VICTORIA MIKHAILOVA (17th)

15.9K 1K 3
                                    

"Setiap orang sudah memiliki suratan takdirnya sendiri."

---Si cantik yang ceria---

♥♥

Seorang gadis cantik blasteran Tiongkok-Turki tampak serius dan teliti membaca sebuah surat di tangannya. Hidung mancung, bibir tipis kemerahan yang digigit pelan---menahan rasa senang yang sudah berada di ujung bibirnya. Hari ini adalah hari kelulusannya setelah belajar selama tiga tahun lamanya di sebuah sekolah swasta ternama di kota Rusia tersebut. Iris hitam beningnya berbinar-binar saat menyimpulkan isi suratnya. Detik berikutnya, ia melompat-lompat kecil---bahagia. Menjadikannya pusat perhatian.

"Yeay! Aku lulus dengan nilai yang baik! Yeay! Aku lulus!" pekik Vee senang, seperti seorang anak kecil yang begitu polos menggemaskan. Ia kembali menatap surat kelulusannya, memeluknya dengan senang. "Setelah ini, aku akan mencari pekerjaan untuk bisa membantu Daddy melunasi semua hutangnya."

Ia ingat, ayahnya itu memiliki hutang yang sangat besar pada sebuah perusahaan. Ia lupa nama perusahaannya. Ia menghela napas sedih ketika teringat wajah lelah sang ayah yang bekerja keras setiap hari demi melunasi semua hutangnya. Sayangnya, ia hanyalah perempuan polos yang tidak tahu apa-apa.

"Daddy, jangan takut! Vee pasti akan bantu Daddy." tekad Vee.

"Vee!"

Vee menatap teman-teman sebayanya tengah berlari kecil menghampirinya di depan kelas dengan senyuman hangat.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Brenda.

"Aku lulus!" pekik Vee senang.

"You're the best, Vee." puji Albert datar. Namun matanya menyiratkan ketulusan.

"Apa kalian juga lulus?" tanya Vee polos.

Mereka tergelak, kecuali si datar Albert.

"Oh tentu saja! Apa kau pikir kita akan tetap tinggal di sekolah menyebalkan ini?!" gerutu Lucy bersidekap kesal.

"Siapa tahu saja. Kalian, kan sangat rajin ke sekolah. Ya..., walaupun rajinnya hanya untuk berbuat kenakalan." seloroh Vee polos sebelum terkikik geli.

Mereka tergelak, kecuali Albert yang mengangguk membenarkan.

"Kita harus merayakan kelulusan ini!"

Mereka bersorak heboh menyetujui tawaran menggiurkan Nathan, tidak dengan Albert dan Vee. Albert tampak biasa saja. Sedangkan Vee sedih karena mungkin tidak bisa ikut serta.

"Maaf, ya. Sepertinya aku tidak bisa ikut kalian." sesal Vee tak enak hati.

"Kenapa, Vee? Ini adalah hari bahagia untuk kita semua. Come on." bujuk Jason.

"Ayolah, Vee. Kau ikut, ya? Ini mungkin hari terakhir kita dapat berkumpul bersama, Vee. Mungkin setelah ini kita semua sibuk dengan urusan masing-masing. Please ...," bujuk Nathan memohon.

Vee menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa tidak enak hati karena teman-temannya memohon penuh harap agar ia bisa ikut pergi. Ia menghela napas pelan, tersenyum manis sebelum mengangguk.

Mereka bersorak senang. Albert bahkan tersenyum tipis.

"Tapi jangan pulang terlalu malam, ya. Aku belum izin dengan Daddy." pesan Vee.

"Yes, Princess!"

Vee tersenyum lebar. Sangat cantik. Ia pun pergi bersama teman-temannya untuk merayakan hari kelulusan mereka di sebuah Coffee Shop.

Tanpa ia sadari, tawa dan keceriaannya hari ini akan menjadi awal dari segalanya. Entah itu penderitaan atau cinta. Tidak ada yang dapat mengetahui secara pasti tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Hanya Tuhan yang mengetahuinya. Tuhan sendiri yang akan merangkai diary perjalanan hidupnya menurut perhitungan terbaik-Nya.

♥♥

HOPE YOU LIKE IT!

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang