"Rencana sang Pencipta tidak pernah sama dengan rencana ciptaan-Nya."
---StarSea25---
♥♥
Genangan airmata membayangi pelupuk mata. Bibir mungilnya sedikit bergetar. Matanya menatap lurus di mana salah satu sahabatnya terbaring kaku di dalam salah satu ruangan di rumah sakit---tapi pikirannya melayang jauh entah ke mana. Setelah mendengar semua kejadian yang telah ia lewatkan dari para sahabatnya---termasuk kepindahan Melisa dan Vi serta hubungan mereka dengan William Anderson---Vee tidak tahu harus bersikap seperti apa.
Kebingungan, kekesalan dan kesedihan melingkupi hati kecilnya---semuanya bercampur menjadi satu. Namun, hanya satu kenyataan yang membuatnya terpukul. Ia bukan anak kandung Hans. Lalu, siapa dia? Siapa orangtuanya? Di mana keluarga kandungnya? Apakah dia adalah anak yang tidak diinginkan? Atau apa?
Begitu banyak pertanyaan, tapi tidak ada yang bisa memberikan jawaban.
"Kami tidak tahu harus bagaimana lagi, Vee. Kami sudah mengunjungi rumah Nathan. Tetapi, dia tidak ada di rumah. Sedangkan Axel terus saja menekan kami tentang Valle," seloroh Brenda.
"Si pecundang Nathan! Merepotkan saja!" gerutu Lucy.
"Akan kucoba," sahut Vee serak, menahan tangis.
"Tentang keluargamu---"
"Akan kuselesaikan sendiri, Al," potong Vee menatap Albert tegas.
Albert menghela napas berat. "Jika kau membutuhkan sesuatu, katakan saja. Jangan sungkan. Kami akan membantu sebisa kami, Vee."
Vee mengangguk kaku. Lalu, menggigit bibir resah. "Ayahku ... apakah kalian tahu keberadaannya?"
"Terakhir, aku melihat uncle Hans di rumah sakit ini," kata Lucy, "di poli kejiwaan."
Vee syok. "Poli kejiwaan?"
Lucy mengangguk yakin dengan wajah tidak berdaya. "Tapi, aku tidak tahu---Vee! Kau mau ke mana?" serunya begitu Vee sudah pergi---berlari pergi entah ke mana.
Saat Brenda hendak mengejar, Albert mencekal lengannya lembut---menahannya. Brenda mendongkak, menatap tajam.
"Biarkan dia, Nda."
"Tapi---"
Mendapat gelengan kepala, Brenda menghela napas mengalah.
"Aku akan menyusul Vee," kata Lucy, "titip Jason."
Albert mengangguk.
Setelah kepergian Lucy, Brenda menepis kasar tangan Albert dari lengannya, duduk di kursi tunggu, membuang muka---enggan menatap wajah lelaki yang selalu bisa membuat jantungnya berdebar keras.
Benar kata pepatah; tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan.
Tak lama, ia terkejut bukan main saat Albert ikut duduk di sampingnya, menarik pinggangnya---memeluk erat, seolah takut kehilangan. Helaan napas berat di bahunya membuat Brenda menahan napas sejenak. Gadis cantik bermata hijau itu mencoba melepaskan diri, namun lelaki itu bersikukuh.
"Kau cemburu."
Itu pernyataan.
Brenda mengerjap, gelagapan. "S-siapa yang cemburu?"
"Kau."
"Memangnya aku siapamu? Kenapa harus cemburu?"
Suara Brenda yang ketus membuat Albert menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. OPPO [NEW]
RomanceMy Mr. Over Possessive and Over Protective "You Complete Me~" ---ARVEE--- *** Pertemuan tidak terduga di suatu Kafe membuat Arnav Mikhelson menyukai Victoria Mikhailova pada pandangan pertama. Lelaki tampan itu mengklaim jika perempuan itu adalah ku...