Bab 48

4.7K 379 42
                                    

"Lyana sama Nathan pacaran?"

El mengangguk pelan di sana.

"Hah, kamu serius? Nggak lagi bercanda kan?" Seorang pria bersama El di ruang kerja El tertawa singkat, menganggap El sedang bergurau. Namun melihat gurat lelah El di wajahnya, ia menghentikan tawanya.

"Aku nggak ada waktu buat bercanda disaat seperti ini."

Pria itu menghela napas pelan, ia menelaah pembicaraan mereka akan terdengar cukup serius.

"Lalu apa yang sudah kamu lakukan setelah kamu tahu hubungan mereka?" tanyanya penasaran.

El terdiam sejenak, satu tangannya menarik gelas berisi air mineral lalu ia meneguknya sampai habis sebelum melanjutkan.

"Aku berhasil memukul Nathan dan kami bertengkar sekarang. Aku juga menjauhkan mereka berdua supaya mereka nggak bisa bertemu lagi." 

El menghela napas panjang sebelum melanjutkan. 

"Lyana dan Nathan harus mengakhiri hubungan mereka." 

Pria tua berbalut pakaian formal itu terdiam memandangi El yang tampak lelah dan lesu. Padahal El hanya duduk diam membalas pertanyaan yang pria itu tanyakan padanya.

"Kamu serius?"

"Iya." Balas El.

"Jadi mereka sudah putus, atau belum?"

"Belum. Tapi aku sudah meminta Lyana untuk memutuskannya segera."

Aditya, pria tua yang sedang bersama El itu hanya mengangguk singkat lalu terdiam. Mencerna yang baru saja diceritakan El tentang hubungan Lyana dan Nathan yang memang membuat Adit tak bisa berkata-kata.

Pria itu melangkah mendekati jendela. Memandangi langit biru dengan awan putih pekat yang cukup meringankan pikiran Adit.

Hingga tatapannya turun saat menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Adit melihat Lyana, keponakannya yang baru saja pulang menuju rumah. Tapi tak lama keponakannya menghentikan langkahnya.

Tatapan Adit terpaku memandangi Lyana yang kini berbalik menuju seseorang berpakaian serba hitam dengan topi berwarna senada bersembunyi dibalik tembok.

Adit terkesiap, sosok berpakaian gelap dan tampak mencurigakan itu ternyata adalah Nathan.

"Lagi lihat apa sih? Serius banget." El mendekati Adit yang tengah sibuk memandangi sesuatu.

Adit tidak berniat menghalangi El untuk melihat apa yang ia lihat sekarang, tapi Adit khawatir El akan merusak pemandangannya.

"Itu Nathan kan?!"

Kemarahan El kembali meluap melihat Nathan dan Lyana dibawah sana. Mereka seakan sedang bersembunyi dibalik tembok lalu Nathan memeluk Lyana.

El nggak bisa biarin mereka di sana. El harus segera pergi menyusul mereka dan menarik Lyana agar tidak lagi bersama Nathan.

Bayang-bayang pengakuan Nathan kembali berputar di pikiran El. Begitu lantang Nathan mengatakan bahwa ia mencintai anak gadisnya terdengar menggelikan.

El harus memisahkan mereka sekarang juga.

Saat El berbalik untuk menyusul mereka, Adit menahan El.

"Mau ke mana?"

"Nyusul mereka lah!! Aku harus memisahkan mereka sebelum Nathan melakukan hal yang tidak-tidak dengan putriku!!" Bentak El tepat di depan wajah datar Adit.

"Nggak mau lihat mereka dulu? Aku penasaran mereka akan melakukan apa." Ucap Adit enteng tanpa mempedulikan kemarahan El.

"Nggak ada Dit!! Pasti Nathan berniat mau bawa kabur putriku!!" Tuduh El. Adit menggeleng kepalanya. Kenapa bisa sahabat sejak mereka dibangku sekolah ini bisa berpikir demikian?

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang