Bab 42

3.8K 255 14
                                    

Lyana tertunduk lesu.

Nasi goreng buatan Milly baru dua kali suap Lyana makan, setelah itu hanya ia mainkan di atas piring hingga tanpa sadar beberapa butir Nasi Goreng berserakan keluar dari piringnya.

Lyana kesal karena semalam Nathan hanya sekali membalas pesan Lyana.

From : Om Nathan 🖤
Maaf sayang aku baru pulang. Pasti kamu sudah tidur ya? Selamat malam.

Hanya itu saja Nathan membalasnya.

Dari belasan pesan dan hampir puluhan telepon yang belum direspon Nathan, Nathan hanya membalas pesan Lyana seperti itu.

Lyana kesal setengah hati membacanya.

Karena kekesalannya membuat napsu makannya hilang sekejap.

"Kamu kenapa Lyn? Kok nasinya nggak dimakan?" Sejak tadi El mengamati anak perempuannya. Hanya terdiam dan tak minat menghabiskan sarapannya.

Lyana tersadar mendengar pertanyaan El. Lyana lantas menggeleng. "Nggak Pah. Ini Lyana mau makan."

Lyana mulai menyuapi Nasi goreng itu. Tapi hanya sesuap. Sehabis itu ia kembali memainkannya lagi.

El masih mengamati Lyana dengan tatapan penuh tanya. Sebentar lagi El dan Lyana akan berangkat bersama pagi ini, tapi Lyana belum kunjung menghabiskan makanannya juga. 

Benak El bertanya-tanya apa Lyana sedang ada masalah di sekolahnya? Sebab kemarin-kemarin Lyana tidak semurung ini.

"Apa kamu ada masalah di sekolah?" Akhirnya pertanyaan itu keluar. El ingin tahu apa anak gadisnya sedang berada didalam kesulitan. Jika ada, dengan segenap hati El akan mendengarkan keluh kesah Lyana. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mendekatkan dirinya ke anak gadis kesayangannya itu.

Lagi-lagi Lyana menggeleng. "Nggak ada masalah Pah."

Akhirnya Lyana meletakan alat makannya. Lalu meraih tas sekolahnya yang ia letakan disamping kursinya kemudian berdiri.

"Ayo Pah berangkat. Nanti Papah telat ke kantor."

Milly yang baru ingin bergabung di meja makan menatap Lyana dan El heran.

"Lho, udah mau berangkat? Kok makanannya belum dihabisin?"

"Lyana udah kenyang Mah." Kilah Lyana sambil berlalu meninggalkan El yang baru saja bangkit setelah menghabiskan segelas susu.

"Anak gadismu kenapa?" Milly bertanya kepada El.

"Jangan khawatir! Aku akan membuatnya tersenyum lagi hari ini." El mengecup kening Milly. Lalu ia menyusul Lyana keluar rumah.

Milly hanya mengangguk dan menatap kepergian suaminya.

-o-

"Kamu beneran nggak mau cerita sama Papah?"

El masih berusaha untuk mencari tahu alasan Lyana murung pagi ini. Tapi Lyana tidak menjawab. Ia hanya duduk termenung menatap ruas jalan yang padat karena kendaraan umum.

Di satu sisi Lyana ingin cerita sama El. Sungguh. Rasanya mulut Lyana gatal. Ia ingin mencurahkan semua kekesalannya. Tapi El bukan orang yang tepat.

Karena Nathan adalah jawabannya.

Lyana masih mengingat dengan jelas akan janji yang telah ia teguhkan bersama Nathan. Lyana masih harus merahasiakan hubungannya dengan Nathan kepada El. Walau Lyana sedikit ingkar karena tak tahan ingin bercerita kepada Fanya dan Sammy. Itupun Lyana mengancam Fanya dan Sammy untuk tidak menceritakannya lagi kepada orang lain.

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang