11. Kelicikan Vi

8.4K 665 5
                                    

Didedikasikan untuk IdaAndreas

***

"Baik atau buruk, setiap ucapakan dan tindakan memiliki pertanggung jawaban dan balasannya kelak. Hanya tinggal menunggu waktu."

---StarSea25---

♥♥

Untuk pertama kalinya, seorang Arnav Mikhelson mengikuti seseorang. Sosok penting yang biasanya diikuti, kini mengikuti sosok cantik yang akhir-akhir ini selalu menghantui pikirannya. Rambut hitam panjang yang tergerai indah, mata bulat besar yang menggemaskan, hidung mancung, bibir tipis kemerahan dan wajah kecilnya adalah kecantikan alami yang selalu Arnav rindukan. Sangat berbanding terbalik dengan penampilannya yang terlihat lusuh dan tidak terawat.

Namun itu bukan masalah. Semua dalam diri perempuan itu, Arnav menyukainya. Ia menyadari, jika perasaannya lebih dari sekadar rasa suka. Ia tidak masalah dan sangat menyukai perasaan asing yang menyenangkan ini. Cepat atau lambat, ia pasti akan segera mengetahui nama perasaan asing yang kini telah berhasil menyita seluruh waktu dan pikirannya.

Arnav tidak sabar untuk itu. Ia kembali memfokuskan perhatian pada gadis itu. Gadisnya---sosok cantik yang ia sukai itu terlihat tengah berdiri di belakang seorang perempuan yang terlihat lebih terawat darinya---mengekor di belakangnya dan siap menerima apa pun yang dipilih perempuan itu tanpa berani memprotes. Terlalu patuh. Arnav berdecak pelan.

Poin pertama; lemah.

Bukan kriterianya. Namun melihat gurat lelah dan pasrah di wajahnya membuat Arnav menyadari jika gadisnya tidak baik-baik saja. Tanpa sadar, Arnav mengepalkan tangan. Ia mengikuti mereka berbelanja, ah ralat---gadisnya hanya diperalat untuk menjadi pelayan perempuan angkuh itu---membawa belanjaannya.

Poin kedua; terlalu naif.

Bukan kriterianya.

Sepanjang perjalanan, Arnav berusaha keras menahan diri. Mulutnya sangat gatal ingin menarik tangan gadis itu menjauh---untuk memarahinya. Bagaimana bisa di dunia ini masih ada perempuan lemah seperti itu?!Kesal. Marah. Semuanya bercampur menjadi satu. Lelaki tampan itu menjadi pusat perhatian. Namun ia tidak peduli. Persetan dengan reputasi. Fokusnya adalah gadisnya.

Arnav melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Sudah tiga jam berlalu namun perempuan angkuh itu belum juga menyudahi pemburuannya.

Shopaholic!

Arnav menggertakan gigi kesal. Kini, tangan gadisnya penuh dengan semua belanjaan perempuan angkuh itu---bahkan sampai menjulang tinggi menutupi kepala. Gadisnya terlihat kesusahan, kerepotan dan semua kesialan lainnya. Arnav menahan diri saat perempuan angkuh itu mendorong kasar tubuh gadisnya ke counter kasir. Gadisnya menghela napas lega, memerhatikan cara bekerja para pelayan kasir.

Semua itu tidak luput dari perhatian Arnav. Ia menatap gadisnya lekat, tersenyum tipis. Sangat tipis hingga tiada yang tahu jika ia tengah tersenyum. Matanya memicing begitu melihat sebuah kain putih melingkar di kepala dan kedua tangan gadisnya. Ia membulatkan mata tidak percaya. Perban?!

Arnav menggeram pelan saat menyadari jika wajah cantik gadisnya tampak pucat. Hanya beberapa hari mereka tidak bertemu dan gadisnya sudah mendapat luka sebanyak itu? Bagaimana jika mereka tidak bertemu lagi selamanya? Mungkin gadisnya sudah menjadi mayat.

Baiklah. Arnav mulai berlebihan. Ia memicingkan mata saat gadisnya menghampiri perempuan angkuh yang berdiri di dekat sebuah perhiasan dalam kotak kaca. Arnav menyipit tidak suka saat gadisnya hanya bisa menunduk takut saat dimarahi oleh perempuan angkuh itu. Meski tidak bisa mendengar perkataan mereka, namun ia sangat yakin jika perempuan itu memarahi gadisnya, dilihat dari gesturnya. Instingnya tidak pernah salah.

My Mr. OPPO [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang