Bab 3

11.3K 610 24
                                    

Nathan

Mobil baru saja kuparkir di carport sebelah Rumahku. Aku baru keluar dari mobil setelah Lyana keluar dan mematung di depan halaman Rumah.

Wajah polos itu terlihat seksama memandangi setiap sudut Rumahku berlantai dua meski lampu redup. Tampak menilai dari atas sampai bawah. Bisa kulihat dengan jelas bagaimana Lyana memandangi Rumahku dengan kepalanya berayun ke kanan dan ke kiri.

Lalu ia berjalan menuju jendela, satu tangannya ia tarik bersamaan dengan wajahnya yang mendekat ke kaca jendela. Melalui sisi yang terlihat ia mengintip keadaan Rumahku dari luar yang juga terlihat gelap dari dalam sana, seperti mengharapkan akan menemukan sesuatu. 

"Rumah Om sepi banget,"

Tentu Rumahku sepi. Karena hanya aku yang tinggal disini. 

"Ayo masuk," Aku menarik koper Lyana dari mobil sembari kakiku menaiki dua anak tangga.  Lalu segera menempelkan ibu jariku ke smart key door handle sehingga pintu Rumah terbuka dan aku melangkah masuk. Aku melirik Lyana yang terkesiap mendapati lampu Rumah yang tiba-tiba menyala sendiri tanpa aku menekan saklar. 

Sebagai seorang pengembang tanah dan bangunan yang baru berkembang, aku menerapkan sistem smart home ramah lingkungan. Salah satunya memasang lampu otomatis untuk Rumah pribadiku. Dengan sinar deteksi transparan yang mengelilingi setiap sudut Rumah lampu akan hidup jika sinar menangkap kehadiran seseorang atau saat malam hari menjelang pukul enam sore. Dan jika Rumah tak ada orang dan hari sudah menjelang pukul enam pagi, otomatis juga lampu akan redup dengan sendirinya. 

"Ternyata Rumah Om bagus banget,"

Lyana memilih sebuah sofa kecil untuk ia duduki sementara matanya tak lepas menatap setiap sudut Rumahku yang berdominasi hitam, krim dan putih.

Lyana tampak kagum melihat seisi Rumah sehingga ia harus melongo menatap langit-langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lyana tampak kagum melihat seisi Rumah sehingga ia harus melongo menatap langit-langit.

Mungkin karena baru pertama kali Lyana bertandang ke Rumahku. Biasanya aku yang lebih suka mampir ke Rumah El dan Milly karena Ayah dan Mama Risma sering kesana mengunjungi cucu-cucunya.

"Kamar tidur kamu disana ya." Aku menunjuk sebuah pintu kamar di lantai satu setelah aku memasukan kopernya disana. Kamar yang kubuat khusus untuk Ayah dan Mama Risma jika singgah ke Rumahku. Namun karena ada Lyana disini jadi kamar itu akan ditempati Lyana.

Lyana mengangguk pelan padaku dan kembali memperhatikan seisi Rumah dengan binaran kagum. Di sisi ruang tamu aku membuat spot dinding khusus dengan belasan figuran foto, souvenir pigura, lukisan klasik dan pernak-pernik lainnya yang terpajang disana.

Sembari Lyana memperhatikan kumpulan figura itu aku beralih ke dapur untuk menyiapkan minuman dan beberapa bungkus snack untuknya. Tak lama aku memapahnya dengan nampan dan kuletakan di atas meja depan TV.

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang