Bab 23

5.9K 400 15
                                    

Nathan

Aku terdiam dengan wajah sedikit kusut. Badanku mulai merasa linu karena lelah.

Sembari aku melonggarkan dasi ku sedikit, mataku mengitari seisi ruangan yang gelap dan hanya dicahayai oleh sinar lampu disco dan mendengarkan sebuah lagu yang sedang dilantunkan oleh salah satu timku yang sedang sibuk di depanku.

Berkat kerja keras mereka dalam promosi dan open house di beberapa tempat, sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasihku aku mengajak semua timku untuk makan malam bersama dan karaoke di salah satu Restoran terkenal di daerah Dago.

Karena timku suka makan dan karaoke, aku langsung book Resto tersebut yang memiliki fasilitas ruang karaoke tanpa berpikir panjang.

Setelah kami menikmati makan malam, acara langsung dilanjutkan menuju ruang karaoke.

Setelah kami memasuki ruang karaoke, para timku langsung mengambil alih; beberapa orang sudah memegang remot untuk memilih lagu, di antara mereka ada yang sudah siap memegang mic dan sisanya sudah siap berdiri bersama sang penyanyi untuk menari ria di depanku.

Awalnya aku masih bisa menikmati acara tersebut, sampai alunan lagu berikutnya berganti dengan lirik lagu yang membuatku merasa tertohok.

"Telah ku temukaann.. yang aku impikaann.. kamu yang sempurnaa.."

Aku sempat tercengang mendengarkan lagu yang begitu mendukung perasaan melankolisku.

Sialan!

Ditambah dengan adanya Lyana yang turut serta. Tepat di depanku bersama semua timku yang asik bernyanyi dan menari.

Semakin mendukung suasana yang kian canggung antara aku dan dia.

Sepertinya Lyana tampak terhibur atas aksi jenaka teman-temanku. Bahkan ia ikut tak ragu untuk ikut nimbrung menari bersama. Tanpa ia sadar aku tengah menatapnya dengan perasaan tak menentu.

Aku sengaja mengajak Lyana karena aku yakin malam ini akan aku lalui cukup panjang, mengingat aku pernah berjanji untuk tidak meninggalkan Lyana sendirian lagi selain karena ada kerjaan penting.

Oleh sebab itu aku memutuskan untuk langsung menjemput Lyana ke rumah dan memintanya ikut bersamaku setelah aku menyelesaikan urusan kantorku.

Tentu, ketika aku dan Lyana datang hampir semua timku bergumul ke arah kami untuk mempertanyakan tentang hubungan kami. Secara terang-terangan mereka menanyakan itu dan Lyana langsung menjawab dengan nada santai.

Meski demikian aku merasa lebih baik mereka seperti itu, ketimbang mereka musti berbisik di belakangku hanya untuk membicarakan kami berdua.

Sesampainya acara sedang berlangsung, perlahan Lyana mulai bisa berbaur dengan mereka. Meski umur Lyana terpaut kecil dari mereka, namun mereka tak ragu untuk mendekatkan diri dan merangkul Lyana untuk bersenang-senang.

Contohnya seperti saat ini. Lyana kini ikut bersenandung ria bersama timku tanpa ada canggung lagi.

Kembali dengan kondisiku yang masih menatap Lyana di antara kegelapan, aku kembali teringat dengan kejadian 2 hari yang lalu, di meja makan, antara aku dan Lyana, disaat setelah gadis kecil itu berhasil menggetarkan hatiku.

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang