Bab 50

5.1K 343 37
                                    

Note : chapter ini mengandung bahasa kasar. Be wise!
.
.
.
.

Satu persatu rintikan hujan menerpa jendela kamar. Lyana hanya terdiam membiarkan rintikan itu membasahi jendelanya. Sebagian orang menganggap hujan itu adalah musim yang menyebalkan. Tapi bagi Lyana, tiap rintik yang turun seakan menghibur pandangan Lyana yang terlihat kosong saat ini.

Ini sudah hari ketiga Lyana menjalani hukuman skorsingnya. Seharusnya saat ini Lyana sedang kewalahan di lapangan sekolah karena adanya jam pelajaran olahraga. Entah ia sedang berlari mengelilingi lapangan, atau sedang melakukan pemanasan dasar untuk melakukan teknik olahraga lain yang akan diterangkan oleh sang guru.

Namun melihat cuaca mendung sejak pagi tadi dan sekarang hujan, kemungkinan guru olahraga akan menerangkan materi di dalam kelas. Lyana langsung membayangkan wajah suntuk Sammy yang tidak suka dengan materi olahraga di dalam kelas. Sammy lebih suka olahraga di lapangan ketimbang ia harus menulis catatan atau menghapalkan materi olahraga.

Lalu Lyana juga membayangkan ekspresi Fanya yang terus mengeluh kalau sudah melihat wajah suntuk Sammy. Siap-siap Fanya yang akan jadi sasaran jahil Sammy.

Hanya membayangkan mereka saja mengundang seulas senyum di bibir Lyana. Ia merindukan kedua sahabatnya. Tinggal 11 hari lagi maka Lyana akan kembali ke sekolah.

Tapi sepertinya suasananya tidak akan seperti biasanya lagi. Terakhir kali berita tentangnya memukul Wanda adalah berita yang menggempar di sekolah. Untuk pertama kalinya setelah Lyana bersusah payah menata emosinya sedemikian rupa agar ia tidak terpancing hinaan Wanda, akhirnya Lyana menunjukan dirinya bahwa ia begitu murka.

Saat itu Lyana memilih duduk terdiam di kursinya. Putus dengan Nathan membuat hari-harinya melankolis. Tidak ada semangat untuk masuk sekolah. Tapi Lyana memaksakan diri untuk ke sekolah karena ia tidak mau El dan Milly mengkhawatirkannya.

Setelah putus dari Nathan, Milly juga berupaya untuk menyenangkan hati Lyana; memasak makanan kesukaan Lyana, membeli barang-barang lucu, bahkan Milly membeli tiket nonton bioskop untuk mereka berdua tonton.

Lyana cukup senang karena sang Mamah berusaha untuk selalu memperhatikannya. Berbanding terbalik dengan sang Ayah yang mendiaminya sejak mereka beradu argumen terakhir kali.

Antara El dan Lyana, mereka benar-benar menciptakan lapisan dinding untuk menjaga jarak diantara satu sama lain.

Lyana kembali mengingat di saat puncak permasalahan terjadi. Di saat Fanya dan Sammy ingin mengajak Lyana ke kantin, datanglah 3 orang yang membuat mood Lyana turun drastis.

Siapa lagi kalau bukan Wanda dan antek-anteknya.

Dengan penuh percaya diri Wanda dan teman-temannya melangkah menghampiri meja Lyana dan kembali membully Lyana.

Awalnya Lyana tak menanggapinya. Seperti biasanya. Karena akan percuma dan membuang energi semata jika meladeni perempuan semacam Wanda.

Hingga sampai sebuah kalimat begitu mudah Wanda lontarkan membuat Lyana membeku di tempat.

"Nggak dapat Bayu, sekarang mainan barumu Om Om kaya raya ya Lyn? Wah keren banget kamu!" Hina Wanda dengan suara keras hingga teman sekelasnya mengetahui apa yang Wanda katakan.

Diam-diam Lyana mengepalkan tangannya. Berharap hal itu akan membantu meredakan emosinya yang tiba-tiba saja melatup penuh di kepalanya. 

"Oh sekarang Lyana sama Om Om? Wah bahaya banget dong!!" Seru teman-teman Wanda dengan nada nyeleneh.

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang