Nathan
Tak butuh waktu lama aku menunggu Ken belanja di sebuah Mall ternama di jalan Gatot Subroto. Satu tas mewah dengan tali rantai emas dikemas dalam bungkusan paperbag cantik, Ken akan memberi hadiah itu untuk teman kencannya nanti.
"Lo yakin mau kasih tas itu ke--siapa tuh--Kesha ya?" Aku mengintip isi paperbag itu.
Ken hanya berdecak menatapku. Tapi melihat Ken mendongak langit-langit, kayaknya dia juga lupa siapa nama teman wanitanya.
Aku nggak terlalu mengerti kenapa Ken memiliki prinsip terlalu royal terhadap semua wanita.
Sudahlah aku nggak mau memusingkannya.
"Keponakan lo jadi nyusul kesini?" alih Ken lalu ia melirik jam tangan. Aku pun ikut melirik jam tangan di pergelangan tanganku dengan alis terangkat.
Ternyata sudah ada satu jam lebih aku di Mall namun Lyana belum juga muncul. Sejak aku menghubunginya saat aku sampai, seharusnya Lyana sudah sampai sekitar sepuluh atau lima belas menit yang lalu.
Lalu aku mencoba telepon Lyana untuk menanyakan posisinya sudah sampai dimana. Tapi tak lama aku menemukan gadis kecil itu sedang berjalan memasuki Mall sambil menjawab teleponku di dalam kerumunan orang-orang.
Gadis itu terlihat cukup mencolok di mataku. Dengan pakaian jumpsuit pendek selutut berwarna ungu muda. Sepatu kets putih dan rambut pendeknya dikuncir seadanya.
"Aku udah masuk Om, aku udah di depan Breadtalk. Om dimana?" Ucapnya disana sambil celingak-celinguk mencari keberadaanku.
Aku segera menghampiri Lyana yang masih menjawab teleponku disana dan sontak tersenyum ketika ia melihatku menghampirinya.
"Om Nathan." Sapanya. Aku langsung mengulurkan tanganku, mengacak rambutnya gemas.
"Macet nggak di jalan?"
Lyana menggeleng, "Nggak Om, untungnya."
Tak lama Ken menyusulku dan aku langsung memperkenalkan mereka berdua.
"Lyn, ini teman Om. Namanya Om Ken. Ken, ini Lyana."
Lyana menatapku sejenak lalu berpaling menatap Ken. Lyana tak ragu mengulurkan tangannya dan tersenyum menyapa Ken.
"Halo Om Ken, Lyana."
Ken juga tak ragu meraih tangan Lyana dan mereka berjabat tangan.
"Halo Lyana,"
"Keponakan lo cantik juga." Puji Ken dan Lyana tersenyum lagi.
"Terima kasih Om,"
"Om udah selesai belanjanya belum?" Kini Lyana mendongak menatapku lagi.
"Sudah. Kamu udah lapar ya?"
Lyana mengangguk.
Kami langsung pergi menuju area food court di lantai 3. Ada satu meja dan empat kursi kosong tertangkap olehku, aku langsung menarik Lyana mengikutiku.
Setelah kami memilih menu makanan, aku segera beranjak membawa catatan pesanan menuju Kasir.
Butuh beberapa saat aku menganter di Kasir sekalian aku membayar semua makanan kami, aku kembali ke mejaku. Dari kejauhan aku mendapati Lyana dan Ken tengah asik mengobrol. Aku nggak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, tapi melihat Lyana membekap mulutnya karena menahan tawa pasti mereka sedang membicarakan hal-hal yang lucu.
Aku juga melihat Ken disana, dimana pria itu asik menyampaikan sesuatu hingga Lyana teetawa sambil memeluk perutnya.
"Lagi ngomongin apa?" Aku menarik kursiku dan duduk di samping Lyana. Mereka memandangiku sejenak sebelum Ken menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, OM NATHAN!
عاطفيةNathaniel Salim (Nathan) tidak mengerti dengan dirinya sendiri sejak Lyana Bramawan (Lyana) menginap di Rumahnya karena sang kakak meminta Nathan untuk menjaga Lyana selama ia pergi. Selama Lyana disana, Nathan fokus menjaga Lyana. Pikirannya hanya...