencet tombol remot. Tak henti jemariku memencet tombol untuk berganti siaran. Dan akhirnya aku memilih sebuah acara talkshow jenaka namun tak mampu memicu gelakku untuk tertawa.
"Tadi Lyana dan Om Ken cerita banyak selama kami makan disana Om. Ternyata Om Ken lucu ya Om. Baik banget lagi. Tadi Lyana kedinginan dipinjami jaket sama Om Ken,"
"Om Ken juga sangat manis. Lyana senang bisa kenalan sama Om Ken."
Aku masih terdiam menatap tv dan menghembuskan napas. Aku sudah terbiasa mendengar penilaian manis tentang Ken.
Hampir semua teman wanita yang kukenal akan memuji sikap manis Ken setelah aku memperkenalkan mereka.
Tapi mendengar penilaian Lyana secara langsung, melalui sudut mataku, wajah Lyana tampak berseri sembari ia menatap langit-langit, mengingat-ngingat bagaimana sosok Ken saat mereka makan bersama tadi di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, OM NATHAN!
RomanceNathaniel Salim (Nathan) tidak mengerti dengan dirinya sendiri sejak Lyana Bramawan (Lyana) menginap di Rumahnya karena sang kakak meminta Nathan untuk menjaga Lyana selama ia pergi. Selama Lyana disana, Nathan fokus menjaga Lyana. Pikirannya hanya...