Bab 8

8.8K 432 19
                                    

Nathan

Pagi ini aku harus pergi ke Kantor. Namun aku tidak semangat. Wajahku tampak suntuk padahal ini baru jam tujuh pagi. Padahal aku belum melakukan aktifitas apapun tapi rasanya aku lelah. 

Semalam aku nggak bisa tidur. Sejak kejadian kemarin mataku sulit terpejam padahal kantukku terus menyerang. Jadi semalam aku mencoba menyibukan diri di depan laptop, kupikir dengan mengoreksi hasil kerja design Arsitek pikiranku bisa teralihkan.

Tapi nyatanya aku tidak bersemangat untuk menyentuh laptop sedikitpun. Aku kembali merebahkan diri ke tempat tidur. Memaksa kedua mataku untuk tenggelam oleh alam mimpi namun pada akhirnya aku sibuk menggerakan badanku ke kiri dan ke kanan. Lalu aku mencoba pindah ke sofabed namun aku tetap tak kunjung tidur. Sampai dimana aku memilih untuk mandi di pukul empat pagi dan aku bersiap-siap untuk berangkat ke Kantor. 

Tapi sampai dengan pagi ini aku hanya duduk diam di meja makan dan memandangi satu lembar roti yang sudah kupersiapkan di atas piring dengan tatapan kosong.

Aku tidak bisa tidur karena tidak berhenti merutuk diriku sendiri atas ulahku kemarin. 

Aku sadar apa yang telah kulakukan kemarin, tapi aku seakan seperti kerasukan jin, percaya nggak percaya aku mencium Lyana di depan umum hanya karena aku tidak suka dengan dua pria tua yang diam-diam menggoda Lyana di depanku.

Setelah aku menarik Lyana menuju mobil, Lyana hanya terdiam. Gadis kecil itu membisu selama di perjalanan menuju Rumah. Hanya suara derum mobil melaju yang kudengar. Dan detak jantungku yang bertalu karena kegelisahanku. Sesampainya kami di Rumah Lyana langsung masuk ke Rumah, berjalan menuju kamar lalu ia berkata,

"Om, Lyana ke kamar duluan ya."

Saat itu aku seperti menekin yang hanya bisa menatap punggung gadis itu.

Apa Lyana marah atas perbuatanku di Resto kemarin?

Apa aku membuatnya nggak nyaman, risih?

Apa Lyana akan mengadu ke El dan Milly karena aku mencium anak gadis mereka di depan umum dan merajuk untuk pulang ke Rumahnya karena tidak mau tinggal denganku lagi?

Mati gue.

Aku harus bagaimana?

Lagipula kenapa juga aku harus mencium Lyana di depan umum hanya karena aku tidak suka dengan tatapan dua pria tua mesum itu?

Harusnya aku hanya menegur pria tua itu dan membawa Lyana pergi dari sana.

Seharusnya begitu.

Tapi kenapa aku melakukan hal lain yang membuat Lyana nggak nyaman?

Akupun juga nggak mengerti kenapa aku bisa bertindak impulsif seperti itu?

Apa bedanya aku dengan dua pria tua itu?

Jadi apa sebaiknya aku harus ke kamar Lyana dan meminta maaf padanya?

Iya. Aku harus melakukan itu sekarang.

Aku akan ke kamar dan meminta maaf padanya. 

Tapi niatku mendadak goyah.

Kalau aku pikir-pikir lagi bukankah aku mencium Lyana adalah hal yang wajar?

Lyana keponakanku.

Menciumnya bukan berarti aku berbuat jahat bukan?

Mencium itu adalah bentuk rasa sayang seseorang ke seseorang lainnya.

Kalau aku cium Lyana, berarti aku menyayanginya.

Bukankah begitu konsepnya?

Berarti aku nggak salah bukan?

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang