Bab 35

5K 263 13
                                    

"Wah.. Lo kebangetan banget ya Nathaniel Salim!!"

Aku terperanjat. Ini masih pagi, pukul 10, tiba-tiba saja Ken datang ke ruang kerjaku dan langsung menyapaku dengan teriakan. Bahkan teriakannya memancing lirikan penuh pertanyaan oleh beberapa rekan kerjaku.

"Kemarin lo ke mana?! Kenapa lo dan Lyana ninggalin gue di Festival?! Sampai lo nggak angkat telepon gue dari kemarin. Gue nggak nyangka sama lo Nat. Lo itu JAHAT!!"

Aku hanya terdiam dan menghela napas sambil menatap pria berumur 30 tahun itu merajuk seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh orang tuanya.

"Sumpah..lo..itu..J.A.H.A.T!" Sampai pria itu berani menunjukku dengan raut dilucu-lucukan, tapi aku langsung menepis tangannya dan berdecak.

"Nggak usah nunjuk nunjuk gue gitu."

Ken ikut berdecak. "Jawab pertanyaan gue! Kenapa lo ninggalin gue kemarin?! Dan kemana lo kemarin? Gue ke rumah lo dan nunggu lo seharian tapi lo nggak ada."

"Kemarin gue anterin Lyana ke rumah kakak gue." Jawabku kemudian.

"Lho Lyana sudah pulang ke Bekasi?! Kok lo nggak bilang gue sih?! Kan gue bisa ikut nemenin sekalian pamitan sama calon mertua gue."

"Justru gue nggak bilang. Gue nggak mau lo ikut."

Ken mencibir kesal.

"Jadi lo gitu sama gue?! Setelah sekian lama kita berteman seerti anjing dan kucing lo nusuk gue dari belakang?!"

"Lo bisa pergi kalau nggak mau temenan sama gue."

"Yah kok lo gitu? Jangan ngambek lah!"

"Lah lo duluan yang datang ke sini maki-maki gue pagi-pagi. Kayak nggak ada kerjaan."

"Gue emang nggak ada kerjaan sih." Ken mengendikan bahu.

"Kalau lo nggak ada kerjaan, ngapain ke sini? Pergi sana! Gue banyak kerjaan. Kalau ada lo, kerjaan gue nggak kelar." Aku segera membuka laptopku dan memulai kegiatanku dengan membaca proposal tentang open house yang akan diselenggarakan minggu depan.

Nggak kusangka kalau ternyata selama ini aku menumpukan pekerjaanku. Sejak ada Lyana, pikiranku hanya dipenuhi olehnya. Sampai aku baru sadar kalau pekerjaanku mulai terbengkalai.

Oleh karena itu, minggu ini aku harus menyelesaikan pekerjaanku. Agar di akhir pekan nanti aku bisa ke Bekasi lagi untuk menemuinya.

Begini ya rasanya jatuh cinta. Padahal seharian kemarin aku telah menghabiskan waktu bersama gadis kecilku. Walau ada Milly diantara kami.

Kemarin Milly memintaku untuk menemaninya ke Supermarket. Kebutuhan dapurnya sudah habis. Karena El tidak bisa mengantarnya, Milly langsung mengajakku dan Lyana langsung minta ikut. Akhirnya kami pergi bertiga.

Cukup lama kami di Supermarket, aku ditugaskan untuk mendorong trolly keranjang sedangkan Milly sibuk sendiri memilih kebutuhan yang telah ia tulis penuh di sebuah kertas cukup besar.

Lyana, dia berjalan bersisian denganku. Tanpa sepengetahuan Milly, sepanjang kami mengitari area Supermarket kami bergandengan tangan. Aku tidak peduli dengan pandangan pengunjung yang menangkap momen kami.

Setelah kami selesai belanja dan tiba di rumah mengantar Milly, aku dan Lyana kembali pergi untuk menonton film. Dari situ aku bebas menggenggam tangan Lyana atau memeluknya sesuka hatiku, tanpa perlu aku cemaskan lagi karena ada Milly. Dan sekali lagi, aku tidak peduli dengan tatapan penuh tanya dari pengunjung ketika Lyana memberanikan diri untuk bergelayut manja padaku.

Entah membalas genggamanku, memelukku, atau menatapku penuh perasaan.

"Ya! Dia bengong! Nat, lah! Gue lagi ngomong ini?!"

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang