Bab 39

4.3K 235 13
                                    

Aku mengamati tumpukan kertas yang baru saja kuterima dari salah satu Marketingku. Ada suatu masalah dalam proses transaksi yang dialaminya. Jadi aku memintanya datang ke ruanganku untuk menjelaskan.

"Ini hasil laporan yang saya terima Pak. Info dari Bank, SPK akan turun minggu ini. Paling lambat di hari Jumat. Hanya saja pihak Bank agak keberatan dengan permintaan pembeli untuk mempercepat proses akad jual belinya."

"Memangnya permintaan pembeli seperti apa?" Tanyaku tanpa memalingkan pandangan. Masih sibuk mengamati data transaksi yang sedang berjalan.

"Pembeli meminta akad jual beli dilangsungkan minggu depan Pak. Karena beliau ada jadwal mau ke luar kota akhir bulan ini, tapi pihak Bank.."

"Tunggu," aku segera memotong pembicaraan Marketingku.

"Apa Lead Agent-mu tahu mengenai hal ini?"

Aku baru ingat, sebelum rekanku menjelaskan semua ini, seharusnya aku mendapat kabar ini dari Lead Agent-nya.

"Siapa Lead Agent-mu?" Tanyaku lagi."

"Ibu Zahra Pak."

"Kenapa beliau belum ada memberikan laporannya padaku mengenai hal ini? Bukankah seharusnya beliau lah yang lebih dulu turun tangan dan mengatakannya padaku?"

Cecarku langsung membuat sosok wanita bernama Bu Alda berdeham ragu. Tampak agak takut menjelaskannya padaku.

"Begini Pak, sebelum bertemu Bapak saya sudah menghubungi beliau terlebih dahulu. Tapi, beliau belum merespon saya."

"Kapan terakhir Ibu menghubunginya?"

"Terakhir kemarin dan tadi pagi Pak. Saya coba telepon lagi dan memberinya pesan. Tapi sampai saat ini pesan saya belum dibalas. Telepon saya belum diangkat-angkat juga."

Aneh. Yang kutahu Zahra tipikal fast respons. Apalagi pada saat jam kerja berlangsung. Zahra akan membalas siapapun yang menghubunginya.

"Apa ada kabar tentangnya dari tim lain?"

"Saya dapat kabar beberapa hari yang lalu kalau beliau sakit. Namun, saya tidak tahu kabarnya lagi Pak."

Aku mengangguk mengerti. Lalu meminta Bu Alda melanjutkan penjelasannya dan beliau keluar setelah kami selesai berdiskusi.

Tapi lagi-lagi aku merasa janggal. Katanya Zahra sakit, tapi nggak seharusnya dia menghilang tanpa kabar.

Aku mencoba menghubungi Ken. Mencari tahu tentangnya.

"Ken, lagi sibuk?" sapaku setelah teleponku diangkat.

"Nggak. Ada apa?"

"Lo tahu kabar Zahra?"

"Zahra?"

"Iya. Lead Agent lo?"

"Oh mantan lo." Aku berdecak mendengar Ken terkekeh mengejekku. "Kenapa lo nanyain dia? Kangen?"

"Gue lagi nggak mau bercanda. Gue dapat kabar dari rekan kantor gue kalau Zahra nggak ada kabar sama sekali. Terakhir katanya dia sakit."

"Iya. Gue sudah dengar dari tim gue juga begitu. Ponselnya nggak aktif selama seminggu ini. Jadi tim gue agak kesulitan kalau mau nanya-nanya unit dan proses transaksi sama dia."

Walau bagaimanapun, meski aku tidak suka padanya, aku akui kalau aku cukup khawatir. 

Masalahnya Zahra benar-benar nggak kabar sampai aku sendiri saja nggak tahu dia ke mana dan kenapa.

Hi, OM NATHAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang