Bab 28

5.6K 346 8
                                    

Sudah berkali-kali ponselnya berdering di atas meja. Nathan hanya terdiam sambil memandangi layar ponselnya yang sempat berhenti dan kembali bergetar, dan muncul nama Ken di sana.

Baru pria itu bisa menghela napas lega setelah layarnya kembali gelap. Ken berhenti menghubunginya. Tapi Nathan memilih untuk mengirimnya satu pesan untuk Ken. Dari puluhan panggilan masuk, pasti Ken sedang mencemaskan Lyana karena dari awal Nathan belum mengatakan apapun padanya.

Maaf Ken gue harus bawa Lyana pergi. Tiba-tiba bokapnya Lyana kabarin gue kalau dia sudah pulang dan mau jalan ke rumah gue, jadi gue harus buru-buru bawa Lyana pulang. Kalau dia nggak lihat Lyana di rumah bisa-bisa rumah gue diberantakain. Bokapnya galak banget, lo tahu sendiri kan?!

Nanti gue kabarin lo lagi setelah urusan gue selesai. Sorry banget gue baru kabarin dan mendadak bawa Lyana pulang tanpa pamit dulu sama lo.

Nathan langsung melemparkan ponselnya di sofa, lalu ia kembali menghela napas. Merasa lega sesaat.

"Kenapa Om? Ada masalah?"

Sedari tadi Lyana hanya duduk terdiam sambil memperhatikan Nathan dengan ponselnya. Merasa aneh dan tidak mengerti dengan kegelisahan Nathan menatap layar ponsel.

Meski sudah merasa lega pria itu masih tampak cemas, bahkan Nathan kembali terdiam saat ini. Selama di perjalanan menuju rumah, tak ada pembicaraan apapun di antara Lyana dan Nathan walau hanya sekedar basa-basi.

Panggilan Lyana membuat pria itu mendongak setelah kepalanya menunduk untuk beberapa saat.

"Aku nggak apa-apa." Nathan tersenyum, lalu ia berdiri membuat pandangan Lyana ikut terangkat. Rupanya Nathan berjalan menghampiri Lyana yang duduk di sebrangnya, lalu ia duduk di samping Lyana dan tak ragu berbaring dan menaru kepalanya di antara kedua paha Lyana.

Lyana yang melihat Nathan seperti itu hanya bisa membelalak dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Lyana membiarkan pria itu memejamkan matanya tanpa ia tahu Lyana sedang berusaha keras untuk menenangkan diri.

"Apa kamu gugup?"

Lyana kembali membelalak saat Nathan membuka matanya dan menatap Lyana. Gawat. Apa Nathan mendengar suara detak jantung Lyana yang berdetak nggak karuan? Atau karena wajah Lyana memerah dan Nathan melihat itu?

Lyana yakin sudah pasti pria itu melihat wajahnya memerah. Tanpa perlu Lyana melihatnya juga, wajahnya sudah terasa panas dan semakin panas akan ulahnya. Pasti karena itu.

"Kalau iya, berarti kita sama. Aku juga gugup."

Tak hanya bahu, kini pria itu kembali meraih satu tangan Lyana. Menyentuhnya dengan lembut dan menautkan jemari mereka sehingga saling menyatu. Lalu Nathan membawa tangan Lyana tepat di dadanya yang terasa bergetar karena detak jantung Nathan.

"Lihat! Sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini setelah sekian lama. Dan sekarang aku bisa menikmatinya lagi, bersama kamu."

Mendengar itu Lyana tak kuasa tersenyum. Bagaimana tidak? Setelah banyak perkiraan buruk tentangnya di awal, dengan mudahnya Nathan berhasil mengambil hati Lyana lagi hingga hatinya kembali merasa teduh.

Tapi, Lyana masih butuh penjelasan dari kekasihnya ini.

"Om Nathan, boleh Lyana bertanya kenapa yang menjemputku Om Ken bukannya Om Nathan?"

Nathan tercengang sejenak, dan Lyana kembali melontarkan pertanyaan baru.

"Bukankah Lyana pacarnya Om Nathan?"

Nathan menghela napas. Sudah Nathan duga pasti Lyana akan bertanya seperti itu.

Dan ternyata pertanyaan Lyana justru membuat Nathan semakin sulit untuk menjawab ketimbang ia harus menjelaskan status barunya kepada Ken.

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang