Nathan
Aku bagaikan robot tanpa perasaan.
Melanjutkan hari-hariku seperti biasa tanpa ada rasa semangat dan gairah sedikitpun.
Ken bilang, aku seperti mayat hidup yang terpaksa menjalani hari dari agi menjelang malam. Hanya tinggal menunggu kapan hidupku akan segera berakhir hingga kedua mataku tertutup rapat.
Mencoba untuk menghibur diri dengan berlibur ke Bali, sekalian aku menengok keadaan orang tuaku.
Selama seminggu penuh aku di sana. Aku cukup terhibur karena terbantu oleh suasana hijau di area pekarangan rumah. Beruntung aku memiliki Mamah Risma yang rajin menanam dan merawat tanaman hias.
Lalu aku juga mengunjungi tempat wisata lainnya yang terkenal di Bali; mengunjungi Bali Safari dan sekedar mampir ke Uluwatu dan Ubud. Tak lupa aku melakukan snorkling dan paraseling untuk memacu adrenalinku.
Tapi setelah itu aku kembali ke Bandung dengan perasaan yang sama.
Hampa.
Aku tidak mengerti kenapa kehilangan Lyana bisa berdampak seperti ini.
Setelah aku mengumumkan kekalahanku ada El, aku tak lagi mendapatkan kabar tentang gadis kecilku. Baik El maupun Milly. Mereka menghubungiku hanya untuk menanyakan kabarku saja.
Tidak ada diantara mereka yang menyinggung Lyana sedikitpun.
Entah sengaja atau tidak, aku pun mencoba untuk tidak menghiraukannya.
Tapi lagi-lagi aku merasa gundah sendiri. Seperti tak mampu lagi untuk melanjutkan hidup.
Aku tahu aku begitu berlebihan.
Tapi, aku benar-benar merasa hidup tanpa ada tujuan yang jelas.
Seingatku, aku tidak pernah sekosong ini setelah hubunganku dengan Zahra berakhir. Aku mampu mengelabui pikiranku dengan bekerja sepanjang hari hingga aku berhasil berpaling dari Zahra.
Tapi kenapa disaat aku melakukan hal yang sama disaat hubunganku berakhir dengan Lyana, aku tetap merasa hampa, kosong dan entah apalah bahasa yang pantas untukku.
Seakan-akan, hanya Lyana yang mampu mengisi kehampaanku.
Seakan-akan, hanya Lyana yang dapat membuatku menatap dan menemukan tujuanku.
Ingat Nathan! Hubungan terlarang kalian sudah berakhir! Dia keponakanmu!
Tapi...
Ini sulit...
Ini sulit untukku...
Kupaksa pikiranku untuk mengatur hatiku pada sebuah kebenaran yang benar-benar nyata di mataku.
Lyana adalah keponakanku.
Anaknya Elkana. Kakakku.
Hubungan kami...
Terlarang...
Sial! Aku seperti seorang pendosa yang kini sedang mendapatkan hukuman terberat dalam hidupku.
Aku mendudukan diriku di meja kerjaku. Penampilanku tampak lusu dengan kemeja urakan dan celana kebesaran. Aku hendak siap tidur. Tapi nama Lyana kembali menggentayangiku.
Dan hal itu membuat haluku semakin menjadi hanya dengan memikirkannya saja.
Wajah gadis kecilku yang lucu memenuhi kepalaku. Dengan pipi merona akan terlihat sangat menggemaskan jika kupandang seksama.
Seulas senyuman manisnya dapat membuatku lupa akan segalanya.
Mendengar suaranya disaat ia memanggil namaku, seakan mendengar lantunan lembut menyapa indera pendengaranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, OM NATHAN!
RomanceNathaniel Salim (Nathan) tidak mengerti dengan dirinya sendiri sejak Lyana Bramawan (Lyana) menginap di Rumahnya karena sang kakak meminta Nathan untuk menjaga Lyana selama ia pergi. Selama Lyana disana, Nathan fokus menjaga Lyana. Pikirannya hanya...