Warning!!
.
.
Mature content!!
.
.
.Nathan
Pagutan bibirku menggebu diantara bibir Lyana. Aku bisa merasakan hembusan napas kami yang hangat dan berat saling menerpa kulit kami, mencari kehangatan satu sama lain karena dinginnya kota Devon tak kira-kira.
"Apa kamu masih kedinginan?" Bisikku disela ciuman kami. Tatapan gelapku menatap bibir Lyana yang membengkak dan memerah karena ulahku.
Pemandangan yang menggoda.
Lyana lantas mengangguk, dan aku kembali menyatukan bibir kami untuk mencari kehangatan lagi.
Dibalik selimut yang tebal, aku telah mengurung tubuh kecil Lyana. Tak ada coat atau potongan pakaian yang membalut tubuh kami.
Kini hanya ada rasa hangat melingkupi kami, dan rasa hangat itu mulai membakar ketika tubuh kami saling bersentuhan.
Aku sadar, kini hasratku yang mulai mengendalikan kami.
Hasratku memaksaku untuk terus menyentuh Lyana, memeluk Lyana, memagut bibirnya penuh damba dan tidak boleh sedetikpun terlepas dariku.
Aku yakin Lyana juga merasakan hal itu. Disaat aku ingin melepaskan ciuman kami, Lyana justru mendekatkan bibirnya padaku agar aku tidak berhasil menjauhinya.
Lyana mulai kalah dengan hasratnya. Begitupun aku. Tubuhnya tidak menolak disaat aku menyentuhnya dengan lembut. Bibirnya terus bergerak dan membalas bibirku tak kalah menggebu.
Meraup oksigen sebisa mungkin, sekarang pangkal leher mulai menarik minatku untuk mencicipinya. Tanpa menunggu lama lagi aku turun dan mencecapnya. Lyana melenguh. Serak manis Lyana seakan memancingku untuk terus menyesapnya. Desahnya ketika ia memanggil namaku membuatku untuk terus melakukan lagi dan lagi.
Hingga sesapanku berakhir di dada Lyana.
"Apakah ini sakit? Kamu nyaman aku bermain di sini?" Lyana menatap tatapan gelapku. Ia hanya mengangguk sayu.
"Kamu suka aku bermain di sini?" Tanyaku sekali lagi sambil menggigit nakal di salah satu dadanya.
Lyana mengangguk lemah lalu mendesah. "Suka."
Aku menyeringai mendengarnya. Kembali aku memainkan dadanya dengan kepiawaianku.
Memutar, memilin dan menghisap. Aku berhasil melambungkan kupu-kupu di perut Lyana.
Masih bermain di dada Lyana, kini tanganku mulai bergerak dan bermain di tempat lain.
Tanganku mengusap perut Lyana. Ia seperti bayi yang baru lahir. Terasa kecil, lembut, hangat, dan menggoda di kulitku.
Kemudian tangan nakalku turun menjelajahi area bawah. Masih seperti kulit bayi. Aku semakin tergoda bermain usap-usapan di sana hingga jemariku mulai turun ke sela paha Lyana.
"Nathan.." Aku mendongak saat Lyana memanggil namaku. Tanganku ditarik Lyana secara perlahan.
"Iya sayang?"
Lyana masih melenguh di bawahku ketika aku kembali menggigit dadanya lagi. Ia tampak menggemaskan di sana.
"Aku..takut.."
Aku terdiam sejenak, memandanginya yang masih terlelap oleh hasratnya.
"Apa yang membuatmu takut, katakan padaku."
Lyana mengigit bibirnya. Pemandangan itu adalah pancingan terberatku.
"Apa..ini aman? Aku takut ketahuan Kakek dan Mikael."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, OM NATHAN!
RomanceNathaniel Salim (Nathan) tidak mengerti dengan dirinya sendiri sejak Lyana Bramawan (Lyana) menginap di Rumahnya karena sang kakak meminta Nathan untuk menjaga Lyana selama ia pergi. Selama Lyana disana, Nathan fokus menjaga Lyana. Pikirannya hanya...