35. Emosi

5.9K 448 50
                                    

Didedikasikan untuk sekuntumawarmerah

♥♥

"Jangan pernah memancing emosi yang terpendam, karena kamu tidak tahu seberapa mengerikannya sebuah emosi yang dibangkitkan."

---StarSea25---

♥♥

Suasana berkabung menyelimuti kediaman mewah milik pengusaha sukses sekelas William Anderson. Setelah prosesi pemakaman selesai, seluruh keluarga kembali ke rumah dan duduk bersama di ruang keluarga---tempat terakhir yang menjadi saksi saat mereka berkumpul bersama kepala keluarga Anderson tersebut.

Raut murung dan sendu menghiasi wajah semua orang. Jejak airmata membekas jelas sepanjang pipi.

Vi menyorot ke depan kosong. Rasanya ... ia baru saja bertemu, berkumpul, bercanda tawa dan merasakan kasih sayang seorang ayah yang sesungguhnya. Tapi sekarang? Ayah kandungnya pun direnggut darinya. Tuhan sangat tidak adil padanya.

Melisa yang duduk di samping anaknya pun tidak kalah terpukul karena kehilangan cinta pertama sekaligus ayah dari bayi yang dikandungnya. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Seketika, ia merasa dunianya tidak lagi berarti tanpa orang yang dicinta. Tapi, ia tidak ingin mati. Ia masih harus berjuang untuk mempertahankan buah cintanya---cinderamata terakhir yang William berikan padanya.

Estell lebih terpukul. Kepergian suami yang dicintainya dengan setulus hati meninggalkan luka mendalam di hatinya. Rasanya, baru kemarin ia merasakan indahnya mahliga pernikahan. Rasanya, baru kemarin juga ia merasakan perihnya mahliga pernikahan. Sekarang tidak ada lagi yang tersisa selain keterpurukkan karena kehilangan dan berusaha untuk ikhlas.

Lucy yang baru saja datang tampak terengah. Ia mendekati, duduk di samping ibunya---memeluk erat sambil menangis dalam diam. Meskipun ayahnya adalah bajingan yang sangat berengsek, tapi ada masanya di mana ayahnya adalah ayah terbaik di dunia. Ia tidak pernah menyangka, jika pertengkaran mereka waktu itu adalah hari terakhirnya bertemu lelaki yang ia panggil sebagai Papa itu.

Takdir Tuhan adalah bom waktu terhebat di dunia.

"Kuatkan hati Mama," lirihnya.

"Papamu jahat, Sayang. Papa meninggalkan kita tanpa pamit," kata Estell miris.

Lucy terisak.

"Mama ingat. Papamu pernah berjanji akan mengajak kita keliling dunia di negara yang penuh salju jika Arnav Mikhelson membayar hutangnya. Tapi sekarang apa? Dia malah meninggalkan kita setelah Arnav Mikhelson melunasi hutangnya."

Melisa dan Vi begitu acuh dan sibuk dengan pemikiran mereka sendiri. Sedangkan Lucy mengernyit samar di sela isakannya. Orang sekelas Arnav Mikhelson berhutang pada ayahnya? Bagaimana itu mungkin? Sungguh tidak masuk akal, pikirnya.

Ia melepaskan pelukannya, menyorot Melisa dan Vi tajam---penuh kebencian. "Apakah kalian puas telah menghancurkan keluargaku?!" tudingnya emosi.

"Apa maksudmu?" tanya Vi datar.

"Sejak kalian datang, keluargaku hancur! Tidakkah kalian sadar bahwa kedatangan kalian di rumah ini hanyalah malapetaka?! Kalian berdua adalah pembawa sial!" seloroh Lucy berapi-api.

"Beraninya kau bicara seperti itu pada kami, Nak?!"

"Kami sama terpukulnya seperti kalian! Papaku meninggal---"

"William bukan Papamu!"

"Suka tidak suka, Vi adalah Kakak tirimu, Lucy," kata Melisa datar.

"Dia bukan kakakku!"

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang